Reuni Trembesi di Kariango: Jejak Doni Monardo Menghijaukan Sulawesi

Peran penting Doni Monardo menghijaukan Kariango

Makassar, IDN Times - Ketua Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Letnan Jenderal TNI (Purn.) Doni Monardo mengunjungi Markas Brigade Infanteri (Brigif) Para Raider 3/Tri Budi Sakti (TBS) Kariango di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa 6 Desember 2022, dalam kegiatan bertajuk "Reuni Trembesi". Doni kembali bersua dengan puluhan ribu pohon trembesi di Kariango, yang ditanamnya pada 2006-2008 silam.

"Reuni itu melibatkan dua makhluk hidup beda jenis: Pohon dan manusia. Pohonnya, pohon trembesi. Manusianya, adalah manusia-manusia yang terlibat (langsung atau tak langsung) pada penghijauan area Mabrig Kariango," kata Doni dalam keterangan tertulis kepada IDN Times, Rabu 14 Desember 2022.

Doni menceritakan upayanya menghijaukan Kariango yang dulunya tandus dan gersang. Kisah trembesi Kariango ini bermula ketika dia menjabat Komandan Brigade berpangkat kolonel tahun 2006 - 2008. Selama dua tahun itulah berbagai kisah menarik terajut menjadi kenangan indah. Karenanya, menjadi sangat sentimentil suasananya, saat momen itu direunikan.

1. Ketika trembesi membalas budi

Reuni Trembesi di Kariango: Jejak Doni Monardo Menghijaukan SulawesiLetnan Jenderal TNI (Purn) Doni Monardo (kiri) saat Reuni Trembesi di Markas Brigade Infanteri (Brigif) Para Raider 3/Tri Budi Sakti (TBS) di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa 6 Desember 2022. Dok. IDN Times/Istimewa

Dikutip dari "Catatan dari Reuni Kariango" yang ditulis Egy Massadiah dan Roso Daras, pertemuan di Mabrigif Kariango Maros mengusung tema "Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita". Sederet pengurus PP PPAD pun hadir. Pada hari yang sama berlangsung acara Pengukuhan Pengurus DPD PPAD Provinsi Sulawesi Selatan, di aula Kodam XIV/Hasanuddin, Makassar.

Acara disusun secara sederhana. Diawali dengan tur ke area markas brigif. Mereka menyapa pohon-pohon trembesi, baik yang ada di area sekitar markas komando (mako), lingkungan perumahan, tempat ibadah, tepian danau, area latihan menembak, kebun bibit, dan lain-lain.

"Kalau pohon bisa ngomong, mereka tentu juga merasakan senang yang luar biasa bisa bertemu manusia-manusia pecinta lingkungan yang dulu menanam, merawat, dan membesarkannya hingga kini. Hampir semua peserta tur trembesi di markas Brigif Kariango tidak percaya, area yang tahun 2006 begitu tandus dan gersang, kini sangat rindang-rimbun oleh pepohonan trembesi," ucap Doni.

Kawasan militer yang dulu menjadi “jajahan” ternak kambing dan sapi warga serta tempat menimbun sampah, saat ini begitu bersih. Tak ada satu pun ternak warga nyelonong masuk markas. Kalaupun ada lebih 100 ekor sapi di markas, itu adalah hewan peliharaan prajurit brigade.

"Sapi-sapi itu ikut membantu kesuburan trembesi dengan kotorannya. Sementara, akibat kanopi trembesi begitu rindang, rumput tumbuh subur di bawah, dan menjadi santapan lezat sapi-sapi itu," Doni menerangkan.

2. Kerja tuntas prajurit menanam dan merawat pohon trembesi

Reuni Trembesi di Kariango: Jejak Doni Monardo Menghijaukan SulawesiMarkas Brigade Infanteri (Brigif) Para Raider 3/Tri Budi Sakti (TBS) di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa 6 Desember 2022. Dok. IDN Times/Istimewa

Usai tur, peserta reuni trembesi menyantap aneka cemilan khas Makassar. Ada barongko, jagung ketan putih, putu cangkir, sikaporo bugis, buroncong panas, dan lain-lain.

Dua prajurit Kowad sebagai MC lalu memulai acara, diawali dengan testimoni virtual dari Danjen Kopassus Mayjen TNI Iwan Setiawan.

