Makassar, IDN Times - Jauh sebelum Didi Kempot membius dengan tembang kepedihan, kita pernah punya Pance. Dialah yang layak disebut peletak fondasi Generasi Ambyar, dengan lagu dan musik patah hati nan menyayat.
Pria itu bernama lengkap Pance Frans Pondaag. Dikenal dengan suara khas melengking, kariernya melejit pada dekade 1980-an. Sebagian kalangan menyebutnya lebih sukses sebagai pencipta lagu, dengan melejitkan banyak solois.
Mendiang Denny Sakrie, salah satu jurnalis musik ternama, pernah menulis pengalaman pertamanya mengenal Pance. Waktu itu, di 1970-an akhir, program musik Mana Suka Siaran Niaga di TVRI rutin memutar lagu "Mutiaraku" yang dinyanyikan Pance.
Lagu itu jadi favorit orang-orang berkat irama dan lirik melankolis. Album debut Pance yang memuat "Muatiaraku" meledak di pasaran. Tetapi Denny menyebutnya sebagai debut medioker lantaran popularitas Pance malah nanggung.
"Di saat yang bersamaan, dengan perangai musik yang berbeda, muncul ke permukaan nama Chrisye yang baru saja ngetop lewat lagu 'Lilin-Lilin Kecil' dan album Badai Pasti Berlalu (1977)," tulis Denny, dikutip dari blog pribadinya.