Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pemimpin perempuan (freepik.com/tirachard)

Jadi pemimpin itu bukan perkara seberapa tinggi jabatanmu, tapi bagaimana kamu bisa mengarahkan, mendengarkan, dan membawa dampak. Tapi di balik tanggung jawab besar itu, banyak perempuan yang masih berjuang melawan rasa gak percaya diri. Mulai dari takut dibilang bossy, merasa belum cukup kompeten, hingga membandingkan diri dengan pemimpin lain. Padahal, kepercayaan diri sebagai pemimpin gak datang begitu saja. Ia dibentuk lewat cara berpikir kita terhadap diri sendiri dan peran yang kita jalani.

Kalau kamu sering merasa ragu untuk tampil atau memimpin, bukan berarti kamu gak bisa jadi leader. Mungkin kamu hanya perlu menggeser cara pandangmu sedikit demi sedikit. Karena kadang, yang perlu kita ubah bukan kemampuan, tapi mindset. Nah, berikut ini lima mindset shift yang bisa bantu kamu membangun rasa percaya diri dari dalam.

1. Dari "aku harus sempurna" ke "aku harus mau belajar"

ilustrasi pemimpin perempuan (freepik.com/freepik)

Banyak orang, terutama perempuan, merasa mereka harus bisa segalanya dulu sebelum berani tampil memimpin. Merasa harus selalu benar, gak boleh gagal, dan harus menunjukkan citra sempurna setiap waktu. Padahal, tekanan untuk menjadi sempurna justru bisa menghambat pertumbuhan. Kamu jadi takut mengambil keputusan, enggan mencoba hal baru, atau bahkan mundur sebelum sempat mencoba. Padahal, gak ada pemimpin yang langsung jago sejak awal. Semua belajar lewat pengalaman.

Menggeser pikiran dari "aku harus sempurna" ke "aku harus mau belajar" akan membantumu lebih ringan menjalani peranmu. Kamu jadi lebih terbuka menerima kritik, lebih berani mengevaluasi diri, dan gak lagi terpaku pada rasa takut gagal. Ingat, kepemimpinan sejati bukan soal menjadi sosok tanpa cela, tapi tentang terus belajar menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri. Kamu tidak harus sempurna, kamu hanya perlu terus bertumbuh.

2. Dari "aku takut dihakimi" ke "aku fokus pada dampak yang positif"

ilustrasi pemimpin perempuan (freepik.com/freepik)

Ketika kamu mulai memimpin, akan selalu ada suara-suara yang mengomentari. Entah itu dari rekan kerja, tim, bahkan orang luar yang gak tahu apa-apa soal usahamu. Kalau kamu terlalu sibuk memikirkan apa kata orang, kamu akan terjebak dalam rasa cemas yang bikin langkahmu jadi ragu-ragu. Kamu takut dibilang sok, takut keputusanmu gak disukai, atau takut terlihat terlalu ambisius. Padahal, pemimpin yang baik bukan yang selalu disukai semua orang, tapi yang konsisten membawa dampak positif.

Mindset baru yang bisa kamu latih adalah memindahkan fokus dari "aku takut dinilai" ke "aku ingin bawa manfaat." Tanyakan pada diri sendiri: keputusan ini aku ambil demi pencitraan, atau demi perubahan? Saat kamu tahu niatmu baik dan berdampak, komentar negatif gak akan terasa sebesar sebelumnya. Kamu akan lebih tenang, karena kamu tahu apa yang kamu perjuangkan punya nilai dan alasan yang kuat.

3. Dari "aku harus tahu segalanya" ke "aku harus bisa berkolaborasi"

ilustrasi pemimpin perempuan (freepik.com/katemangostar)

Pemimpin yang percaya diri bukanlah dia yang merasa paling tahu dan paling bisa, tapi justru yang tahu kapan harus bertanya, mendengar, dan menggandeng orang lain. Terlalu banyak calon pemimpin yang kelelahan karena merasa harus menguasai semuanya sendirian. Padahal, salah satu kekuatan terbesar seorang pemimpin justru ada di kemampuannya untuk membentuk tim yang solid dan saling melengkapi.

Kalau kamu merasa kurang pada satu sisi, bukan berarti kamu gagal jadi pemimpin. Itu justru sinyal bahwa kamu butuh tim yang kuat. Ganti mindset "aku harus serba bisa" menjadi "aku harus tahu siapa yang bisa aku ajak bekerja sama." Kamu akan merasa lebih ringan, lebih terbuka, dan lebih bijak dalam mengelola energi. Leadership bukan tentang tahu semua hal, tapi tentang tahu bagaimana mengelola potensi orang-orang di sekitarmu.

4. Dari "aku gak layak" ke "aku sedang berproses"

ilustrasi seorang perempuan memimpin rapat (pexels.com/Thirdman)

Seringkali rasa minder datang saat kamu merasa belum cukup berpengalaman, belum cukup hebat, atau belum sepantasnya memimpin. Kamu merasa ada orang lain yang lebih pantas, lebih pintar, atau lebih senior. Tapi kalau kamu terus berpikir seperti itu, kamu akan terus merasa tertinggal, padahal sebenarnya kamu hanya sedang berada di fase bertumbuh. Semua pemimpin hebat pun pernah merasa tidak siap, tapi mereka memilih untuk tetap berjalan.

Mengganti pikiran "aku gak layak" menjadi "aku sedang berproses" membuatmu lebih berani memberi ruang untuk gagal, mencoba, dan berkembang. Kamu akan lebih sabar terhadap prosesmu sendiri, dan lebih menghargai setiap langkah kecil yang kamu ambil. Ingat, jadi pemimpin bukan tentang sudah jadi "produk jadi", tapi tentang konsistensi menjalani proses. Kamu layak bukan karena kamu sudah sempurna, tapi karena kamu punya kemauan untuk terus berkembang.

5. Dari "aku takut gagal" ke "gagal itu bagian dari proses"

ilustrasi pemimpin perempuan (pexels.com/fauxels)

Kegagalan sering dianggap sebagai akhir dari segalanya. Padahal dalam dunia kepemimpinan, gagal adalah hal yang sangat umum. Kamu bisa salah ambil keputusan, salah menilai situasi, atau mungkin kecewa karena strategi yang kamu rancang tidak berjalan. Tapi justru dari kegagalan itu kamu akan tahu apa yang perlu diperbaiki. Sayangnya, ketakutan ini sering kali membelenggu dan bikin calon pemimpin mundur sebelum sempat melangkah.

Kalau kamu bisa melihat kegagalan sebagai guru, bukan musuh, kamu akan jadi pemimpin yang lebih bijak dan kuat. Kamu gak lagi terlalu keras pada diri sendiri, tapi justru lebih reflektif dan tenang dalam mengelola situasi. Ubah pola pikir dari "aku harus selalu berhasil" menjadi "aku akan terus belajar, bahkan dari kegagalan." Dari situ, kamu akan sadar bahwa keberanian untuk mencoba jauh lebih penting daripada hasil yang langsung sempurna.

Itulah 5 mindset shift yang bikin kamu lebih percaya diri sebagai seorang pemimpin perempuan. Leadership itu dimulai dari cara kamu memandang dirimu sendiri. Kamu gak harus jadi pemimpin yang sempurna, kok! Cukup jadi pemimpin yang terus berkembang. Semangat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team