Iwan lulusan Akmil 92 merasakan betul sentuhan Doni Monardo di Mako Kopassus. Baik semasa Doni menjabat Wadanjen maupun memuncaki jabatan Danjen Kopassus, banyak menanam pohon dan menjadikan markas baret merah menjadi sangat rimbun dengan aneka pepohonan.

Iwan juga mengulas riwayat kariernya saat menjabat Danbrigif 22/Ota Manasa (2012-2013) di Gorontalo. “Ketika itu saya juga banyak menanam trembesi, yang bibit-bibitnya saya dapat dari Kariango. Saya ingat pesan beliau (Doni Monardo) saat meminta bibit trembesi. Beliau menekankan, yang penting bukan berapa jumlah pohon yang ditanam, tetapi berapa pohon hidup. Karena itulah, kami jaga betul supaya bisa hidup dan tumbuh dengan subur. Saat ini, trembesi-trembesi di Gorontalo menjadi salah satu hal baik yang saya bisa kenang, berkat pak Doni,” kata Iwan yang pernah mendaki Mount Everest saat masih berpangkat letnan.

Testimoni kedua disampaikan Brigjen TNI Susilo. Saat ini Susilo Kasdam VI/Mulawarman. Sebelumnya, Kasdif 3 Kostrad.

Brigjen Susilo menyatakan, menanam trembesi di Kariango adalah pengalaman tak terlupakan selama menjalani karier di TNI. Sebagai Dandenma kala itu, ia yang pertama kali dipanggil.

“Ada 20.000 bibit trembesi yang harus kami tanam. Tidak hanya di markas Brigif tapi sampai ke area Yon Arhanud yang tak jauh dari lokasi Mabrig. Tegas beliau nyatakan, jangan sampai ada yang mati. Kalau sampai ada yang mati, habislah kami,” kata Susilo sambil tertawa.

Usai menerima perintah, Susilo pun mengumpulkan para prajurit dan menyampaikan tugas komandan. “Hampir setiap malam saya keliling markas meneliti satu per satu pohon trembesi. Jangan sampai ada yang mati. Kalau sampai ada yang mati, buru-buru kami ganti dengan bibit baru. Yang penting, besok pagi saat komandan keliling, tidak menjumpai ada pohon yang mati,” katanya.

Susilo menilai kepemimpinan Doni sebagai sebuah “seni” tersendiri. Berkat kepemimpinan yang tegas, serta kerja keras prajurit, sekarang semua bisa menikmati hasilnya. “Saya camkan betul pola kerja beliau, yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas,” tambahnya.

3. Menanam trembesi di seluruh wilayah Sulawesi

Reuni Trembesi di Kariango: Jejak Doni Monardo Menghijaukan SulawesiLetnan Jenderal TNI (Purn) Doni Monardo (kiri) saat Reuni Trembesi di Markas Brigade Infanteri (Brigif) Para Raider 3/Tri Budi Sakti (TBS) di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa 6 Desember 2022. Dok. IDN Times/Istimewa

Salah satu tokoh penting yang hadir hari itu adalah Mayjen TNI Purn Djoko Susilo Utomo. Joko adalah Danbrigif Kariango ke-19, tahun 1997. Sepuluh tahun kemudian ia kembali bertugas ke Sulsel sebagai Pangdam VII/Wirabuana (sekarang Kodam XIV/Hasanuddin).

Joko sendiri mengaku mengenal trembesi sejak tahun 60-an. Di depan rumahnya di Bandung, terdapat satu pohon trembesi. Saat itu, ia ingat betul sering mengumpulkan biji-biji trembesi kemudian disangrai menyerupai pop-corn.

Kenangan itu kemudian terngiang kembali saat ia menjabat Pangdam VII/Wirabuana (2007 – 2009). Saat itulah ia dipertemukan dengan Andi Tenri "Onny" Gappa.

Djoko pun membuat semacam surat tugas kepada Onny, menjalankan misi menanam trembesi di seluruh wilayah Sulawesi. Maka Onny pun mendatangi semua Korem dan Kodim untuk maksud tersebut.

