Ilustrasi seseorang yang sedang merangkai (pexels/anna tarazevich)
Berikutnya, banyak faktor yang menyebabkan suatu usaha gagal. Banyak diantara kamu yang ingin segera melupakan faktor kegagalan tersebut. Trauma menjadi alasan klasik untuk membuang jauh-jauh ingatan atas sebab kegagalan. Padahal, itu adalah langkah yang keliru.
Sebaliknya, kamu perlu mengingatnya serta mempelajarinya kembali agar tidak mengalami kegagalan serupa. Ambil jalan lain bila metode serupa tidak berhasil. Coba lagi, dan lagi. Kalau kamu tidak pernah gagal, mungkin kamu tidak akan pernah mencoba hal-hal baru.
Tanamkan mindset pantang menyerah. Pepatah lama mengatakan, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Tahukah kamu, Thomas Alva Edison mengalami 1.000 kali kegagalan saat mencoba menyempurnakan bola lampu pijar ciptaannya? (banyak versi berseliweran, mulai dari angka 300, 700, 999, 1000, 2000, 3000, 5000, 10.000, bahkan 20.000. Tidak jelas mana yang benar). Seandainya saja dulu Edison menyerah di tengah-tengah percobaannya, mungkin saat ini manusia belum atau terlambat memakai lampu. Siapa yang tahu?
Tapi yang unik adalah respon Thomas Alva Edison terhadap 'kegagalannya' tersebut. Dia berkata: "Saya bukan gagal 10.000 kali. Saya tidak gagal satu kali pun. Saya berhasil membuktikan bahwa ada 10.000 cara yang keliru. Ketika saya telah mengetahui cara-cara yang keliru, akhirnya saya akan menemukan sebuah cara yang benar."
Belajarlah dari sejarah. Hampir semua tokoh sukses mengawali usahanya dengan kegagalan. Tidak ada orang yang berhasil di percobaan pertama. Karena bagi mereka pengalaman adalah guru yang paling berharga. Orang bijak selalu mau belajar dari kegagalan. Bukan meratapinya, apalagi menyerah karenanya.