Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App

5 Tanda Kamu Sudah Terjebak Fast Living, Waktu Berjalan Begitu Cepat

ilustrasi bekerja (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Fast living ialah gaya hidup serba cepat. Prinsip waktu adalah uang dipegang sangat kuat sehingga kehilangan waktu sedikit saja dianggap sebagai kerugian. Orang yang terjebak dalam gaya hidup ini belum tentu menyadarinya. Apalagi kalau kamu berada di tengah orang-orang yang tak menoleransi sedikit saja kelambanan. 

Dirimu menjadi memandang wajar kehidupan yang seolah-olah selalu dalam mode berlari. Kamu baru akan merasa ada yang salah dalam gaya hidup yang dijalani setelah timbul berbagai keluhan. Masalah-masalah ini tidak dapat diatasi tanpa mengubah gaya hidup dari serba cepat menjadi lebih pelan. Tapi persoalan baru biasanya muncul.

Perlambatan sedikit saja sering dikhawatirkan akan menurunkan produktivitas. Kamu pun terdorong bertahan dalam irama hidup yang sesungguhnya menyiksamu lahir dan batin. Untukmu yang masih ragu sudah termasuk terjebak fast living atau masih dalam batas kesibukan yang wajar, berikut ciri-cirinya.

1. Kelelahan yang berlebihan dan gak pulih dengan istirahat

ilustrasi bekerja (pexels.com/Cup of Couple)

Bagaimana kamu tidak akan kelelahan? Dirimu bekerja nyaris sepanjang waktu. Agendamu selalu sangat padat dari jam ke jam. Kamu juga melakukan banyak tugas dalam satu waktu. Mobilitasmu pun begitu tinggi. Di malam hari dirimu pulang dengan tubuh terasa remuk redam. 

Rasanya, buat sekadar berjalan saja seperti menyeret-nyeret langkah. Kamu sudah gak punya selera untuk makan. Dirimu hanya ingin tidur, tetapi ini pun tak mudah dilakukan saking capeknya. Badanmu terasa sakit semua. Penggunaan obat pereda nyeri hanya mengurangi rasa gak nyaman untuk sementara.

Besok siklus ini kembali berulang dan membuat kesehatanmu makin memburuk. Meski dirimu sudah tidur, rasanya tidak ada perbaikan yang signifikan pada kondisimu setelah bangun. Keluhan tubuh pegal-pegal, sakit kepala, dan gangguan pencernaan mewarnai hari-harimu. Kamu sampai tidak ingat lagi seperti apa rasanya benar-benar fit.

2. Sampai lupa hari saking cepatnya waktu berjalan

ilustrasi bekerja (pexels.com/Gustavo Fring)

Sesekali lupa hari wajar, terutama untukmu yang bekerja sepenuhnya dari rumah dan sendirian. Akan tetapi, kamu malah seperti gak pernah mengingatnya meski masih berkantor setiap hari serta memiliki rekan kerja. Dirimu hanya terpaku pada kata hari ini, besok, dan lusa. Agendamu padat sekali.

Kamu tak lagi memandang penting nama-nama hari. Terpenting bagimu sebatas apa saja yang harus dilakukan besok. Jadwal untuk lusa pun masih dapat terus bertambah sampai mendekati hari H. Akibatnya, dirimu barangkali sangat sempurna dalam menjalankan agenda harian.

Namun, kamu kesulitan saat janjian dengan orang di luar keperluan pekerjaan dan waktunya lebih jauh daripada lusa. Seperti masih minggu depan. Kalau tidak ada orang yang mengingatkanmu, tahu-tahu saja waktu janjian sudah terlewatkan dan dirimu baru tersadar. Kecepatan irama hidup bikin harimu seolah-olah Senin terus.

3. Gak mengenal dengan baik orang-orang di sekitarmu

ilustrasi bekerja (pexels.com/Kenneth Surillo)

Kamu tidak hidup terisolasi. Dirimu bahkan selalu dikelilingi oleh banyak orang. Kamu punya teman kerja, tetangga rumah, serta gak tinggal sendirian. Akan tetapi, semua orang itu seperti asing bagimu. Dirimu tak punya waktu untuk berhenti sejenak dan melakukan pembicaraan yang berarti dengan mereka. 

