Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Pemikiran Misleading yang Tanpa Sadar Bikin Kamu Susah Berkembang

Ilustrasi ppria mengenakan baju coklat (unsplash.com/Adrian Swancar)
Ilustrasi ppria mengenakan baju coklat (unsplash.com/Adrian Swancar)

Banyak orang merasa sudah mengusahakan yang terbaik, padahal sebenarnya lagi terjebak dalam pola pikir yang membatasi diri sendiri. Cara kamu memandang sesuatu bisa lebih menentukan kemajuanmu. Bukan melulu soal adanya kemampuan atau kesempatan. Kadang kita terlalu fokus pada hasil atau apa yang dilakukan orang lain, sampai lupa untuk mengevaluasi diri sendiri secara jujur.

Pola pikir membentuk cara kamu memilih langkah, mengelola emosi, menerima kenyataan, dan menyikapi peluang. Bahkan, orang yang cerdas dan berbakat pun bisa stuck bertahun-tahun karena hanya fokus pada satu kepercayaan yang dianggap benar, tanpa mencoba melihat perspektif lain. Berikut lima pemikiran yang sering bikin kamu susah berkembang.

1. Merasionalisasi target atau standar hidup yang 'terlalu rendah'

Ilustrasi tertidur saat belajar (pexels.com/Monstera Production)
Ilustrasi tertidur saat belajar (pexels.com/Monstera Production)

Bahaya terbesar bukan lah gagal meraih impian yang terlalu tinggi, tapi merasa puas dengan hasil yang terlalu rendah. Setiap orang memang punya situasi, kondisi, dan kemampuan yang berbeda. Gak semua orang mampu jadi profesor atau pebisnis yang punya ratusan cabang. Bukan berarti kamu harus memasang target serendah mungkin ketika sebenarnya kamu mampu mencapai lebih dari itu. Karena usaha yang kamu lakukan akan cenderung menyesuaian target yang kamu buat. Kalau pun gak bisa sesuai, at least kamu gak akan dapat hasil yang terlalu jelek. Saat ingin dapat ranking satu, mungkin kamu bisa mentok di ranking dua atau tiga. Tapi kalau dari awal kamu hanya ingin jadi ranking 20, kamu akan merasa puas saat dapat ranking 19. Menyadari kemampuan diri beda dengan menyabotase potensi diri.

2. Menganggap belajar adalah cara mendapatkan 'sesuatu' yang bukan ilmu

Ilustrasi bekerja (unsplash.com/Marília Castelli)
Ilustrasi bekerja (unsplash.com/Marília Castelli)

Sekolah hanya dianggap sebagai proses yang harus ditempuh untuk mendapat kerja. Mendaftar S2 dengan tujuan supaya bisa naik jabatan atau dapat gelar tambahan. Sejak kecil kita mungkin terbiasa untuk belajar demi nilai dan peringkat, bukan karena aktivitas itu menyenangkan. Mungkin karena itu juga Maudy Ayunda dianggap berbeda karena menikmati proses belajar dan menyukai ujian.
Rasanya jadi sia-sia kalau kamu ingin belajar cuma karena "ingin". Gak punya tujuan spesifik hasil belajar itu mau dipakai untuk apa. Baca buku fiksi mungkin lebih dianggap lebih gak penting dibandingkan baca buku non-fiksi. Takut belajar skill baru yang gak relevan sama pekerjaan sekarang karena seperti buang-buang waktu. Padahal, belajar itu simply untuk menambah ilmu. Dan meskipun gak selalu bisa kamu gunakan, bukan berarti itu sia-sia. Kamu boleh melakukan sesuatu hanya karena ingin melakukannya, kok.

3. Menyamakan kenyamanan dengan kebahagiaan

Ilustrasi Pasangan (pexels.com/Azra  Tuba Demi)
Ilustrasi Pasangan (pexels.com/Azra Tuba Demi)

Standar kenyamanan selalu bisa dievaluasi lagi dan lagi. Gak masalah kalau dulu kamu nyaman dengan rumah kecil lalu sekarang ingin pindah ke rumah yang lebih besar. Rasa nyaman gak bisa dipaksakan. Terkadang kamu perlu merasa sedikit gak nyaman demi kenyamanan yang lebih baik lagi.

Ada deg-degan yang bikin kamu senang. Ada takut yang terasa seru. Perasaan bahagia dan nyaman gak harus selalu beriringan. Pindah-pindah kerjaan dan gak punya income stabil bisa jadi zona ternyaman bagi seseorang. Bertahan dalam hubungan tanpa cinta bisa terasa lebih membahagiakan dibandingkan kesendirian. Intinya bukan tentang kondisi yang sepenuhnya aman, tapi tentang memilih ketidaknyamanan yang bisa kamu toleransi dan membuat hidupmu lebih baik.

4. Menganggap konsistensi berarti kaku

Ilustrasi stres keuangan (pexels.com/Anna Tarazevich)
Ilustrasi stres keuangan (pexels.com/Anna Tarazevich)

Banyak orang mengira konsistensi berarti melakukan hal yang sama persis setiap hari. Padahal konsistensi lebih tentang arah dan komitmen, bukan rutinitas kaku. Cara yang kamu pilih bisa berubah sesuai energi, kondisi, dan situasi tanpa melupakan tujuan utama. Cuma fokus pada rutinitas harian atau hasil jangka pendek bikin kamu mudah merasa gagal saat ada sesuatu yang tak berjalan sesuai rencana.

Semisal mau melatih kebiasaan membaca, kamu bisa buat target "selesai dalam satu minggu" atau "satu bab satu hari". Keduanya sama-sama butuh konsistensi untuk terus baca. Bedanya, kalau selesai dalam satu minggu, target hariannya bisa bervariatif. Sementara satu bab per hari mingkin terasa lebih membosankan.

5. Mengira pertumbuhan itu liniar

Ilustrasi perempuan memegang kepala (pexels.com/Mikael Blomkvist)
Ilustrasi perempuan memegang kepala (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Pertumbuhan gak selalu naik lurus tiap waktu. Kadang terasa maju, kadang stagnan, bahkan kadang mundur sedikit sebelum naik lagi. Kalau kamu berpikir bahwa growth itu linear, kamu mengharapkan kemajuan yang konstan dan terlihat setiap hari.

Semisal belajar skill baru, kamu ingin merasa langsung advance di setiap sesi. Saat nemu part sulit yang bikin mengulang berkali-kali, kamu gampang frustrasi atau merasa gagal. Dan akhirnya kamu mungkin berhenti mencoba karena gak kunjung merasa ada kemajuan. Padahal, proses berkembang melewati banyak fase. Ada fase lambat, fase ragu, fase ulang, baru mungkin akhirnya ada fase lompatan besar sampai hasilnya terlihat signifikan.

Berusaha melihat satu situasi dari berbagai sudut pandang adalah cara untuk lebih terbuka terhadap kemungkinan baru. Membuat kamu lebih objektif dalam menilai kekurangan dan kelebihan. Mungkin, masih ada banyak potensi dalam dirimu yang belum kamu sadari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest Life Sulawesi Selatan

See More

6 Tanda Kamu dan Pasangan Perlu Break Sejenak, Bukan Langsung Putus

19 Okt 2025, 22:34 WIBLife