Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berkumpul bersama teman (pexels.com/Ivan Samkov)

Setiap orang pasti punya zona nyaman, yaitu tempat atau kondisi di mana semuanya terasa aman, familiar, dan tidak mengancam. Tapi tahukah kamu, terlalu lama berada di zona nyaman bisa membuat seseorang mengalami comforty bias?

Ini adalah kecenderungan untuk menolak perubahan atau pilihan yang lebih baik hanya karena terlalu nyaman dengan keadaan saat ini. Comforty bias bisa terlihat sepele, tapi dampaknya luar biasa. Ia bisa menghambat pertumbuhan pribadi, menahan potensi, bahkan membuat seseorang tetap berada di hubungan, pekerjaan, atau situasi yang sebenarnya tidak lagi sehat atau produktif.

Berikut adalah enam tanda umum bahwa kamu mungkin sedang terjebak dalam comforty bias tanpa menyadarinya. Yuk, perhatikan baik-baik, siapa tahu salah satu atau bahkan semua poin ini sedang terjadi dalam hidupmu!

1. Kamu terus menunda hal baru yang ingin kamu coba

ilustrasi belajar melukis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kamu sering bilang, “Nanti aja, belum waktunya,” padahal kamu sudah ingin mencoba hal itu sejak lama. Apakah itu belajar skill baru, pindah kerja, mulai usaha, atau sekadar ikut komunitas yang kamu sukai, kamu selalu punya alasan untuk menundanya.

Penundaan ini seringkali bukan karena kamu tidak mampu, tapi karena kamu terlalu nyaman dengan rutinitas yang sekarang. Kamu takut jika mencoba sesuatu yang baru, akan ada ketidakpastian, tantangan, dan ketidaknyamanan. Ini salah satu bentuk comforty bias yang paling umum.

2. Kamu lebih memilih aman daripada tumbuh

ilustrasi seorang wanita sedang berpikir (unsplash.com/@magnetme)

Setiap kali ada peluang baru, kamu langsung berpikir tentang risiko dan kesulitan, bukan potensi atau manfaatnya. Kamu cenderung berkata, “Kayaknya yang sekarang sudah cukup,” padahal jauh di dalam hati kamu tahu kamu bisa lebih dari ini.

Comforty bias membuat kamu percaya bahwa “aman” lebih baik daripada “berkembang”. Kamu menolak naik level karena takut kehilangan kestabilan saat ini. Padahal, pertumbuhan seringkali terjadi justru saat kamu keluar dari zona nyamanmu.

3. Kamu sering merasionalisasi keputusan yang tidak optimal

ilustrasi berpikir dan menganalisis (unsplash.com/Philipp Mandler)

Ketika kamu bertahan di pekerjaan yang membuat stres, kamu mungkin bilang, “Setidaknya aku sudah tahu ritmenya.” Atau saat bertahan di hubungan yang hambar, kamu bilang, “Yang penting nggak ribet.” Kalimat-kalimat ini adalah pembelaan yang terdengar logis, tapi sebenarnya berasal dari comforty bias.

Rasionalisasi ini berfungsi sebagai pelindung agar kamu tidak merasa bersalah atau takut. Tapi dalam jangka panjang, kamu sedang menipu dirimu sendiri dan menahan dirimu dari kemungkinan hidup yang jauh lebih baik.

4. Kamu enggan bergaul di luar lingkaran sosialmu

ilustrasi ngumpul bareng teman (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu hanya mau nongkrong dengan teman lama, enggan bertemu orang baru, atau menolak kesempatan bergabung dalam komunitas baru. Kamu merasa sudah cukup dengan yang ada, dan semua hal di luar itu terasa canggung atau "bukan kamu banget".

Comforty bias membuat kamu berpikir bahwa keluar dari lingkaran sosialmu adalah hal yang tidak perlu. Padahal, mengenal orang baru bisa membuka wawasan, peluang, bahkan membantumu keluar dari kebuntuan hidup yang tidak kamu sadari.

5. Kamu sering menghindari feedback atau kritik

ilustrasi mendapat kritik (pexels.com/Yan Krukau)

Kamu merasa tidak nyaman saat diberi masukan atau saran. Bahkan, kamu cenderung menghindari situasi di mana kamu bisa dikritik, meskipun itu dalam konteks membangun. Kamu lebih suka dibiarkan sendiri, karena itu terasa lebih aman.

Ini adalah sinyal bahwa comforty bias membuat kamu takut menghadapi realitas. Feedback sebenarnya bisa membantumu tumbuh, tapi jika kamu terlalu fokus pada kenyamanan, kamu akan melihat kritik sebagai ancaman, bukan sebagai alat bantu.

6. Kamu cepat menutup diri dari ide atau pendapat baru

ilustrasi tidak bersemangat di tempat kerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Saat mendengar ide baru, kamu langsung bilang, “Ah, nggak mungkin berhasil,” atau “Dulu juga pernah dicoba, gagal.” Kamu cenderung skeptis, sinis, dan cepat menghakimi hal-hal yang berbeda dari kebiasaanmu.

Padahal bisa jadi, ide-ide baru itu membawa peluang besar. Comforty bias membuat kamu sulit terbuka pada hal baru karena semuanya terasa “mengganggu sistem” yang sudah kamu bangun. Sayangnya, hal ini juga menghalangi potensi pertumbuhan dalam hidupmu.

Comforty bias seringkali hadir secara diam-diam, menyamar sebagai rasa aman, stabilitas, dan kewajaran. Tapi jika kamu jujur menilai diri sendiri, kamu akan sadar bahwa rasa nyaman itu bisa jadi penjara halus yang membatasi langkah dan impianmu.

Mengenali tanda-tanda comforty bias adalah langkah awal untuk keluar dari pola hidup yang stagnan. Tidak ada salahnya merasa nyaman, tapi jangan biarkan kenyamanan itu jadi alasan untuk berhenti berkembang. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team