6 Standar Tidak Realistis Media Sosial yang Kerap Dijadikan Patokan

Media sosial menjelma menjadi kebutuhan yang harus dimiliki oleh generasi muda. Terkadang di media sosial kita juga kerap menemukan berbagai standar dan patokan tertentu. Tidak menutup kemungkinan kita bertemu dengan standar tidak realistis.
Namun yang terjadi, kita justru menjadikan standar tersebut sebagai patokan. Baik dalam hal kehidupan pribadi maupun pencapaian karier. Standar tidak realistis ini tentu akan mengganggu keseimbangan hidup.
Lantas, apa sajakah standar tidak realistis tersebut? Berikut di antaranya.
1. Kecantikan dan penampilan fisik
Media sosial pada faktanya dipenuhi dengan beragam standar tidak realistis. Namun yang mengherankan, banyak orang justru kecanduan mengikuti standar tersebut. Padahal standar yang tidak realistis ini dapat mengganggu kenyamanan dalam menjalani hidup.
Diantara standar tidak realistis tersebut mengenai kecantikan dan penampilan fisik. Banyak orang merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna. Seperti kulit yang mulus, tubuh ramping, atau rambut yang terawat sempurna. Padahal, standar kecantikan dan penampilan fisik tersebut bersifat semu.
2. Gaya hidup mewah dan konsumtif
Seberapa sering kamu menjumpai standar tidak realistis yang berkembang di media sosial? Tidak dapat dimungkiri jika standar yang terlihat tidak realistis tersebut justru menarik. Bahkan kita berusaha keras untuk menjadikannya sebagai patokan yang tidak bisa diganggu gugat.
Dari standar tidak realistis tersebut salah satunya adalah gaya hidup mewah dan konsumtif. Seperti traveling ke tempat eksotis secara rutin. Atau mengoleksi barang dari brand tertentu. Gaya hidup demikian ini dianggap sebagai simbol kehidupan yang ideal.
3. Kesuksesan karier dan keuangan
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan keberadaan media sosial. Hanya saja kita kerap menjadikan media sosial sebagai patokan dalam segala hal. Padahal patokan yang tidak realistis ini justru membebani diri dan mengganggu keseimbangan mental.
Salah satunya kesuksesan dalam hal karier dan keuangan. Kita menargetkan harus sukses di usia muda dengan pendapatan besar. Bahkan tidak memperbolehkan hambatan dan tantangan dalam upaya meraih karier dan pencapaian. Standar tidak realistis ini justru membuat mental tertekan.
4. Relasi yang dianggap ideal
Kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa kehidupan di media sosial bersifat semu. Tidak terkecuali dengan patokan-patokan yang turut mewarnai. Standar tidak realistis ini tentu harus disaring kembali agar kita dapat menjalani hidup dengan lebih terstruktur.
Salah satunya adalah standar mengenai relasi yang dianggap ideal. Kita menginginkan kehidupan yang dikelilingi oleh orang-orang baik dan pengertian. Padahal kehidupan tidak selalu menghadirkan situasi sedemikian rupa. Menghadapi keberagaman, ada kalanya kita mengalami perselisihan.
5. Kesehatan mental dan kebahagiaan
Kehidupan di media sosial pada kenyataannya bersifat kompleks. Tidak jarang kita diharapkan dengan berbagai standar yang tidak realistis. Bagi beberapa orang, ternyata standar yang tidak realistis tersebut justru dijadikan sebagai patokan dalam mengambil keputusan.
Yang paling sering terjadi adalah patokan mengenai kesehatan mental dan kebahagiaan. Kita selalu ingin terlihat bahagia dan positif tanpa ada momen kesedihan. Bahkan selalu menyangkal ketika sedang menghadapi kesedihan dan kekecewaan.
6. Kesuksesan yang tercapai secara instan
Ilusi kesuksesan yang ditampilkan di media sosial memang terlihat memikat. Banyak orang merasa tertarik dengan standar tidak realistis tersebut. Kondisi demikian ini pada akhirnya akan mengganggu kestabilan mental dan pikiran.
Diantara standar tidak realistis adalah kesuksesan yang tercapai secara instan. Seperti bisnis yang langsung berkembang pesat atau pencapaian besar lainnya. Ini bisa membuat kita merasa tertinggal. Padahal kesuksesan nyata biasanya melalui proses panjang dan penuh tantangan.
Media sosial pada kenyataannya seringkali menghadirkan standar tidak realistis. Tapi ini justru diikuti oleh banyak orang dan dianggap sebagai patokan yang ideal. Seperti kesuksesan instan, kecantikan dan penampilan fisik, sampai dengan gaya hidup glamour. Padahal, realita hidup tidak sesempurna yang digambarkan di media sosial. Apakah kamu pernah merasa terbebani dengan standar ini?