Interaksi kalian serba sepintas lalu. Bahkan kamu dapat tidak berkomunikasi sama sekali dengan mereka selama berhari-hari walaupun tetap bertemu. Seperti dirimu bergegas berjalan menuju meja kerjamu sampai jam pulang. Setibanya kamu di kompleks perumahan, jalanan sudah sepi. 

Begitu masuk rumah, kamu nyaris gak berbicara dengan saudara dan bergegas masuk ke kamar. Besok pagi sekali dirimu telah kembali ke rutinitas. Jangankan kamu mengenal watak dan kesukaan orang-orang di sekelilingmu. Sekadar dirimu mengingat wajah dan namanya saja mungkin tidak. Ini yang bikin lama-kelamaan hidupmu terasa terasing sekalipun di tengah keramaian.

4. Selalu terburu-buru sehingga mudah emosi

ilustrasi berangkat kerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Boleh jadi gak 1 atau 2 kali dirimu ditegur orang, "Memangnya kamu tidak bisa santai sedikit?" Inilah dirimu yang selalu dalam mode tergesa-gesa. Kamu takut kehilangan waktu sedetik pun. Dampaknya, dirimu juga sering terlihat gelisah sekaligus bikin panik orang lain. Mereka seperti harus secepat kamu dalam segala urusan.

Padahal, menurut mereka tidak terlalu terburu-buru juga bakal tetap beres. Namun, perasaan dikejar waktu telah membuatmu begitu mudah emosi. Ada kekhawatiran yang tak masuk akal kalau-kalau sesuatu yang amat buruk akan terjadi hanya lantaran orang lain tidak bisa mengimbangi kecepatanmu.

Dirimu sulit menerima cara kerja orang lain yang lebih santai walau ujung-ujungnya beres juga. Bahkan hasil kerjanya dapat lebih baik darimu karena kecepatan berbanding terbalik dengan kecermatan. Begitu sering kamu seperti kehilangan kendali dan kehabisan kesabaran. Hal-hal biasa pun akhirnya direspons secara berlebihan, yaitu dengan kemarahan.

5. Tidak bisa menikmati hari libur

ilustrasi bekerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Ada perbedaan antara kamu memang senang bekerja dengan sudah terjebak fast living yang menyiksa. Jika kesukaanmu akan aktivitas bekerja masih normal, dirimu bisa saja tetap memanfaatkan hari libur buat mencari uang. Namun, tidak ada perasaan kamu harus melakukannya. 

Kapan pun dirimu merasa lelah atau ada acara lain seperti kondangan dan ajakan piknik, kamu dengan senang hati akan pergi. Dirimu tahu kapan dapat memanfaatkan hari libur untuk tetap mencari uang atau sepenuhnya mengistirahatkan diri. Tak ada rasa bersalah ketika kamu menikmati hari libur seperti kebanyakan orang.

Sebaliknya apabila di hari libur pun kamu merasa seakan-akan dipaksa untuk terus bekerja, ini maknanya dirimu sudah terjebak fast living. Kamu gak bisa berhenti bekerja, tetapi juga tidak lagi menikmatinya. Dirimu menjadi tegang sekali. Berbeda dengan contoh pertama yang melakukan pekerjaan di hari libur sekaligus masih bersikap santai. 

Dengan gaya hidup serba cepat boleh jadi kamu menghasilkan lebih banyak uang. Akan tetapi, apakah uang ekstra itu sepadan buat mengobati rasa lelah fisik dan psikis yang hebat? Bila tidak, artinya kamu perlu mengatur ulang caramu menjalani hari.

Uang yang dihasilkan mungkin sedikit menurun, tapi kualitas hidupmu akan meningkat. Atau, tanpa kamu selalu terburu-buru pun masih bisa memperoleh pendapatan yang sama besarnya. Bahkan mungkin saja penghasilan menjadi lebih tinggi sebab pikiranmu jernih dan staminamu terjaga. Apa pun yang dilakukan dapat optimal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editorial Team