MIWF 2024 Membahas Beragam Kerentanan lewat Tema "m/othering"

Makassar, IDN Times - Makassar International Writers Festival (MIWF) tahun ini akan berlangsung pada 23-26 Mei mendatang di Benteng Fort Rotterdam. Dengan tema m/othering, festival literasi tahunan di Makassar ini menyoroti pentingnya mendiskusikan ide dan tindakan dalam merawat atau mengasuh di tengah berbagai tantangan hidup.
"Kami berkeinginan untuk membuka dan menyediakan ruang yang aman bagi percakapan dan perayaan, serta mendukung ide dan praktik perawatan yang memengaruhi, membentuk, dan memperkuat berbagai kelompok yang sering terpinggirkan. Tidak luput isu konteks terkini juga menjadi perhatian MIWF, " ungkap M. Aan Mansyur, Direktur Makassar International Writers Festival, dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times pada Jumat (17/5/2024).
1. MIWF 2024 diharap menjadi ruang aman untuk menyampaikan protes terhadap ketidakadilan

Sementara itu, Rachmat Hidayat Mustamin selaku Direktur Program dan Kemitraan Rumata' ArtSpace, menyatakan bahwa MIWF terbuka untuk menjadi lebih dari sekadar festival tahunan, tapi juga sebagai agenda untuk menyuarakan berbagai kerentanan. Publik tidak hanya diajak berbagi pengalaman literasi, tetapi festival ini juga dapat menjadi ruang aman untuk menyampaikan berbagai bentuk protes terhadap ketidakadilan.
“Kami berharap Rumata' melalui MIWF bisa terus menjadi ruang pertemuan dan dialog untuk meningkatkan percakapan isu-isu sosial-politik terkini, baik dalam skala regional maupun global melalui literasi dan lintas disiplin," ujar Rachmat.
"Tema m/othering MIWF juga adalah pernyataan sikap kita untuk merawat dan mengasuh kemanusiaan kolektif kita atas keberlangsungan hidup kelompok-kelompok yang selama ini termarjinalkan," imbuhnya.
2. Ada 260 relawan yang akan berpartisipasi dalam MIWF tahun ini

Rachmat menyatakan keyakinannya bahwa generasi muda yang peduli pada literasi dapat berperan dalam mengangkat isu-isu ketidakadilan. Itu tak lepas dari jumlah relawan MIWF 2024 yang meningkat tajam menjadi 260 orang, di mana mayoritas adalah anak muda. Antusiasme pendaftar relawan sangat tinggi, menunjukkan banyaknya minat anak-anak muda di Makassar untuk terlibat dalam kegiatan literasi.
"Setiap tahun, napas MIWF berasal dari kerelawanan. Tahun ini ada 260-an relawan dari 630-an lebih yang mendaftar. Ini juga membuktikan bahwa bekerja bersama lintas generasi dan merawat keberlanjutan itu sama pentingnya," tutur Rachmat.
3. Ada 107 program yang bisa diikuti oleh pengunjung selama 4 hari penyelenggaraan

Sementara itu, Rachmat menjelaskan bahwa MIWF tahun ini akan menghadirkan oleh lebih dari 100 pembicara. Acara ini juga menawarkan berbagai program dan aktivitas yang dapat dinikmati oleh para peserta. Tidak hanya melibatkan penulis, tetapi juga bekerja sama dengan komunitas, penerbit, dan lembaga.
"Tahun ini, MIWF akan berlangsung di Benteng Rotterdam, Makassar, yang menghadirkan lebih dari 152 pembicara yang terdiri dari penulis, aktivis, akademisi, seniman, praktisi, dan pegiat literasi yang terlibat melalui kurang lebih 107 program selama 4 hari penyelenggaraan," tutup Rachmat.
4. Terdapat lebih dari 150 pembicara dengan berbagai latar belakang yang dihadirkan

Kegiatan MIWF tahun ini sangat menarik karena mencakup berbagai topik, tidak hanya diskusi literasi. Ada pemutaran dan diskusi film, ulasan sejarah, isu sosial dan politik, aktivisme kesetaraan gender, peran perempuan dan lingkungan, pameran fotografi, proses kreatif bermusik, serta lokakarya untuk semua umur. Beberapa lokakarya termasuk "Membaca Foto" tentang literasi visual dan "Seni dan Pemulihan" yang membahas seni sebagai cara pemulihan bagi penyintas. Berbagai komunitas juga berpartisipasi, seperti Lontarata Book Club dengan topik bookstagram dan Buloa Ekosistem yang fokus pada pertanian urban di Makassar, serta program spesial DAPUR yang merupakan pertunjukan monolog dari cerita pendek Lily Yulianti Farid.
MIWF mengundang penulis dan pembicara dari berbagai latar belakang, termasuk Minato Kanae, Taomo Zhou, Agustinus Wibowo, Yandy Laurens, Ratih Kumala, Raisa Kamila, Hannah Al Rashid, Evi Mariani, Iqbal Aji Daryono, Mahfud Ikhwan, Reda Gaudiamo, dan Abinaya Ghina Jamela. Pembicara lokal dari Indonesia Timur seperti Khozy Rizal, Ashari Ramadana, Michelin Salatta, Esther Haluk, Lian Gogali, Aziziah Diah Aprilya, Faisal Oddang, Gody Usnaat, Wilda Yanti Salam, dan tujuh penulis program Emerging Writers juga akan berbagi gagasan dan proses kreatif mereka. Selain itu, MIWF berkomitmen menghadirkan festival yang nirsampah dan rendah karbon, dengan pengalaman kuliner unik tanpa plastik sekali pakai dan pengolahan sampah yang ramah lingkungan.