Ada anggapan peradaban yang memiliki aksara kuno, biasanya memiliki manuskrip tentang seks. Seperti bangsa India yang memiliki kitab Kama Sutra, bangsa Arab memiliki kitab Qurratul ‘Uyun dan bangsa Romawi memiliki literatur Ars Amatoria atau The Art of Love.
Sedangkan peradaban kuno di Indonesia, selain manuskrip Serat Nitimani dan Serat Centini yang dimiliki masyarakat Jawa, masyarakat Bugis-Makassar yang memiliki aksara Lontarak juga mempunyai manuskrip Assikalaibineng.
Kitab ini berupa tuntunan masyarakat Bugis Makassar membangun bahtera keluarganya, yang meliputi hubungan seksual antar suami-istri, teknik-teknik sebelum dan sesudah berhubungan, penentuan jenis kelamin anak, waktu baik atau buruk berhubungan. Tidak ketinggalan mantra dan doa-doa sebelum dan sesudah berhubungan.
Menurut Filolog Unhas Muhlis Hadrawi lewat bukunya yang berjudul Kitab Persetubuhan Bugis Assikalaibineng, mantra dan doa-doa menjelaskan kitab Assikalaibineng tidak lepas dari pengaruh ajaran Islam di abad ke-17.
Data yang tercantum diketahui teks lontara Assikalabineang dalam Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Sulsel, naskah Bugis berasal dari Luwu milik Nira Ambe’na Baso yang ditulis di abad 18.