Djoko mengaku sangat senang bisa hadir dalam acara reuni di Kariango. Lebih bahagia lagi karena mimpi Onny untuk “mentrembesikan” Sulawesi, bahkan seluruh Indonesia, sudah terwujud. “Lebih dari segalanya, upaya kita menanam trembesi bermanfaat untuk umat,” katanya, takzim.

Pemberi testimoni selanjutnya adalah Andi Herry Iskandar, yang merupakan Wakil Walikota Makassar periode 2004 – 2009. “Saya senang sekali ada acara reuni trembesi. Ini adalah nostalgia pribadi. Saat Mako dibangun saya bekerja di sini, bahkan sempat bermalam. Saya melihat langsung bagaimana prajurit TNI bekerja,” katanya.

Dikisahkan, seminggu sebelum jadwal peresmian Mabrig (Dulu bernama Markas Kopasandha), kondisinya masih rawa-rawa. Tapi pada saatnya, peresmian bisa berjalan tepat waktu. “Sejak itu saya berkesimpulan, apa yang tidak mungkin, kasih tentara, pasti jadi,” kata Herry.

“Peran saya sebenarnya mirip bagian pemasarannya pak Onny dan pak Doni,” katanya sambil tertawa.

Testimoni virtual dilanjutkan oleh Andi Muhammad Said Chalik, yang mewakili PT Semen Tonasa. Ia berfoto dengan sejumlah staf di belakang, dengan latar pohon-pohon trembesi yang rimbun. Said Chalik mengucapkan terima kasih karena Tonasa sekarang hijau dengan trembesi. Bicara begitu, ia menunjuk deretan pohon trembesi di belakangnya.

Dari kalangan pengusaha yang berhalangan hadir dan memberi testimoni secara virtual, adalah Danny Amril Ichdan, Direktur Hubungan Antar Lembaga MIND ID. Menurut Danny, menanam pohon sama artinya dengan menanam kebajikan.

“Bukan saja berfungsi memperbaiki ekosistem, tapi mengingat alam adalah warisan bagi anak cucu kita. Karena itu, sebaiknya kita mewariskan bumi yang hijau. Karena itu kita harus lebih banyak menanam pohon,” ujarnya.

Yang tak kalah menarik adalah testimoni dari Adriansyah Chaniago wakil dirut PT Vale Indonesia. Adriansyah menceritakan, tahun lalu ia mengajak Doni Monardo dalam kapasitanya sebagai Komisaris Utama MIND ID berkunjung ke PT Vale Indonesia di Soroako. Saat tiba, Doni langsung menyambangi pohon trembesi yang ada di areal PT Vale seraya berkata, "Bibit Trembesi ini dari Kariango dan ditanam sekitar tahun 2007-2008."

Doni mengingat, untuk penanaman di wilayah Soroako ketika itu, dikomandoi Letkol Marga Taufik dandim Palopo dan kemudian dandim Makassar. Lulusan Akmil 1987 ini juga pernah menjabat sebagai Pangdam Pattimura tahun 2019.

Dalam kesempatan itu, Danbrig Kariango, Kolonel Inf. Kamil Bahren Pasha mengajak 5 anggotanya sebagai saksi pembibitan di Kariango. Mereka adalah Mayor Inf Jayadi, Letda Inf Batwi Jumar, Letda Inf Harun, Serka Dani S. Rote dan Sertu Bakhtiar.

“Izin, saya tampilkan beberapa prajurit yang terlibat langsung penanaman trembesi tahun 2006, dan kebetulan hingga hari ini masih bertugas di Brigif Kariango,” kata Kamil Bahren.

Mereka, satu per satu, mengisahkan pengalaman tugas menghijaukan markas Brigif. Mulai dari pengalaman pahit, pengalaman buruk kena hukuman, sampai pengalaman-pengalaman lucu yang saat ini menjadi kenangan indah.

Salah satu saksi hidup sekaligus terlibat aktif pada program penghijauan Mabrig Kariango adalah Letjen TNI Purn AM Putranto. Saat Doni komandan, Putranto menjabat Kepala Staf (Kas) Brigif.

“Hampir tiap hari satu mobil dengan beliau. Yang kami bahas hanya dua. Pertama adalah kesejahteraan prajurit dan kedua soal pohon. Sampai saya perhatikan gallery HP beliau isinya foto pohon semua,” kata Anto, sambil tertawa.

