Penampilan grup musik hardcore punk asal Makassar, Build Down to Anathema (BDTA) di hari kedua Prolog Fest 2022 yang berlangsung di Pantai Akkarena Makassar, 11 November 2022. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)
Perjalanan BDTA sendiri tidak selalu mulus. Selain berulang kali mengalami proses bongkar-pasang personel, mereka sempat mengalami vakum berkarya yang cukup lama yakni dari tahun 2016 hingga 2023. Tapi, semangat Radit dan kawan-kawan untuk terus berkarya tak pernah padam. Sejak comeback, basis pendengar mereka semakin banyak lantaran rutin tampil di helatan musik.
"Hal ini tentunya pernah menjadi tantangan dan pertanyaan besar perihal keberlanjutan dan keberlangsungan masa depan band ini. Syukurnya masa itu telah dilalui dan menjadikan kami sebagai band dengan pengalaman yang cukup adaptif dan resilien di situasi sulit tertentu," cerita Radit.
Setelah hiatus, BDTA kembali mengalami perubahan formasi. Posisi Dwi di vokal diganti ke Fajar, dan Ippank yang sudah memperkuat band sejak terbentuk pada 2009 diganti oleh gitaris post-hardcore Paniki Hate Light yakni Endi.
"Formasi ini merupakan jawaban dari berbagai keresahan yang terjadi. Baik sebagai bahan bakar karya maupun cita-cita dan harapan untuk terus tumbuh dan berkembang bersama teman-teman band hardcore lainnya," jelas Radit tentang hal ini.
Berbicara tentang penghidupan, para personel BDTA memiliki latar belakang yang beragam. Ada yang berprofesi sebagai dosen, pebisnis, fotografer profesional dan karyawan swasta di bidang keuangan. Tapi, kesamaan mereka adalah mengalami atau menyaksikan sendiri bagaimana band tersebut tumbuh seiring waktu. Kendati sibuk, kelimanya berkomitmen untuk tetap berkarya. Sejak kembali dari hiatus pada 2023, BDTA telah merilis empat single. Yang terbaru yakni "Amarah" yang dilepas pada September 2024, di mana mereka berduet dengan rapper muda OG Avamato.
"Kami merasa komitmen kami pasca comeback dan merilis beberapa lagu adalah tanggung jawab ke pribadi kami masing-masing agar tetap konsisten di tengah kesibukan bersama keluarga dan pekerjaan," kata Radit.
"Salah satu cara ampuh minimal sebulan sekali kami ngopi dan nongkrong bareng di kedai kopi favorit kami hanya untuk membicarakan hal-hal umum dan sederhana. Itu terbukti ampuh memantik rasa haus kami akan lagu-lagu baru nantinya," sambungnya.
Dalam menyebarkan karyanya, BDTA beradaptasi sesuai perkembangan teknologi. Saat merilis EP Eksistensi, mereka mencetaknya dalam rilisan fisik CD sebanyak 80 pcs sembari memasarkannya via platform khusus musisi yakni Bandcamp dan ReverbNation. Tapi setelah kembali aktif dari hiatus, platform digital seperti Spotify serta Apple Music menjadi tempat mereka mengunggah karya serta menawarkan merchandise eksklusif di setiap masa perilisan.