Makassar, IDN Times - Saat memasuki aula Gedung Kesenian Sulsel Societeit de Harmonie pada Minggu (8/9) malam, yang menjadi galeri karya seni Makassar Biennale 2019, mata saya langsung tertuju ke salah satu sudut ruangan. Sebuah patung buaya dari bambu dengan panjang hampir dua meter diam dengan mulut menganga. Sepasang sesaji berisi nasi berbentuk salah satu binatang raksasa penghuni bantaran sungai, dengan telur rebus di mulutnya, meliuk di pinggir nampan. Ada kesan magis menyeruak.
"Saat bertanya tentang sungai kepada orang-orang, yang muncul adalah mitos tentang buaya. Saya dan teman-teman memiliki pengalaman pribadi (menyangkut hal ini)," ujar Achmad Fauzi, salah satu dari kelima anggota FindArt Space, kelompok seni rupa asal Makassar pembuat karya yang dinamakan Memori Sungai Sebagai Halaman Depan tersebut. Berbincang cukup lama dengan pria 45 tahun tersebut, saya diajak memikirkan ulang kodrat sungai, sendi kehidupan paling penting umat manusia.