Kesan yang tertanam di benak Putranto adalah komitmen yang kuat dalam menjaga lingkungan. Selain itu, kerja keras. “Pesan beliau adalah jangan berhenti berbuat baik, karena manfaatnya pasti akan dirasakan orang lain,” katanhya.

Ia ingat periode awal kepemimpinan Doni Monardo di Kariango. Doni menghentikan latihan prajurit. Yang diutamakan adalah membersihkan area markas yang sangat kumuh. “Kalau latihan pun, dalam suasana markas Brigif kotor, hasilnya tidak akan maksimal,” kata Anto menirukan kalimat Doni, komandannya.

Akhirnya, seluruh prajurit dikerahkan untuk melakukan bersih-bersih area markas. Sejumlah titik pembuangan sampah dibersihkan. Saluran air juga dibersihkan. “Saya ingat, dalam dua bulan tak kurang dari 350 rit truk sampah, sampai-sampai anggaran bensin habis untuk mengangkut sampah,” kenang Anto.

Setelah bersih, barulah proses penanaman trembesi. Disiplin personil juga ditingkatkan. Kualitas SDM dibangun dengan menghidupkan aktivitas masjid dan gereja.

Sementara itu, program trembesi tidak ada istilah kendor. Penyiraman pohon harus rutin. Mesin air menyala hampir 24 jam. “Yang saya heran, beliau tidak pernah nanya sama sekali soal anggaran. Tapi kalau anggaran kurang, selalu bisa terselesaikan. Karena beliau tidak pernah tanya masalah anggaran, maka daftar mata anggaran pun saya cetak besar dan tempel di papan, agar transparan,” katanya.

“Saya benar-benar bangga pernah menjadi bagian dari program penghijauan di sini. Pak Doni adalah tipikal yang tidak banyak bicara, tetapi prestasinya internasional,” pungkasnya.

Peserta reuni trembesi lain yang diminta memberi testimoni adalah keluarga Onny Gappa dan Pangdam XIV/Hasanuddin. Pangdam Mayjen TNI Totok Imam Santoso mencatat kesan, “Pak Doni itu identik dengan yang tidak ada menjadi ada. Seperti di Kariango, dari gersang menjadi hijau. Di Maluku, dari tidak ada menjadi ada program emas biru dan emas hijau,” kata Totok yang menjabat Irdam XVI/Pattimura saat Doni menjabat Pangdam. Ia belajar banyak dari Doni Monardo. Termasuk soal transparansi anggaran.

4. Doni Monardo mengenang Onny Gappa

Reuni Trembesi di Kariango: Jejak Doni Monardo Menghijaukan SulawesiLetnan Jenderal TNI (Purn) Doni Monardo (kiri) saat menerima penghargaan bersama Almarhum Andi Tenri Onny Gappa/Istimewa

Doni lantas mengisahkan betapa “berantakan” kondisi brigif. Bukan saja tandus dan gersang, tetapi tumpukan sampah tak menggunung ada di sejumlah titik, dan menyebarkan aroma tidak sedap. Masih ditambah berbagai kasus “kenakalan” prajurit.

Doni mulai mendisiplinkan prajuritnya. Yang pertama bukan latihan kesamaptaan atau yang lain, tetapi membersihkan area brigade yang memiliki luas 301 hektare itu. Tak kurang dari 350 rit truk (volume sampah) yang dikeluarkan dari area brigade. Ia bahkan menemukan residu atau timbunan sampah berusia puluhan tahun.

“Kami sampai kehabisan anggaran BBM untuk mengangkut sampah-sampah itu. Benar kan pak Anto?” kata Doni sambil memandang ke arah Letjen TNI Purn AM Putranto, yang saat itu menjabat Kepala Staf (Kas) Brigif Kariango berpangkat Letkol. AM Putranto berdiri, tertawa dan menjawab, “Benar…”

Sejak itu, markas Brigif Kariango menjadi bersih dari sampah. Persoalan tidak berhenti sampai di situ. Habbit membuang sampah sembarangan, masih belum hilang seketika. Termasuk kebiasaan membuang puntung rokok.

