Belakangan ini pengguna media sosial terutama di TikTok ramai membahas tarian Dero. Itu setelah sejumlah video viral menampilkan tarian tersebut diperagakan oleh anak-anak muda.
Dero merupakan sebuah tarian kelompok, di mana dalam prosesnya mereka akan bergandengan tangan dan menari mengikuti irama musik. Biasanya sekelompok orang akan membentuk sebuah lingkaran dan menarikan gerakan yang sama.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini sejumlah fakta menarik seputar tari Dero.
Menurut sejumlah sumber, tarian Dero merupakan kebudayaan masyarakat Pamona di Sulawesi Tengah. Awalnya Pamona bukanlah nama suku, melainkan nama salah satu kelurahan di kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Masyarakat Pamona menempati hampir seluruh wilayah Kabupaten Poso, sebagian Kabupaten Tojo Una-una dan sebagian Kabupaten Morowoli Utara.
Nama Pamona memiliki singkatan Pakaroso Monsituvu Naka Molanto yang merujuk pada kesatuan beberapa etnis. Kemudian, di masa pemerintahan kolonial Belanda mereka semua disatukan dan jadilah sebuah suku bangsa yang bernama suku Pamona.
Jauh sebelum gerakan tarian Dero yang sekarang, dulunya tarian Dero tidak dilakukan dengan berpengangan tangan. Namun, ketika zaman penjajahan Jepang tradisi berpegangan tangan dilakukan dengan tujuan hiburan bagi mereka.
Selain itu pada pada awalnya tarian Dero dilakukan di dalam Lobo (pusat ibadah suku Pamona sebelum agama Kristen masuk) dan dilakukan setelah pasukan perang pulang dari Pengayauan (penggal kepala). Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepercayaan mereka (penolak bala) jika tertadi musibah seperti gagal panen atau salah satu anggota masyarakat meninggal dunia. Nantinya mereka akan mencari tengkorak manusia dan diletakan ditengah Lobo, kemudian ditarikan oleh masyarakat secara melingkar dengan sebuah gerakan yang disebut tari Dero.
Tarian Dero memiliki makna persatuan tampa melihat perbedaan gender, umur, status sosial dan agama. Semua orang berhak mengikuti tarian tersebut dan saling bergandengan tangan membuat suatu gerakan yang serempak dan selaras.
Selain itu tari Dero juga melambangkan simbol sukacita atau kebahagian serta ungkapan rasa syukur kepada tuhan.
Tari Dero hingga saat ini masih dipertahankan dan sering ditampilkan di berbagai kegiatan seperti upacara adat, pesta perkawinan, penyambutan maupun acara yang bersifat hiburan. Dalam prosesnya mereka akan berkumpul menjadi satu di tempat yang luas kemudian akan menari dengan diiringi musik pengiring.
Dalam pertunjukan tari Dero, biasanya penonton atau pengunjung akan diajak bersama untuk berpartisipasi dalam tarian Dero.
Dalam pertunjukan tari Dero akan diiringi oleh musik tradisional Nggongi dan Ganda. Selain ada musik yang mengiringi, akan ada juga pengiring vokal yang menyanyikan syair atau sebuah pantun.
Namun, seiring perkembangan zaman alat musik yang digunakan sudah dikombinasikan dengan musik tradisi dan modern yang lebih semarak dan lebih manarik untuk membakar semangat para penari.
Kostum yang digunakan saat tari Dero dilakukan adalah menyesuaikan konsep dari acara tersebut. Jika acara tersebut adalah kagiatan adat seperti upacara adat, pesta perkawinan, syukuran ataupun sambutan kepada seseorang maka kostum adat suku Pamona yang sering digunakan.
Namun jika kegiatan tersebut hanya kegiatan hiburan maka biasanya tidak ada ketentuan kostum digunakan. Hal ini karena tarian Dero bukan hanya melibatkan para penarinya saja tetapi juga melibatkan para penonton dan masyarakat luas yang ingin ikut terlibat dalam tarian tersebut.
Saat ini tarian Dero sudah mulai banyak mengalami perubahan baik dari gerakan yang semakin bervariasi maupun pusik pengiring yang sudah bukan menggunakan alat tradisional. Bahkan sekarang tarian Dero sudah banyak dilakukan dengan menggunakan musik DJ (Disk Joykey) dengan dibarengi lampu sorotan yang berkelap-kelip. Untuk lagu yang digunakan pun merupakan lagu campuran seperti lagu dangdut dan lagu band lainnya yang di-remix seperti klub-klub malam kota besar.
Itu tadi sejumlah fakta tentang tari Dero. Semoga bermanfaat, ya!