Mengenang Komponis Mochtar Embut: Antara Patah Hati Hingga Mars Pemilu

Salah satu musisi jenius yang pernah dilahirkan Makassar

Makassar, IDN Times - "Di wajahmu kulihat bulan / Yang mengintai di sudut kerlingan / Sadarkah tuan kau ditatap insan / Yang haus 'kan belaian."  Tak asing dengan petikan lirik ini? Sejumlah penyanyi tenar pernah membawakannya. Mulai dari Hetty Koes Endang, Sam Maimun, Rafika Duri, Bing Slamet, Gemalara hingga Ahmad Dhani.

Dengan irama jazz nan mendayu, lagu berjudul "Di Wajahmu Kulihat Bulan" adalah satu dari sekian banyak mahakarya Mochtar Embut, komposer jenius yang pernah dimiliki Indonesia. Lahir di Makassar 5 Januari 1934, darah kesenian adalah warisan kedua orang tuanya.

1. Kemampuan menggubah lagu sudah mencuat sejak masih belia

Mengenang Komponis Mochtar Embut: Antara Patah Hati Hingga Mars PemiluJakarta.go.id

Embut, selaku ayah, adalah musisi tonil (Grup sandiwara/teater) bernama "Miss Riboet". Sementara sang ibu, Sukinah, berprofesi sebagai penari. Riwayat menyebut jika berbagai jenis bakat dikuasai dalam usia belia. Mulai dari melukis hingga menulis tangga nada.

Namanya melejit berkat bakat yang disebut terakhir. Siapa sangka di umur 5 tahun, jemari Mochtar kecil lihai menari-nari di atas tuts piano. Kemampuan tersebut diasah oleh kakek, Saimun Notoasmoro, seorang perantau sekaligus pemusik asal Surabaya.

Menginjak usia remaja, sejumlah lagu kanak-kanak diciptakan. Sebutlah "Percakapan dengan Alam", "Enggan", "Biola Jiwaku", "Kupu-kupu Di Tamanku", "Dian" serta "Angin Malam Tiada Membawa Berita". Di usia 12 tahun, ia bahkan sudah diangkat menjadi pianis orkes angkatan darat.

2. Sejumlah lagu Mochtar masih didendangkan hingga kini, seperti "Di Wajahmu Kulihat Bulan" yang dinyanyikan ulang band rock Gemalara

Mengenang Komponis Mochtar Embut: Antara Patah Hati Hingga Mars PemiluPamityang2an.com

Lulus SMA, Mochtar kemudian merantau ke Jakarta. Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Bahasa Prancis Universitas Indonesia, profesi sebagai penggubah lagu untuk RRI kemudian ditekuni. Saat ruangan siar tak henti-henti memberi kabar perihal gonjang-ganjing politik, ia memilih habiskan waktu dengan piano, merakit nada demi nada.

Semasa tinggal di ibukota dekade 1960-an, lahirlah sejumlah lagu jazz-seriosa mahsyur. Ada "Di Sudut Bibirmu", "Si Upik Berbaju Merah", "Salam Mesra buat Halmahera", "Si Buyung", "Tiada Bulan Di Wajah Rawan", "With the Deepest Love from Jakarta", termasuk "Di Wajahmu Kulihat Bulan".

Selain sibuk dengan lagu cinta, Mochtar tak lupa sempatkan waktu menggubah lagu kanak-kanak. "Kasih Ibu", salah satu dendang pendek mudah diingat, terselip di antara katalog ciptaannya.

3. Sumbangsihnya turut dirasakan pemerintah Indonesia, seperti "Mars Pemilihan Umum"

Mengenang Komponis Mochtar Embut: Antara Patah Hati Hingga Mars PemiluLaguWajib.blogspot.com

Pengamat sepakat jika Mochtar ibarat penyair yang memilih bermusik. Bait-bait lagu tersusun rapi bak puisi, kaya akan metafora ditambah rima-rima teratur. Tak heran jika ia berani menggubah sajak-sajak WS Rendra, Chairil Anwar dan Usmar Ismail.

Eit, tak semua lagu Mochtar tentang cinta belaka. Sumbangsihnya turut dirasakan oleh pemerintah Indonesia. Beberapa ciptaannya yakni "Mars AURI (Swa Bwana Paksa)" (1964), "Mars Pemilihan Umum" (1970), "Mars Keluarga Berencana" (1972) dan "Mars Hari Kanak-kanak (1972).

Total ada sekitar 100 lagu yang diciptakan semasa hidup. Amat produktif bagi seorang komponis. Namun, kebiasaan kerja tak henti berimbas pada kesehatan. Mochtar mangkat pada 20 Juli 1973 di usia 39 tahun akibat penyakit liver dan kanker hati.

4. Meski acapkali ciptakan lagu cinta, Mochtar Embut membujang hingga tutup usia

Mengenang Komponis Mochtar Embut: Antara Patah Hati Hingga Mars PemiluRepro Museum Penerangan

Ketika karya-karyanya kian digemari, Mochtar memilih menjaga jarak dari sorotan. Hidup cenderung jauh dari hingar-bingar. Selain itu meski dikenal berkat sejumlah lagu cinta, ia rupanya bujang hingga hembuskan nafas terakhir.

Sang adik, Syafei Embut, bertutur jika kakaknya jatuh cinta sebanyak dua kali semasa hidup. Pertama dengan gadis penyanyi latar yang ternyata menikah dengan pria lain. Kedua dengan dara Jawa sejawat kerja di RRI. Ternyata Mochtar ditolak ibu si gadis lantaran inginkan menantu berdarah biru.

Sedih memang, namun jalan hidup sepi dijalaninya dengan tabah hingga akhir hayat. Sebagai penutup, simaklah lanjutan bait "Di Wajahmu Kulihat Bulan" :

"Di wajahmu kulihat bulan  / Bersembunyi di balik senyuman / Jangan biarkan aku tiada berkawan / Hamba menantikan tuan."

Topik:

  • M Gunawan Mashar

Berita Terkini Lainnya