Problem berikut di mata Doni Monardo adalah ketandusan dan kegersangan. Di sinilah “tangan Tuhan” bekerja. Seseorang memperkenalkan Doni Monardo dengan bankir Makassar yang sangat kesohor, Andi Tenri “Onny” Gappa.

Namanya lekat dengan Bank Panin. Onny Gappa juga dipercaya menjadi Ketua Perhimpunan Perbankan Nasional (Perbanas) Sulsel dua dekada, 90-an dan 2000-an. Padahal Andi Onny bukan berlatar belakang akuntan, ekonom, atau manajemen. Dia adalah insinyur animal husbandry, peternakan, dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Onny yang juga keponakan mantan Panglima ABRI Jenderal M Jusuf itu, hingga akhir hayatnya dipercaya sebagai Area Manager Panin Bank KTI. Onny meninggal dunia di rumah sakit Mount Elizabeth Singapura, Jumat 10 Oktober 2014, setelah menjalani operasi dua hari sebelumnya.

Almarhum Onny Gappa yang merupakan menantu mendiang tokoh Sulsel Andi Mattalatta itu dikenal dengan sifatnya yang humble dan gemar membantu. Wadah “Panin Peduli” menjadi kepanjangan tangan sifat kedermawanan Onny.

Di mata sahabat dan orang-orang dekat, ia punya dua hobby. Pertama moge Harley Davidson. Kedua, menanam pohon. Bahkan di mana pun Onny Gappa beraktivitas, nyaris tak pernah lepas pernyataan ini, “Siapa saja yang butuh bibit pohon silahkan datang ke rumah saya."

Di rumahnya Jl Hertasning Raya, Makassar memang laiknya hutan. Garasi mobilnya, diisi kantung bibit tanaman keras.

“Saya belum berpikir ke pohon untuk menghijaukan markas brigade. Sebab, yang memperkenalkan saya adalah kelompok pecinta Harley Davidson. Sementara saya tahu pak Onny senang motor besar. Toh saya berpikiran positif, meski saya bukan penggemar moge (motor gede),” kata Doni.

Pada hari dan jam yang ditentukan Doni bertemu Onny. Doni mengenakan uniform PDH militer. Lengkap dengan tongkat komando dan baret hijau.

Begitulah gambaran proses perkenalan Doni dan Onny hingga ke substansi penghijauan markas Brigif begitu lancar. Lancar jaya.

“Hari itu juga pak Onny berkenan datang ke lokasi Brigif. Di sini, komentar beliau kurang lebih, ‘wah… ini butuh banyak pohon, pak Doni’,” ujarnya. Doni tertawa dan membenarkan. Tanpa basa-basi, Onny melanjutkan dengan pertanyaan, “Saya bantu bibit pohonnya pak. Mulai kapan?” tanya Onny kepada Doni.

Bukan Doni Monardo kalau menjawab, “besok atau minggu depan”. Alhasil, Doni pun menjawab, “Kalau bisa hari ini juga, pak Onny.”

Singkat kalimat, Onny mempersilakan armada Brigade datang ke rumahnya untuk mulai proses pengangkutan bibit-bibit trembesi. Tak kurang dari 20.000 (d u a p u l u h r i b u) bibit trembesi disumbangkan Onny Gappa untuk menghijaukan Markas Brigif Kariango.

5. Mengubah wajah Kariango

Reuni Trembesi di Kariango: Jejak Doni Monardo Menghijaukan SulawesiMarkas Brigade Infanteri (Brigif) Para Raider 3/Tri Budi Sakti (TBS) di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa 6 Desember 2022. Dok. IDN Times/Istimewa

Benih-benih sukses penghijauan Brigif Kariango menampakkan hasil positif. Ini tentu saja memupus pesimisme sebagian (besar) prajurit Kariango sebelumnya. “Saya tahu, banyak prajurit marah, banyak prajurit tidak setuju waktu saya minta menanam pohon. Saya mendengar ada yang ngomong, ‘kami sudah bertahun-tahun menanam pohon, dan gagal terus. Ini Kopassus (yang dimaksud adalah Doni Monardo) datang mau penanam pohon pula. Mana mungkin berhasil’,” kata Doni menirukan keluhan dan protes prajurit.

