Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Tanda Anak Sebenarnya Bukan Nakal, Tapi Sedang Butuh Perhatian!

Ilustrasi ibu dan anak (Pexels.com/August de Richelieu)

Pernah gak sih kamu melihat anak yang tiba-tiba marah, ngambek, atau malah sengaja bikin ulah? Reaksi awal kita sebagai orang dewasa sering kali langsung menilai, “Ini anak bandel banget!” Padahal, bisa jadi yang sebenarnya mereka butuhkan cuma satu hal: perhatian. Anak-anak belum bisa mengekspresikan emosinya secara matang seperti orang dewasa. Jadi, ketika mereka merasa diabaikan atau bingung dengan perasaannya sendiri, yang muncul justru bentuk perilaku yang sering kita anggap negatif.

Kalau terus-menerus dilabeli “nakal”, anak bisa tumbuh dengan rasa bersalah, bingung, bahkan percaya bahwa mereka memang anak yang buruk. Padahal, banyak perilaku yang terlihat menyebalkan itu justru sinyal bahwa mereka sedang kesepian, ingin didengarkan, atau sedang bingung dengan dirinya sendiri. Oleh karenanya, penting banget buat kita sebagai orang dewasa untuk belajar membaca tanda-tanda tersembunyi ini. Berikut beberapa sinyal bahwa anak sebenarnya butuh perhatian, bukan sedang cari gara-gara.

1. Sering membuat ulah saat ada orang lain

Ilustrasi bersedih (Pexels.com/Kindel Media)

Saat anak yang tadinya kalem tiba-tiba jadi ribut atau tantrum saat ada tamu di rumah, atau saat orangtuanya fokus sama adiknya, maka ini bukan semata-mata karena mereka mau “bikin malu”. Tetapi karena mereka merasa saingannya banyak dan mereka ingin dapat perhatian lagi. Anak kecil itu peka banget dan ketika mereka merasa posisinya tergeser, mereka akan cari cara agar tetap dianggap “ada”.

Sayangnya, mereka belum bisa bilang, “Ma, aku ingin dipeluk juga,” jadi mereka menarik perhatian lewat cara yang mereka bisa, entah itu berteriak, memukul, atau menjatuhkan barang. Coba deh kasih waktu khusus yang eksklusif buat dia, misalnya 10 menit ngobrol sebelum tidur. Sering kali, anak yang merasa cukup disayang gak lagi butuh “berteriak” lewat tingkah laku. Ingat, yang mereka cari itu sebenarnya adalah validasi dan perhatian.

2. Tiba-tiba jadi manja banget atau rewel tanpa alasan jelas

Ilustrasi bersedih (Pexels.com/Phil Nguyen)

Pernah mengalami anak yang mendadak rewel padahal semua kebutuhannya sudah terpenuhi? Makan cukup, tidur cukup, gak demam, tapi kok lengket terus dan maunya digendong aja? Bisa jadi itu tanda dia lagi membutuhkan rasa aman. Kadang ada hal yang membuat dia cemas atau bingung, tapi dia gak tahu cara mengungkapkannya. Akhirnya, dia menempel terus ke orang yang dia percaya.

Jangan langsung bilang, “Aduh, kamu kok jadi manja sih?” karena kalimat kayak gitu justru bikin dia makin gak nyaman. Sebaliknya, tanya dengan tenang, “Kamu lagi sedih ya, mau dipeluk?” Bisa jadi, setelah merasa diperhatikan, rewelnya langsung berkurang. Anak-anak masih belajar mengelola emosi, jadi pelukan atau kehadiran kita bisa jadi penenang terbaik. Bukan berarti kamu memanjakan, tapi justru membentuk rasa aman yang mereka butuhkan.

3. Jadi sering melawan atau berkata kasar

Ilustrasi ayah dan anak (Pexels.com/Kindel Media)

Kalau anak mulai sering membantah, berteriak, atau bahkan berkata kasar, jangan langsung menganggap dia keras kepala. Bisa jadi dia lagi merasa frustrasi karena gak bisa menyampaikan perasaannya dengan baik. Misalnya dia kesal karena waktu mainnya dibatasi, tapi dia gak ngerti kenapa dibatasi. Akhirnya, yang keluar adalah ledakan emosi dalam bentuk kata-kata kasar atau teriakan.

Banyak anak yang gak diajarkan cara mengenali dan mengungkapkan emosi dengan benar, jadi mereka meniru dari apa yang pernah mereka lihat atau dengar. Tugas kita bukan cuma bilang “jangan kasar”, tapi bantu mereka paham bahwa marah itu wajar, asal disampaikan dengan cara yang tepat. Misalnya dengan bilang, “Kamu boleh kesal, tapi coba kasih tahu Ibu kenapa kamu marah, ya?” Kalau dia terbiasa didengarkan, lama-lama cara komunikasinya akan ikut berubah.

4. Sering menarik diri dan jadi lebih pendiam dari biasanya

Ilustrasi menyendiri (Pexels.com/cottonbro studio)

Gak semua anak menunjukkan kebutuhan akan perhatian dengan cara ribut atau cari gara-gara. Ada juga yang justru menarik diri, lebih diam, atau terlihat gak tertarik dengan hal-hal yang biasanya dia suka. Ini tanda yang sering luput karena kesannya “anak baik-baik”, padahal mungkin saja dia sedang merasa sedih, kecewa, atau bingung. Apalagi kalau perubahan ini terjadi tiba-tiba, patut banget diperhatikan.

Bisa jadi dia pernah dimarahi, dijauhi teman, atau merasa gak dipahami. Anak yang gak tahu harus curhat ke siapa, akhirnya memilih diam. Nah, justru di saat seperti ini, kita perlu hadir tanpa menghakimi. Ajak dia ngobrol santai, ajukan pertanyaan terbuka, dan kasih ruang untuk dia cerita. Terkadang, tindakan sederhana sudah cukup membuat dia merasa diperhatikan. Yang penting, dia tahu kalau ada orang dewasa yang siap mendengarkan tanpa harus menunggu dia “berteriak”.

Gak semua anak bisa langsung bilang, “Aku butuh kamu.” Justru, kebanyakan dari mereka menyampaikannya lewat sikap yang kadang bikin emosi naik duluan. Tapi kalau kita bisa berhenti sejenak, tarik napas, dan menghadapinya dengan tenang, kita bakal tahu bahwa di balik kenakalan itu ada hati kecil yang ingin dimengerti. Jadi yuk, mulai hari ini, coba tanggapi anak bukan dengan amarah, tapi dengan hadir sepenuh hati.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us