5 Hal yang Dirasakan Oleh Generasi Sandwich, Jadi Tulang Punggung!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seseorang yang menjadi generasi sandwich memiliki tanggungan yang tidaklah mudah. Sebab, dia tidak hanya menanggung hidupnya sendiri, tapi juga menjadi tulang punggung keluarga. Salah satu sebabnya karena terhimpitnya keadaan ekonomi atau finansial dalam keluarga tersebut.
Generasi sandwich biasanya mengesampingkan kebutuhannya sendiri asalkan keluarganya terpenuhi. Bisa dibilang bahwa generasi sandwich lebih memprioritaskan kebahagiaan keluarganya. Nggak hanya itu, ada beberapa hal yang sering dirasakan oleh para generasi sandwich, berikut ini penjelasannya.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Stres dan Burnout bagi Generasi Sandwich
1. Menjadi tulang punggung keluarga
Seorang yang menjadi generasi sandwich sangat bekerja keras untuk memperbaiki ekonomi keluarganya. Bahkan menjadi tulang punggung sehingga dia yang bertanggungjawab dalam memenuhi semua kebutuhan keluarganya, baik orangtua maupun adik-adiknya. Bahkan sebagian besar penghasilannya akan digunakan untuk membiayai keluarga.
Generasi sandwich memiliki segudang tanggung jawab yang cukup berat, seperti memberikan uang untuk orangtuanya, membayar listrik, membeli kebutuhan rumah, membiayai sekolah dan uang jajan untuk adiknya, dan sebagainya.
2. Menomorduakan kebutuhannya sendiri
Bukan tidak peduli dengan dirinya sendiri, tapi generasi sandwich tidak akan membiarkan keluarganya dalam kekurangan. Menomorduakan dirinya sendiri adalah hal yang sering dialami oleh para generasi sandwich. Dia yang mesti menjamin dan memastikan bahwa kebutuhan keluarganya sudah tercukupi.
Sebab, dia memikirkan apakah uang yang diberikan untuk keluarganya cukup atau tidak. Para generasi sandwich akan memberikan yang terbaik untuk keluarganya, meskipun taruhannya adalah mengesampingkan diri sendiri. Tapi di balik rasa capek dan lelahnya akan terbayarkan dengan melihat keluarganya hidup berkecukupan.
3. Mengorbankan mimpi-mimpinya
Salah satu hal yang dirasakan oleh generasi sandwich adalah harus rela mengubur semua mimpi atau pun cita-citanya. Ketika dia ingin sekali melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi namun ternyata orang tua sudah tidak bisa membiayai. Selain itu, generasi sandwich tidak ingin menjadi beban untuk siapa pun. Sehingga akhirnya dia lebih memilih untuk bekerja.
Saat teman-teman seusianya mungkin bisa kuliah, sementara dia mesti menunda dulu atau bahkan mengorbankan keinginannya tersebut. Karena keterbatasan dan keadaan ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan dia rela untuk kehilangan mimpi-mimpinya. Banyak keinginan yang dikorbankan agar kebutuhan keluarganya tercukupi.
4. Harus menghemat pengeluaran
Generasi sandwich akan berpikir berulang kali untuk membeli sesuatu. Dia akan berusaha agar tidak boros karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Menahan diri untuk tidak terlalu banyak keinginan yang tidak penting.
Menunda keinginannya sendiri karena kebutuhan rumah adalah skala prioritasnya. Tidak heran jika dia jarang membeli barang-barang baru, makan enak di restoran, pergi jalan-jalan. Karena untuk melakukan hal itu generasi sandwich sangat berhati-hati dalam mengatur keuangannya.
5. Mengandalkan diri sendiri dalam setiap kondisi
Seorang generasi sandwich ketika dihadapkan dengan kondisi yang sulit dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri. Dalam situasi genting terkadang ingin membuatnya menyerah tapi akhirnya dia memilih bertahan. Sebab, dia sudah terbiasa menghadapi kesulitan dan kerasnya kehidupan.
Dalam keluraganya tidak ada yang bisa diandalkan sehingga mau tidak mau dia lah yang harus menyelesaikannya sendirian.
Generasi sandwich merupakan seseorang yang berjuang keras untuk memperbaiki ekonomi keluarganya. Banyak hal yang harus dikorbankan dengan harapan supaya kehidupan keluarganya bisa jauh lebih baik.
Baca Juga: Kamu Generasi Sandwich? Begini Cara Cerdas Atur Keuanganmu
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.