Berkat kerja keras, disiplin, dan kerja ikhlas, trembesi bisa tumbuh di tanah bebatuan Kariango. Hal itu pun dilaporkan Doni saat berjumpa Pangdam VII/Wirabuana (ketika itu), Mayjen TNI Djoko Susilo Utomo. Djoko yang nota-bene juga mantan Danbrigif Kariango pun terkesan. “Coba, saya mau bertemu pak Onni Gappa,” kata Doni menirukan perintah Pangdam VII/Wirabuana saat itu.

Doni pun menghubungi “sahabat trembesi” Onny Gappa. “Pak Onny. Panglima mau bertemu,” kata Doni kepada Onny.

Ia merasa senang bisa mempertemukan Onny Gappa dengan Mayjen Djoko Susilo. Sebab Doni tahu persis obsesi Onny Gappa yang ingin menghijaukan seluruh wilayah Indonesia dengan trembesi. Doni berpikir, obsesi itu bisa dimulai dari Sulawesi, atau teritori Kodam VII/Wirabuana.

Muara pertemuan adalah keluarnya surat perintah kepada seluruh jajaran Kodam VII/Wirabuana untuk melakukan penghijauan trembesi di wilayah masing-masing. “Setelah itu, pak Onny keliling dari Korem ke Korem, dari Kodim ke Kodim, sosialisasi trembesi,” kata Doni.

Sejak itu pula, trembesi mulai merambah wilayah-wilayah lain di luar Maros dan Makassar yang sudah dihijaukan Doni Monardo dan jajarannya. “Saya berani mengatakan, hampir semua pohon trembesi yang ada di Sulawesi, asalnya dari Kariango, berkat jasa Pak Onny dengan Panin Peduli-nya,” tegas Doni.

Puncak kisah sukses menghijaukan area Brigif Kariango yang semua tandus, ditandai dengan pemasangan papan di dekat kebun bibit. Papan itu bertuliskan “Dari Kariango Ikut Hijaukan Indonesia”. Saat moment “Reuni Trembesi” 6 Desember 2022, papan itu tampak masih utuh. Bahkan, tulisan yang sempat memudar, sudah dicerahkan dengan cat yang baru.

Tahun 2008, dua tahun setelah menjabat Komandan Brigif Kariango, turun Skep penugasan baru untuk Kolonel Inf Doni Monardo kembali ke satuan Pasukan Pengaman Presiden sebagai Dan Grup A Paspampres (2008 – 2010). “Saya tahu, orang yang paling sedih atas kepindahan tugas saya adalah almarhum Onny Gappa,” kata Doni, sendu.

Saat bertemu, beliau mengatakan, “Kalau pak Doni pindah, bagaimana nasib trembesi-trembesi di Sulawesi. Bagaimana kelanjutan program menghijaukan Indonesia.”

Dengan kalimat mantap Doni menjawab, “Pak Onny tidak perlu khawatir. Saya akan tetap mengawal dan melanjutkan program yang sudah kita canangkan.”

“Jadi, kalau hari ini Kariango hijau, trembesi ada dari Aceh sampai Papua, ini semua tidak lepas dari jasa besar almarhum Onny Gappa. Tanpa almarhum Onny Gappa, tidak mungkin ada trembesi di banyak tempat di Indonesia!”

Berkata begitu, meledaklah isak tangis Doni Monardo. Ia tak kuasa membendung sesak di dada, atas bahagia dan haru yang membuncah terhadap kenangan jasa besar almarhum Onny Gappa.

Hadirin yang tekun mengikuti acara reuni, tak pelak ikut meleleh, mengusap air mata. Termasuk istri Onny Gappa, Andi Soraya Mattalatta dan putra semata wayangnya, Andi Ahmad Yani Gappa yang hadir mengenakan loreng Sahabat Kopassus pemberian Doni Monardo.

Usai menarik napas panjang, Doni mengajak hadirin menundukkan kepala dan memanjatkan doa untuk almarhum Andi Tenri “Onny” Gappa.

Reuni Trembesi di Kariango: Jejak Doni Monardo Menghijaukan SulawesiDoni Monardo bersama Soraya Onny Gappa (istri Onny) dan Yani Gappa (Putra Onny)/Istimewa

Baca Juga: TSN IKA SMADA Makassar di Malino, Marga Taufiq: Spesial untuk Alumni

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya