https://www.yourtango.com/love/behaviors-toxic-people-display-reveal-true-colors
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0065260108603731
https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9527357/
5 Perilaku yang Diam-diam Menunjukkan Sifat Toksik Seseorang

Dalam sebuah hubungan, tidak semua perilaku negatif langsung terlihat jelas. Ada orang yang bisa menyembunyikan sisi toksiknya di balik sikap manis atau alasan sederhana sehingga sulit dikenali sejak awal. Namun, jika diperhatikan lebih dalam, selalu ada tanda-tanda kecil yang mengungkap sifat asli mereka.
Perilaku ini mungkin tampak sepele, tapi jika dibiarkan, bisa perlahan merusak rasa percaya dan kenyamanan dalam hubungan. Di sinilah pentingnya mengenali tanda-tanda tersebut sejak awal, agar kita bisa melindungi diri dari hubungan yang tidak sehat. Kira-kira apa saja, ya?
1. Tidak pernah bisa diandalkan saat dibutuhkan

Orang yang tidak bisa diandalkan sering membuat pasangannya hidup dalam ketidakpastian. Bukan hanya soal hal besar seperti membantu di masa sulit, tapi juga hal kecil seperti lupa membayar tagihan atau ingkar janji yang sudah disepakati. Jika ini terjadi berulang kali, rasa percaya perlahan hilang dan hubungan pun terasa lebih penuh kecemasan daripada kenyamanan.
Menurut penelitian dari Advances in Experimental Social Psychology, konsistensi adalah tanda kedewasaan dan tanggung jawab. Jadi, meskipun ketidakandalan ini tidak selalu disengaja dampaknya tetap besar bagi hubungan. Ketika salah satu pihak terus merasa sendirian dalam mengandalkan diri sendiri, ikatan emosional pun melemah.
2. Lelucon yang selalu menyakitkan

Bercanda memang bisa mempererat hubungan, tapi ketika lelucon selalu menyakiti salah satu pihak, itu bukan lagi sekadar gurauan. Beberapa orang bersembunyi di balik kalimat “aku kan cuma bercanda,” padahal yang mereka lakukan sebenarnya meremehkan perasaan pasangannya. Hal ini bisa membuat pasangan merasa tidak dihargai dan mulai menutup diri.
Seharusnya, humor di dalam hubungan dilandasi oleh rasa saling menghormati. Jika salah satu pihak sudah menunjukkan bahwa suatu candaan melukai perasaannya, pasangan yang sehat akan tahu kapan harus berhenti. Ketika batas ini terus dilanggar, lelucon yang awalnya terlihat sepele bisa berubah menjadi racun yang perlahan merusak keintiman.
3. Selalu harus benar

Ada orang yang merasa harus selalu menang dalam setiap argumen, bahkan untuk hal-hal kecil. Mereka tidak bisa menerima kesalahan atau sekadar berbeda pendapat. Pola ini menciptakan hubungan yang tidak seimbang, di mana satu pihak selalu ditekan dan tidak pernah punya ruang untuk suaranya sendiri.
Penelitian dalam Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology menunjukkan bahwa perilaku ini biasanya lahir dari rasa tidak aman yang dalam. Alih-alih mencari solusi bersama, mereka sibuk mempertahankan ego agar tidak terlihat kalah. Lama-kelamaan, hubungan semacam ini bisa berubah menjadi medan perang yang melelahkan secara emosional.
4. Mengabaikan perasaan pasangan

Salah satu tanda hubungan sehat adalah adanya ruang untuk mengungkapkan perasaan. Namun, orang toksik sering kali membuat pasangannya merasa seolah emosinya berlebihan atau tidak valid. Mereka bisa meremehkan keluhan, mengalihkan topik, atau bahkan menyalahkan pasangannya karena merasa sedih atau marah.
Kebiasaan seperti ini menciptakan lingkungan yang dingin dan menekan. Pasangan yang terus-menerus ditekan untuk selalu baik-baik saja akhirnya bisa belajar untuk menekan perasaannya sendiri. Padahal, perasaan yang dipendam terlalu lama justru berpotensi meledak atau menimbulkan luka batin yang mendalam.
5. Selalu menghitung siapa yang berbuat apa

Dalam hubungan yang sehat, keseimbangan biasanya berjalan secara alami. Ada kalanya satu pihak harus lebih banyak berkorban, dan itu normal selama ada rasa syukur serta pengertian. Namun, orang toksik sering kali sibuk menghitung siapa yang melakukan lebih banyak, lalu menjadikan itu sebagai alasan untuk menuntut balasan.
Pola menghitung utang-piutang ini membuat hubungan kehilangan rasa tulus. Bukannya membangun kebersamaan, hubungan berubah menjadi ajang transaksi. Lambat laun, sulit untuk merasakan kasih sayang yang benar-benar tanpa syarat jika setiap tindakan selalu dianggap sebagai sesuatu yang harus dibayar kembali.
Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda toksik secara konsisten, itu pertanda besar bahwa ada masalah yang tidak boleh diabaikan. Nah, beranikah kamu mengambil langkah untuk menjaga diri dari orang toksik, bahkan jika itu berarti harus melepaskan hubungan yang sudah lama dipertahankan?
Sumber: