Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Kebiasaan Sepele yang Tanpa Sadar Membuatmu Mudah Merasa Kesepian

ilustrasi pria mengalami stres (pexels.com/Andrew Neel)

Rasa sepi tidak selalu datang karena kamu benar-benar sendirian. Terkadang, justru muncul dari hal-hal kecil yang tanpa sadar kamu lakukan setiap hari. Kebiasaan sepele yang dianggap wajar ternyata bisa menumpuk rasa hampa, membuatmu merasa jauh dari orang lain meski dikelilingi banyak orang.

Kalau akhir-akhir ini kamu sering merasa kosong dan sendiri, coba perhatikan pola sehari-harimu. Siapa tahu ada kebiasaan yang justru diam-diam menumbuhkan rasa kesepian. Berikut lima di antaranya yang patut kamu waspadai.

1. Terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain

ilustrasi pria mengalami stres (pexels.com/Nathan Cowley)

Di era media sosial, membandingkan hidupmu dengan orang lain jadi hal yang nyaris tak terhindarkan. Kamu melihat teman-teman tampak bahagia, punya banyak teman, dan hidupnya seolah tanpa masalah. Akhirnya, kamu merasa hidupmu sepi dan tidak cukup layak.

Kebiasaan ini bisa mencuri rasa syukurmu sedikit demi sedikit. Padahal, apa yang orang tampilkan belum tentu seutuhnya mencerminkan kenyataan. Fokuslah pada hal-hal yang membuatmu merasa cukup, bukan pada apa yang orang lain miliki.

2. Terlalu sibuk sampai lupa berinteraksi

ilustrasi bekerja (pexels.com/Christina Morillo)
ilustrasi bekerja (pexels.com/Christina Morillo)

Kesibukan sering dijadikan alasan agar tidak merasa sepi. Ironisnya, semakin kamu larut dalam pekerjaan atau rutinitas, semakin jarang kamu benar-benar hadir untuk orang-orang terdekat. Kamu sibuk mengejar pencapaian tapi lupa menjaga relasi.

Kesibukan yang tidak diimbangi dengan waktu berkualitas bersama orang lain membuatmu merasa sendiri di tengah keramaian. Sisihkan waktu, sekecil apa pun, untuk sekadar mengobrol tanpa gadget dengan orang-orang yang kamu sayangi.

3. Mengandalkan media sosial sebagai pengganti kehangatan nyata

ilustrasi wanita bermain gadget di mobil (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi wanita bermain gadget di mobil (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Scrolling media sosial berjam-jam memang terasa menyenangkan. Kamu merasa "terhubung" dengan banyak orang lewat layar. Tapi, hubungan virtual tidak selalu bisa menggantikan kehangatan interaksi langsung.

Terlalu lama terpaku pada dunia maya justru membuatmu makin merasa kosong ketika ponsel mati. Jangan biarkan gadget menggantikan percakapan nyata. Sesekali, tinggalkan layar dan nikmati obrolan langsung dengan orang di sekitarmu.

4. Menahan diri untuk meminta bantuan

ilustrasi menolak (pexels.com/Monstera Production)

Banyak orang lebih memilih memendam masalah sendirian daripada bercerita. Takut merepotkan orang lain membuatmu terbiasa menanggung beban sendiri. Lama-kelamaan, ini menumbuhkan perasaan terisolasi.

Ingatlah bahwa meminta bantuan bukan berarti lemah. Justru dengan membuka diri, kamu memberi orang terdekat kesempatan untuk hadir mendukungmu. Bicarakan hal-hal kecil lebih dulu, sampai kamu terbiasa merasa tidak sendirian.

5. Terlalu sering memendam perasaan

ilustrasi pria sendirian (pexels.com/Sameel Hassen)
ilustrasi pria sendirian (pexels.com/Sameel Hassen)

Memendam perasaan demi menjaga keharmonisan hubungan sering dianggap baik. Namun, kalau dilakukan terus-menerus, ini justru membuatmu merasa tidak dipahami. Kamu tampak baik-baik saja di luar, tapi hatimu penuh yang tak tersampaikan.

Jangan biasakan diri membungkam apa yang kamu rasakan. Berani jujur pada diri sendiri dan orang lain akan membantumu merasa lebih terhubung. Kesepian sering kali berkurang saat kamu tidak lagi menutup-nutupi apa yang sebenarnya kamu butuhkan.

Kesepian tidak selalu datang dari keadaan, tapi juga bisa lahir dari kebiasaan sehari-hari. Menyadari pola-pola kecil ini bisa jadi langkah awal untuk membangun rasa hangat dalam hubungan dengan orang lain, dan yang terpenting, dengan dirimu sendiri. Kamu tidak harus menunggu orang lain untuk merasa terhubung. Mulailah dengan lebih jujur pada hati dan terbuka pada sekitar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us