Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Alasan Vitamin D Efektif Menurunkan Risiko COVID-19

ilustrasi vitamin D (freepik.com/ntl-studio)

Vitamin D membantu menjaga kesehatan tubuh dengan memperkuat sistem kekebalan alias tubuh. Imun jadi pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi dan penyakit.

Vitamin D berperan meningkatkan respons imun. Aktivasi pertahanan sistem kekebalan tubuh didukung oleh vitamin itu yang punya sifat anti-inflamasi dan imunoregulasi.

Kadar vitamin D yang rendah sering dikaitkan dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap infeksi, penyakit, dan gangguan terkait imunitas. Misalnya, rendahnya kadar vitamin D bisa meningkatkan risiko penyakit atau infeksi pernapasan oleh virus dan bakteri. Selain itu jug dikaitkan dengan penurunan fungsi paru-paru, yang dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi pernapasan.

Bagaimana dengan risiko COVID-19 pada tubuh dengan kadar vitamin D rendah? Simak penjelasannya berikut ini dikutip dari Healthline.

1. Bagaimana vitamin D melindungi sistem pernapasan

ilustrasi jantung dan paru-paru (physicsworld.com)

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di PLOS ONE, pasien rawat inap dengan COVID-19 yang memiliki kadar vitamin D rendah lebih berisiko terhadap kondisi kritis dan kematian. Penelitian ini menjelaskan bagaimana vitamin D mempengaruhi kesehatan kekebalan tubuh dan bagaimana nutrisi ini dapat membantu melindungi dari gangguan pernapasan.

Dalam laporan yang diterbitkan di The Lancet, tim peneliti membahas kemungkinan bahwa vitamin D dapat menawarkan perlindungan terhadap infeksi sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Meta-analisis uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan dari 2007 hingga 2020. Studi mengungkapkan bahwa vitamin D memiliki efek perlindungan terhadap infeksi saluran pernapasan akut.

Para peneliti mengamati bahwa faktor risiko untuk COVID-19 yang parah mirip dengan kekurangan vitamin D. Ini termasuk obesitas, usia yang lebih tua, dan asal etnis Hitam atau Asia. Mereka berhipotesis bahwa suplementasi dengan vitamin D dapat menjadi pelindung, pencegahan, atau terapi terhadap COVID-19.

Pada dasarnya, vitamin D diperlukan untuk berfungsinya sistem kekebalan tubuh, yang merupakan garis pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Vitamin ini berperan penting dalam meningkatkan respons imun. Ini karena sifat anti-inflamasi dan imunoregulasi, dan sangat penting untuk aktivasi pertahanan sistem kekebalan.

2. Efektif untuk Mengatasi COVID-19?

ilustrasi pandemi COVID-19 (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Sejumlah penelitian telah menyelidiki efek suplementasi vitamin D. Studi sebelumnya menyelidiki hubungan antara tingkat sirkulasi 25-hidroksivitamin D (25(OH)D), yang merupakan biomarker status vitamin D di tubuh, dan kejadian dan tingkat keparahan infeksi SARS-CoV-2.

Dua penelitian telah menunjukkan hubungan terbalik antara perkiraan nasional tingkat atau status vitamin D dan kejadian COVID-19, termasuk kematian di negara-negara Eropa. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika ada konsentrasi 25(OH)D yang lebih rendah, risiko atau kerentanan terhadap COVID-19 meningkat.

Selain itu, penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tingkat keparahan COVID-19 meningkat ketika kadar vitamin D dalam tubuh rendah. Juga, penyakit saluran napas dikaitkan dengan metabolisme vitamin D yang tidak teratur, meningkatkan kemungkinan bahwa kekurangan vitamin D dapat menjadi komplikasi peradangan saluran pernapasan.

Namun, sebuah studi baru telah menentukan bahwa hidroksivitamin D setidaknya 30 ng/mL dapat membantu mengurangi kemungkinan hasil klinis yang merugikan atau bahkan kematian pada pasien rawat inap dengan COVID-19. Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa suplemen vitamin D dapat meningkatkan respons imun dan melindungi dari infeksi pernapasan umum.

3. Menakar seberapa besar pengaruh vitamin D

Youngerlooks

Secara keseluruhan, penelitian yang dipublikasikan di PLOS ONE menunjukkan bahwa suplemen vitamin D mengurangi risiko terkena ISPA hingga 12 persen. Selain itu, tinjauan tersebut menemukan bahwa suplemen vitamin D paling efektif dalam melindungi terhadap ISPA bila diminum setiap hari atau setiap minggu dalam dosis kecil dan kurang efektif bila dikonsumsi dalam dosis besar dan jarak jauh.

Suplemen vitamin D juga telah terbukti mengurangi kematian pada orang dewasa yang lebih tua, yang paling berisiko terkena penyakit pernapasan seperti COVID-19 dan penyakit penyerta yang mereka miliki.

Studi lain menyoroti potensi kausalitas terbalik, yang berarti bahwa kadar vitamin D yang rendah dapat menyebabkan insiden dan keparahan COVID-19 yang lebih tinggi. Para peneliti mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan, yang melibatkan uji coba terkontrol acak yang kuat dari suplementasi vitamin D dalam mencegah dan merawat pasien COVID-19.

Terlebih lagi, kekurangan vitamin D diketahui meningkatkan proses yang dikenal sebagai "badai sitokin". Badai sitokin mengacu pada pelepasan sitokin pro-inflamasi yang tidak terkontrol yang terjadi sebagai respons terhadap infeksi atau faktor lain. Pelepasan sitokin yang berlebihan menyebabkan kerusakan jaringan yang parah dan meningkatkan tingkat keparahan penyakit.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us