Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tips Hadapi Toxic Positivity Era Digital, Realita Lebih Menyehatkan!

default-image.png
Default Image IDN

Di era digital seperti sekarang, mungkin kita sering menemukan postingan media sosial yang selalu tampak positif, bahkan terlalu positif. Kamu pasti pernah mendengar ungkapan seperti "Jangan sedih, semuanya akan baik-baik saja" atau "Berpikir positif aja!" di saat kita sedang mengalami kesulitan.

Sekilas memang terdengar baik, tapi tahukah kamu bahwa terlalu memaksakan diri untuk selalu positif bisa berujung pada toxic positivity? Alih-alih membantu, hal ini malah bisa membuat kita merasa tidak valid dengan emosi yang sedang dirasakan.

Nah, supaya kamu bisa tetap sehat secara emosional dan tidak terjebak dalam jebakan toxic positivity, yuk simak 5 tips menghadapi fenomena ini dengan cara yang lebih sehat dan realistis!

1. Validasi perasaanmu, jangan ditutupi

Ilustrasi wanita sedang bersedih (pexels.com/Arina Krasnikova)

Kita semua manusia yang punya emosi beragam. Tidak semua hari akan dipenuhi dengan kebahagiaan, dan itu wajar. Ketika kamu merasa sedih, marah, atau kecewa, penting untuk mengakui perasaan tersebut. Jangan menekan emosi hanya karena merasa harus selalu tampak bahagia.

Membiarkan dirimu merasakan perasaan negatif bukan berarti kamu orang yang pesimis. Justru dengan mengakui apa yang kamu rasakan, kamu bisa lebih memahami dirimu sendiri dan menemukan cara yang lebih sehat untuk menghadapinya. Jangan takut untuk berkata, "Aku sedang merasa tidak baik-baik saja," karena itu adalah langkah awal menuju pemulihan yang lebih nyata.

2. Hindari menutup diri untuk selalu bahagia

default-image.png
Default Image IDN

Social media sering kali memberikan gambaran yang sempurna tentang kehidupan orang lain. Hal ini bisa membuat kita merasa seperti harus selalu bahagia dan sukses, apalagi ketika melihat orang lain sepertinya selalu tampil ceria. Namun, penting untuk diingat bahwa apa yang ditampilkan di media sosial hanyalah sebagian kecil dari kehidupan seseorang.

Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk selalu tampak baik di hadapan orang lain. Jika kamu sedang tidak dalam suasana hati yang baik, izinkan dirimu untuk beristirahat dari tekanan ini. Ingat, kebahagiaan yang dipaksakan bukanlah kebahagiaan yang sejati.

3. Pilih lingkungan yang bisa menerima semua emosi

Ilustrasi orang sedang berkumpul bersama (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Lingkungan yang mendukung adalah kunci untuk menghindari toxic positivity. Cobalah cari teman atau keluarga yang tidak hanya ada di saat senang, tetapi juga saat kamu butuh tempat untuk mencurahkan perasaan. Mereka yang bisa menerima dirimu apa adanya tanpa menuntutmu untuk selalu berpikiran positif adalah orang-orang yang perlu kamu pertahankan.

Ketika kamu dikelilingi oleh orang-orang yang memahami bahwa hidup tidak selalu tentang kebahagiaan, kamu akan merasa lebih nyaman untuk menjadi dirimu sendiri. Mereka akan menjadi tempat aman bagimu untuk mengekspresikan semua emosi, baik itu senang, sedih, marah, maupun bingung.

4. Jangan ragu meminta bantuan profesional

Ilustrasi orang berkonsultasi ke psikolog (pexels.com/SHVETS production)

Kadang, ketika emosi negatif sudah terlalu lama terpendam, kita butuh lebih dari sekadar dukungan teman atau keluarga. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor. Banyak orang berpikir bahwa pergi ke terapis hanya untuk mereka yang memiliki masalah besar, tapi sebenarnya siapa pun yang merasa butuh pendampingan emosional bisa mendapat manfaat dari sesi terapi.

Seorang profesional bisa membantumu untuk mengurai perasaan yang terpendam dan memberikan pandangan yang lebih objektif. Ini adalah langkah bijak yang bisa kamu ambil ketika merasa dunia terlalu menekanmu dengan tuntutan kebahagiaan.

5. Berlatih bersyukur dengan cara yang sehat

Ilustrasi wanita bersyukur dengan memegang buku (freepik.com/freepik)

Bersyukur memang baik, tapi harus dilakukan dengan cara yang sehat. Jangan gunakan rasa syukur sebagai tameng untuk menutupi perasaan negatif. Bersyukur bisa menjadi cara yang bagus untuk menemukan keseimbangan, namun jangan sampai mengabaikan emosi lain yang juga valid untuk dirasakan.

Saat kamu sedang bersedih atau marah, kamu tetap bisa bersyukur tanpa menolak perasaan tersebut. Misalnya, kamu bisa berkata, "Aku bersyukur atas hal-hal baik yang kumiliki, tapi sekarang aku butuh waktu untuk meresapi perasaan yang sedang kurasakan."

To toxic positivity bisa jadi tantangan besar di era digital, terutama ketika semua orang berlomba-lomba untuk menampilkan kebahagiaan mereka di media sosial. Tapi, dengan mengakui semua emosi, mencari lingkungan yang suportif, dan tahu kapan harus mencari bantuan, kamu bisa terhindar dari jebakan ini. Ingat, hidup tidak selalu harus sempurna, dan itu sangat manusiawi.

Jadi, berikan dirimu ruang untuk merasakan segala emosi dengan seimbang. Dengan begitu, kamu akan menjadi lebih kuat dan lebih siap menghadapi kehidupan, baik di saat senang maupun susah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandria Barqi Habib Asmartha Zam Zam
EditorSandria Barqi Habib Asmartha Zam Zam
Follow Us