Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
illustrasi remaja nongkrong di cafe (pexels.com/Pixabay)
illustrasi remaja nongkrong di cafe (pexels.com/Pixabay)

Masa remaja adalah fase penting dalam perkembangan diri, di mana mereka mulai membentuk identitas sekaligus menghadapi berbagai tekanan akademik, sosial, maupun emosional. Di tahap ini, peran orang tua sangat krusial untuk membekali anak dengan keterampilan self care yang bisa membantu menjaga keseimbangan fisik dan mental. Self care bukan sekadar perawatan diri, tetapi juga langkah preventif agar remaja terbiasa menjaga kesehatan jangka panjang.

Berikut 8 tips self care yang penting diajarkan orang tua pada remaja agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang sehat, mandiri, dan percaya diri.

1.Menjaga pola tidur yang teratur dengan konsisten agar memiliki ritme biologis yang stabil

illustrasi tidur tepat waktu (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tidur cukup adalah kunci utama kesehatan fisik dan mental remaja. Kurang tidur bisa berdampak pada konsentrasi, suasana hati, bahkan prestasi akademik. Orang tua perlu mengajarkan pentingnya tidur 7–9 jam per malam, serta membatasi penggunaan gadget sebelum tidur agar kualitas istirahat tetap optimal.

Membiasakan pola tidur yang sehat sejak remaja akan melatih tubuh mereka memiliki ritme biologis yang stabil. Selain itu, tidur cukup juga membantu menjaga sistem imun, mengurangi risiko stres, dan meningkatkan energi positif untuk beraktivitas setiap hari.

2.Mengatur pola makan seimbang untuk menjadikannya kebiasaan baik dan menyenangkan tanpa paksaan

illustrasi makan bersama (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Remaja sering tergoda dengan makanan cepat saji, padahal kebiasaan ini bisa memicu masalah kesehatan jangka panjang. Orang tua perlu mengajarkan pentingnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak sehat, serta buah dan sayur.

Selain menjaga kesehatan fisik, pola makan yang baik juga berdampak pada kondisi mental. Nutrisi yang tepat membantu menjaga stabilitas suasana hati dan meningkatkan fokus, sehingga remaja bisa lebih produktif dan percaya diri.

3.Melakukan aktivitas fisik rutin yang disukai remaja untuk melepaskan hormone endorfin dan membuat suasana hati lebih positif

illustrasi anak-anak berolahraga (pexels.com/Jimmy Chan)

Olahraga tidak hanya baik untuk kebugaran tubuh, tetapi juga mampu menurunkan tingkat stres dan kecemasan. Orang tua bisa mendorong remaja menemukan jenis aktivitas fisik yang mereka sukai, seperti bersepeda, berenang, atau sekadar jalan pagi.

Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin membantu menjaga kesehatan jantung, otot, dan tulang. Selain itu, olahraga juga melepaskan hormon endorfin yang membuat suasana hati lebih positif, sehingga remaja terhindar dari perasaan murung berkepanjangan.

4.Membatasi waktu layar dan menggantinya dengan family time setiap malam sebelum tidur

illustrasi remaja bermain handphone (pexels.com/Pixabay)

Kebiasaan terlalu lama bermain gadget bisa mengganggu kesehatan mata, pola tidur, bahkan kesehatan mental. Orang tua perlu mengajarkan batasan waktu penggunaan media sosial, sekaligus memberikan alternatif aktivitas lain yang lebih bermanfaat. Misalnya membuat acara family time di halaman rumah saat malam hari.

Dengan membatasi screen time, remaja bisa lebih fokus pada interaksi nyata dengan keluarga dan teman. Selain itu, mereka juga bisa memanfaatkan waktu untuk hobi yang membangun keterampilan baru, bukan sekadar scroll tanpa arah.

5. Belajar mengelola emosi dengan teknik pernapasan tertentu atau jurnaling untuk mengekspresikan perasaan

illustrasi latihan pernafasan dengan yoga (pexels.com/Yan Krukau)

Remaja sering mengalami perubahan suasana hati yang cepat karena pengaruh hormon maupun tekanan sosial. Orang tua bisa membantu mereka dengan mengajarkan teknik relaksasi sederhana, seperti pernapasan dalam atau journaling untuk mengekspresikan perasaan.

Orang tua bisa melakukan yoga bersama anak di rumah dengan mengikuti video tutorial. Mengelola emosi sejak dini membantu remaja menghadapi konflik tanpa meledak-ledak. Keterampilan ini juga penting untuk menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain, baik di lingkungan sekolah maupun pertemanan.

6. Menjaga kebersihan diri dan perawatan standar untuk remaja

illustrasi remaja membersihkan wajah dengan sabun (pexels.com/Ron Lach)

Kebersihan diri bukan hanya soal penampilan dan bukan soal cantik atau tampan , tetapi juga kesehatan. Orang yang terbiasa bersih akan lebih good looking dari segi manapun. Sebagai remaja yang puber, perlu dibiasakan untuk mandi secara teratur, menjaga kebersihan gigi, dan merawat kulit. Hal sederhana ini bisa meningkatkan rasa percaya diri sekaligus mencegah masalah kesehatan.

Selain itu, kebersihan diri juga berdampak pada interaksi sosial. Remaja yang terbiasa merawat diri akan merasa lebih nyaman saat bergaul dengan teman, sehingga tidak mudah minder atau merasa terisolasi. Lakukan kebiasaan merawat diri bersama anak agar dia memiliki tanggung jawab untuk merawat diri.

 

7. Membiasakan positive self-talk untuk membangun rasa percaya diri pada remaja

illustrasi remaja melakukan self talk dengan merekam diri (pexels.com/Julia M Cameron)

Banyak remaja yang mudah terjebak pada pikiran negatif atau membandingkan diri dengan orang lain. Orang tua bisa mengajarkan pentingnya berbicara positif pada diri sendiri untuk membangun rasa percaya diri. Di dunia teknologi ini, anak bisa mengembangkan kepercayaan diri dengan berbicara di depan kamera.

Dengan positive self-talk, remaja akan lebih mudah menerima kekurangan diri dan fokus pada potensi yang dimiliki. Kebiasaan ini juga membantu mereka lebih tangguh menghadapi tekanan sosial dan tidak mudah terpengaruh oleh standar yang tidak realistis.

8. Menyediakan waktu untuk istirahat dan hobi diluar kegiatan akademik

illustrasi anak-anak bersantai dan bermain (pexels.com/cottonbro studio)

Selain sekolah dan kegiatan akademik, remaja juga perlu waktu untuk bersantai dan menyalurkan hobi. Orang tua bisa mendukung anak untuk melakukan aktivitas yang mereka sukai, seperti melukis, membaca, atau bermain musik. Memberikan ruang untuk istirahat dan hobi akan membantu remaja mengurangi stres.

Selain itu, hobi juga bisa menjadi sarana untuk mengekspresikan diri sekaligus menemukan jati diri mereka. Usia remaja bukan hanya mengejar nilai akademik saja, tapi harus diimbangi dengan minat di luar akademik agar tidak terlalu tertekan.

Self care adalah keterampilan hidup yang penting dipelajari sejak remaja. Dengan bimbingan orang tua, anak akan terbiasa menjaga kesehatan fisik dan mentalnya, sekaligus tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat menghadapi tantangan hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team