Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi museum (Pexels.com/Una Laurencic)
Ilustrasi museum (Pexels.com/Una Laurencic)

Masuk usia 20-an itu sering dianggap masa paling seru dalam hidup. Tapi kenyataannya, gak sedikit yang justru merasa hidupnya makin berat dan serba bingung. Padahal, dari luar kelihatannya semua baik-baik aja dan mungkin masih nongkrong kayak biasa. Tapi di dalam hati, banyak yang mulai ngerasa capek tanpa tahu jelas alasannya.

Kalau kamu juga lagi ngerasain hal serupa, tenang, kamu gak sendirian. Justru, banyak orang di usia 20-an mengalami tekanan yang sama, cuma gak semua orang terbuka soal itu. Mulai dari tuntutan mandiri, beban ekspektasi, sampai rasa takut gagal, semua datang bertubi-tubi. Nah, berikut ini beberapa alasan kenapa hidup bisa terasa berat di usia 20-an. Yuk, kenali satu per satu biar kamu tahu cara hadapinya!

1. Baru sadar ekspektasi gak selalu sesuai dengan realita

Ilustrasi sedang kecewa (Pexels.com/Alex Green)

Waktu kecil atau remaja, kita sering banget punya gambaran ideal soal hidup di usia 20-an. Punya kerjaan mapan, tinggal di apartemen sendiri, jalan-jalan tiap weekend, atau minimal tahu mau jadi apa. Tapi pas udah beneran masuk usia segini, kenyataannya beda jauh.

Banyak yang masih bingung mau ngapain, kerja cuma buat bertahan hidup, dan bingung kenapa masih ngerasa kosong meskipun udah "di jalur yang benar". Ekspektasi yang terlalu tinggi dan realita yang gak seindah bayangan bisa bikin kita gampang ngerasa gagal. Padahal, wajar banget kok kalau hidup gak langsung mulus. Semua orang punya waktunya masing-masing.

2. Mulai merasa tertinggal dari teman-teman sebaya

Ilustrasi sedang khawatir (Pexels.com/Alex Green)

Scrolling media sosial bisa jadi sumber stres tersendiri. Teman satu angkatan udah tunangan, punya bisnis sendiri, atau kerja di perusahaan impian, sementara kamu masih struggling nyari jati diri. Perasaan “ketinggalan” ini sering bikin hidup terasa berat banget.

Padahal, semua orang punya garis waktu hidupnya masing-masing, dan apa yang kamu lihat di medsos belum tentu seindah kenyataannya. Tapi ya, tetap aja susah buat gak ngebandingin diri. Itu manusiawi. Yang penting, kamu sadar bahwa hidup bukan lomba lari. Fokus aja sama langkahmu sendiri, sekecil apa pun itu.

3. Tekanan buat jadi mandiri secara finansial dan emosional

Ilustrasi khawatir (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Begitu lulus kuliah atau masuk usia 20-an, tiba-tiba banyak tuntutan yang datang. Harus cari uang sendiri, bantu orang tua, nabung, bayar cicilan, bahkan mikir masa depan. Di saat yang sama, kamu juga dituntut buat jadi kuat secara mental. Gak boleh terlalu sering curhat, harus tahan banting, harus bisa berdiri sendiri.

Beban ini gak ringan, dan bisa bikin kamu ngerasa capek terus-terusan. Tapi percayalah, semua orang juga lagi berjuang. Kamu gak harus langsung bisa semuanya. Pelan-pelan aja, belajar satu hal dalam satu waktu. Gagal itu bagian dari proses juga, kok.

4. Quarter life crisis datang tanpa aba-aba

Ilustrasi sedang curhat (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Quarter life crisis tuh semacam badai kecil yang datang di usia 20-an dan bikin kamu mempertanyakan semuanya. “Kenapa aku di sini?”, “Apa aku beneran bahagia?”, “Kerjaanku ini sesuai passion gak sih?”, dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial lainnya.

Ini fase yang lumayan mengguncang, karena datangnya diam-diam tapi efeknya luar biasa. Bisa bikin kamu ngerasa gak bersemangat, kehilangan motivasi, atau bahkan overthinking tiap malam. Tapi justru fase ini bisa jadi momen penting buat mengenal diri lebih dalam. Daripada dilawan, coba pelan-pelan diterima dan dijalani. Percaya deh, kamu gak sendirian, banyak banget orang lain yang lagi ngerasain hal serupa.

Hidup di usia 20-an emang penuh gejolak. Kadang rasanya mau nyerah aja, tapi tenang, itu semua bagian dari proses pendewasaan. Gak semua hal harus langsung selesai sekarang juga. Nikmati aja prosesnya, walau gak selalu nyaman. Yang penting kamu terus bergerak, meski perlahan. Semoga setelah baca ini, kamu jadi merasa lebih ringan, karena ternyata apa yang kamu rasain juga dirasain banyak orang lain. Kamu gak sendiri, dan kamu pasti bisa melewati masa-masa ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team