TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Autistic Pride Day, Upaya Menjaga Kebanggaan Diri Penderita Autis

Misi utama: membuat para penderita autis bangga pada dirinya

Unsplash.com/AnnaKolosyuk

Makassar, IDN Times - Kamu pasti sudah sering mendengar autisme, sebuah kondisi di mana perkembangan otak seseorang mengalami gangguan yang berpengaruh pada kemampuan si penderita berkomunikasi dengan orang lain. Jauh sebelum studi psikologis-medis dilakukan untuk membantu serta memahami penderta autis, masyarakat sering salah persepsi tentang mereka.

Mulai dari dianggap sebagai aib keluarga, dicemoh, hingga dijauhi dalam pergaulan. Memaksa bersosialisasi secara normal, bukan secara khusus, justru berpengaruh sebaliknya. Penderita autisme kian terpojok dalam dunia ajaib, tanpa seorang pun memahami setiap percik keistimewaan yang mereka bawa sejak bangun tidur hingga lelap di malam hari.

Baca Juga: Bukan Autisme, Ini 7 Fakta tentang Sindrom Asperger yang Dikira Sama

Semua baru berubah saat aktivis dan penderita autis, Jim Sinclair, melakukan advokasi untuk publik Amerika Serikat pada dekade 1980-an. Diskusi dibuat, melibatkan seluruh pihak terkait. Pemahaman terhadap kaum berkebutuhan khusus pun baru betul-betul tumbuh, mekar di seluruh belahan bumi, di awal abad ke-21.

Peringatan Autistic Pride Day setiap tanggal 18 Juni sendiri adalah sekelumit dari kampanye perubahan stigma di masyarakat. Namun APD, yang pertama kali dicetuskan oleh grup aktivitis Aspies For Freedom, jauh lebih dulu menarik perhatian ketimbang Hari Autisme Sedunia milik PBB yang dirayakan pada 2 April.

Austistic Pride Day jadi agenda tahunan organisasi autistik di berbagai belahan dunia, yang terhubung satu sama lain melalui agenda universal nan mulia. Misi mereka melalui APD ini adalah menunjukkan kepada allistic (orang-orang yang tidak termasuk dalam spektrum autisme) bahwa setiap individu autis punya keunikan dan keistimewaan. Dengan kemampuan istimewa, mereka tak sepatutnya diperlakukan sebagai kasus medis.

1. Austistic Pride Day adalah secuil dari usaha advokasi langsung dari penderita autis

Unsplash.com/@antenna

2. Aspies For Freedom, pelopor APD, amat vokal memperjuangkan hak-hak penderita autis di Inggris

autism.org.uk

Gagasan gerakan advokasi hak-hak autisme rupanya meniru Gay Pride yang lebih dulu booming di Negeri Paman Sam. Aspies For Freedom yang sejatinya bermarkas di Inggris bahkan mengakuinya. "Saya tidak melihat autisme sebagai kecacatan, melainkan sebagaI salah satu cara menjalani hidup," ujar Gareth Nelson sebagai salah satu pelopor AFF saat diwawancarai The Guardian pada 2007 silam. "Autistik hanya salah satu dari bermacam variasi manusia."

Sebagai catatan, AFF punya peran penting di tanah Britania. Mereka memprakarsai petisi agar PBB memberi beberapa kursi berlabel 'etnis minoritas' kepada penderita autis. Grup yang berdiri pada 2004 itu juga menjadi sumber utama pemerintah Inggris untuk bantuan ketenagakerjaan bagi para orang-orang berkebutuhan khusus.

Saat pertama kali dirayakan pada 2005, APD langsung menjadi fenomena global baik di dunia maya dan nyata. Kabie Brook, salah satu pendiri Autism Rights Group Highland (ARGH), menyebutnya sebagai sebuah terobosan lantaran peringatan tersebut diadakan dari, oleh dan untuk komunitas autistik. Bukannya sebuah hari amal bentukan organisasi lain yang mungkin saja hanya bertindak sebagai agenda promosi.

Baca Juga: Ternyata Inilah 7 Alasan Mengapa Orang dengan Autisme Biasanya Genius

Berita Terkini Lainnya