4 Ciri Kehidupan Tanpa Arah Menurut Teori Anomie, Kamu Merasakannya?
ilustrasi kesedihan (pixabay.com/Vika_Glitter)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Teori anomie merupakan buah hasil dari pemikiran seorang sosiolog yang bernama Emile Durkheim. Namun, dalam perjalannya teori anomie ini dikembangkan oleh sosiolog yang bernama Robert K. Merton.
Teori anomie sendiri membahas mengenai kehampaan hidup pelakunya. Hal tersebut terjadi karena dalam kehidupannya tidak ada norma dan nilai-nilai yang bisa ia jadikan sebagai pegangan dan pedoman.
Secara lebih kompleks, teori anomie ini memberikan penjabaran terkait ciri-ciri kehidupan yang tanpa arah. Tentunya, kehidupan tersebut jika tak dikendalikan bisa merusak hidup pelakunya, ya. Penasaran bagaimana penjelasannya? Langsung simak ulasan di bawah ini.
Baca Juga: 7 Kegelisahan saat Tidak Kunjung Menemukan Makna dan Tujuan Hidup
1. Persamaan definisi kesuksesan yang menjadi tujuan hidup
ilustrasi dunia kerja (pixabay.com/WebTechExperts)Dalam teori anomie terdapat satu kultur dalam memaknai kesuksesan. Dengan kata lain, terdapat sebuah standar dalam menilai seseorang bisa dikatakan sukses atau belum.
Oleh karena tuntutan kultur, setiap orang memiliki definisi yang sama dalam melihat kesuksesan. Layaknya dalam kehidupan saat ini sukses dinilai dari berhasilnya masuk ke perguruan tinggi yang ternama. Lalu, setelah lulus bisa berhasil mendapatkan pekerjaan yang di perusahaan yang besar dan terkenal.
Terakhir, ujung standar kesuksesan yakni dengan mapan secara finansial dalam usia muda. Ciri inilah yang mengawali kehancuran dari kehidupan pelaku yang dijelaskan dalam teori anomie.
2. Keterbatasan akses dalam mencapai tujuan
ilustrasi kesedihan (pixabay.com/Pexels)Semua orang dalam teori anomie dijelaskan mengejar satu standar kesuksesan yang sama. Sayangnya, akses dalam mendapatkan tujuan tersebut terbatas. Sehingga, hanya pihak-pihak tertentu yang bisa mencapai tujuan kesuksesan.
Ya, hanya orang pada level kelas tertentu yang bisa mengakses kesuksesan versi standar yang berlaku. Sederhananya, seperti tidak semua orang bisa mengenyam bangku pendidikan hingga perguruan tinggi. Bukan karena tak mau, melainkan karena keterbatasan dana.
3. Tidak ada aturan jelas dalam hidup
ilustrasi kesedihan (pixabay.com/StockSnap)Pada akhirnya, teori anomie menjelaskan terjadinya kekacauan dalam kehidupan seseorang yang tidak bisa mengakses kesuksesan. Terdapat perbedaan antara tujuan yang sudah membudaya dengan cara-cara yang tersedia untuk bisa mencapainya.
Pada akhirnya, pelaku hanya bisa hidup tanpa pegangan dan arah yang jelas. Standar yang selama ini menjadi pedoman hidupnya tak bisa ia capai dengan cara-cara yang sehat. Sehingga, hidupnya jadi tak berantakan dan tidak terarah.
4. Terjadi tindakan menyimpang untuk mencapai tujuan
ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Polina Sirotina)Puncak dari teori anomie menjelaskan terjadinya perilaku menyimpang. Yang mana perilaku tersebut sebagai akibat dari keinginan mencapai kesuksesan. Sayangnya, kesuksesan itu tak bisa diraih dengan cara-cara yang terlembaga.
Apa itu cara terlembaga? Yakni aturan dan cara yang melembaga dan diterima sebagai sarana mencapai tujuan. Pada akhirnya, pelaku memilih cara yang menyimpang untuk mencapai tujuan suksesnya. Padahal, jelas cara tersebut memiliki risiko untuk dirinya sendiri.
Meski teori anomie terbilang cukup klasik, nyatanya penjabarannya masih relate dengan kehidupan di masa sekarang, ya. Jika kamu terjebak layaknya penjelasan dalam teori anomie di atas, kamu cukup belajar untuk berani tidak mengikuti nilai-nilai maupun standar yang ada di sekitarmu. Kamu masih bisa membuat pedoman versi dirimu sendiri untuk mencapai kesuksesan yang bisa kamu capai, ya.
Baca Juga: 7 Bentuk Kontrol Diri yang Harus Kamu Miliki dalam Hidup
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
