Ilustrasi perekaman musik. (musictech.net)
Penggarapan musik di EP pertama Oghie berlangsung di dua lokasi. Musiknya direkam di studio miliknya di Bandung, sedangkan vokal digarap di Postmix Studio di Ukraina.
"Karena gue dan Anya itu beda negara, akhirnya dia merekam suaranya sendiri. Setelah musiknya jadi, kemudian mengirimkan RAW vokalnya. Jadi di Ukraina itu hanya vocalrecord danvocal mixing aja."
Sebagai penyempurna karya ini, Oghie juga mengajak Irman Usman salah satu musisi karawitan untuk men-direct musik tradisinya dan mengisi gendang di lagu I Saw The Love.
“Proses pembuatan musik cukup singkat sih, karena gue udah sering tektokan sama rekan-rekan etnomusikolog... Kalo kesulitan hampir enggak ada yah, mungkin lebih ke pengalaman sedih aja, ketika rekaman gendangnya, maestro gendang dunia Abd Muin Dg. Mile asal makassar berpulang, jadi kita sampai harus break dulu sampai perasaan sedih selesai, lalu lanjut recording lagi,” ujar Oghie.
Oghie menjanjikan kepada pendengar bahwa semua musiknya akan mudah untuk dicerna, namun tetap punya musikalitas yang tinggi.
“Meskipun liriknya bahasa Inggris, semoga lagu ini bisa disukai oleh semua pendengar musik di tanah air tentunya, bisa memberikan warna baru di musik Indonesia, dan jadi anthem buat temen-temen yang lagi nyari genre baru,” kata Oghie yang bercita-cita untuk segera dapat mengeluarkan album pertamanya.
Di bawah naungan label Lontar Records, mini album "Refrain" ini telah rilis pada tanggal 12 Desember 2021 lalu, dan kini sudah bisa didengarkan di seluruh platform musik digital seperti Spotify.