Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
illustrasi lelah mental (pexels.com/cottonbro studio)
illustrasi lelah mental (pexels.com/cottonbro studio)

Merantau memang bukan perkara mudah, apalagi saat jauh dari orang-orang terdekat dan lingkungan yang sudah familier. Banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari urusan finansial, pertemanan baru, sampai adaptasi dengan budaya atau gaya hidup yang berbeda. Dalam kondisi seperti ini, menjaga kesehatan mental adalah hal penting agar tetap bertahan secara utuh, bukan hanya fisik tapi juga jiwa.

Sayangnya, ada banyak kebiasaan kecil yang sering disepelekan, tapi justru berdampak besar terhadap kestabilan mental. Tanpa disadari, rutinitas ini bisa membuat stres menumpuk dan menjatuhkan semangat hari demi hari. Artikel ini akan mengulas lima kebiasaan sepele yang ternyata berkontribusi besar terhadap turunnya kondisi mental di perantauan. Yuk, simak dan mulai refleksi sebelum terlambat.

1. Terlalu lama mengurung diri di kamar

ilustrasi lelah (freepik.com/jcomp)

Banyak perantau merasa nyaman berdiam diri di kamar karena dianggap sebagai tempat paling aman dari tekanan luar. Padahal, terlalu lama mengisolasi diri justru memperburuk kondisi mental. Suasana kamar yang sama setiap hari, ditambah minimnya interaksi sosial, membuat pikiran jadi cepat jenuh. Kebiasaan ini juga dapat memicu overthinking dan rasa kesepian yang sulit dikendalikan.

Interaksi sosial sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas emosi. Sekadar ngobrol ringan dengan tetangga kos atau pergi ke warung terdekat bisa membawa pengaruh positif. Membiarkan diri terjebak dalam ruang sempit tanpa aktivitas sosial hanya akan memperparah rasa terasing. Maka, sesekali keluar dan menghirup udara segar jauh lebih baik dibanding terus-menerus menyendiri.

2. Sering melewatkan sarapan dan makan teratur

ilustrasi lelah mental (pexels.com/Resume Genius)

Makanan bukan sekadar kebutuhan fisik, tapi juga berdampak besar terhadap mood dan energi sehari-hari. Banyak perantau yang terlalu sibuk atau merasa malas untuk memasak, lalu memilih untuk melewatkan sarapan atau bahkan makan siang. Kebiasaan ini membuat tubuh kekurangan asupan gizi, dan akhirnya memengaruhi kestabilan emosi.

Asupan yang buruk bisa menurunkan produksi hormon yang berperan dalam menjaga mood positif, seperti serotonin. Tanpa energi yang cukup, tubuh akan cepat lelah dan pikiran pun sulit fokus. Perasaan cemas dan mudah tersinggung jadi lebih sering muncul ketika tubuh berada dalam kondisi lapar atau kekurangan nutrisi. Menjaga pola makan adalah salah satu bentuk kepedulian terhadap kesehatan mental.

3. Terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain

ilustrasi scroll media sosial (freepik.com/freepik)

Media sosial menjadi lahan subur untuk membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Sering kali, perantau melihat teman sebaya yang terlihat sukses dan merasa dirinya tertinggal jauh. Padahal, yang terlihat di media sosial hanyalah bagian kecil dari kenyataan yang belum tentu sepenuhnya menggambarkan realitas hidup seseorang.

Kebiasaan membandingkan diri hanya akan menumbuhkan rasa rendah diri dan ketidakpuasan terhadap kehidupan sendiri. Proses setiap orang berbeda dan tidak bisa disamakan. Terus-menerus membandingkan diri justru membuat lelah secara mental dan menggerogoti kepercayaan diri yang sudah susah payah dibangun. Fokus pada perkembangan pribadi jauh lebih sehat daripada terpaku pada standar orang lain.

4. Jarang beristirahat dan tidur tidak teratur

illustrasi begadang (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Pola tidur yang berantakan sangat sering terjadi pada perantau, terutama yang hidup sendiri dan tidak punya rutinitas yang teratur. Banyak yang begadang karena pekerjaan, tugas, atau sekadar scroll media sosial sampai larut malam. Kurangnya istirahat bisa membuat tubuh kelelahan dan otak sulit bekerja secara optimal.

Tidur yang cukup membantu proses pemulihan mental dan fisik. Ketika kualitas tidur buruk, emosi pun jadi tidak stabil, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi. Rutinitas begadang yang dianggap sepele ini bisa berujung pada gangguan psikologis seperti anxiety atau burnout. Menjaga waktu tidur tetap konsisten setiap malam adalah langkah kecil yang sangat berpengaruh besar terhadap kondisi mental.

5. Menunda-nunda pekerjaan hingga menumpuk

illustrasi menunda pekerjaan (freepik.com/bearfotos)

Kebiasaan menunda pekerjaan awalnya terasa tidak terlalu berbahaya. Namun, saat tugas-tugas mulai menumpuk dan tenggat waktu semakin dekat, tekanan mental langsung melonjak. Akibatnya, bukan hanya performa yang menurun, tapi juga muncul rasa panik dan cemas berlebihan.

Prokrastinasi menciptakan siklus stres yang sulit diputus. Semakin banyak pekerjaan yang tertunda, semakin berat beban pikiran. Kebiasaan ini sering dilakukan tanpa sadar, bahkan dianggap normal. Padahal, menyelesaikan pekerjaan secara bertahap jauh lebih efektif dan membantu menjaga ketenangan mental dalam jangka panjang.

Mental yang terjaga tidak hanya ditentukan oleh hal besar, tapi juga dari kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari. Jangan abaikan rutinitas sederhana yang ternyata membawa dampak besar bagi kestabilan emosional. Merawat diri secara konsisten adalah bentuk tanggung jawab terhadap hidup sendiri, apalagi saat jauh dari rumah. Jadi, mulai sekarang, perhatikan hal-hal sepele yang mungkin selama ini justru membuat mental drop.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team