Museum Tugu Pahlawan (IDN Times/Reza Iqbal)
Dalam Tokoh-tokoh di Balik Nama-nama Jalan Kota Makassar karya Ahyar Anwar dan Aslan Abidin (2008), dikisahkan Abdullah Daeng Sirua sebagai tokoh masyarakat Kampung Tidung, Makassar. Lahir tahun 1922, dia mewarisi semangat menentang penjajah dari sang ayah, Yusung Daeng Ngawing.
Abdullah dikenal gigih melawan Belanda dan hampir ditembak mati. Ketika Jepang ganti melanjutkan penjajahan di Makassar, jiwa patriotik orang Muhammadiyah ini kembali terpanggil. Dia bergabung dengan organisasi laskar pejuang, Kesatuan Harimau Indonesia (HI) dan Keris Muda untuk menyerang Jepang.
Abdullah bertemu dengan tokoh-tokoh pejuang Sulawesi Selatan seperti Wolter Monginsidi, Emmy Saelan, Raden Endang, dan Siti Mulyati. Saat itu, rumah Abdullah di Kampung Tidung, dijadikan sebagai markas para pejuang. Basis perjuangan mereka menjangkau Takalar, Maros, Barru, sampai ke Malino, Gowa.
Masa tuanya usai mengantarkan kemerdekaan Indonesia diisi sebagai penceramah dan mengajar agama di sejumlah sekolah rakyat. Dia meninggal tahun 1979 karena sakit.