Saatnya Menyudahi Ide Prank Diculik Sebelum Polisi Benar-benar Murka

Makassar, IDN Times - Empat kasus rekayasa penculikan ditangani Kepolisian di Sulawesi Selatan dalam kurun waktu tiga bulan. Tiga di antaranya terjadi di Kota Makassar pada Januari lalu, satu kasus pada pekan pertama Maret berada di Kabupaten Pangkep. Seluruh rekayasa itu diciptakan remaja umur 14, 16, 15, dan 12 tahun. Perlu Anda tahu, keempatnya tidak saling berelasi, atau berada dalam lingkaran pertemanan yang memungkinkan mereka saling berbagi tip merekayasa kisah penculikan.
Baik. Kami merunut satu-persatu bagaimana pola rekayasa penculikan dilakukan keempat siswi SMP itu. Yang pertama, dilakukan pada 16 Januari 2020 oleh Voni*.
"Anak saya ketakutan dan berlari tapi enam orang itu mengejar sampai di warung dekat rumah karena situasi dalam kondisi sepi, langsung ditutup mulut anak saya, ditarik, lalu dimasukkan ke dalam mobil," kata Metty, menirukan pengakuan ponakannya, Voni.
Voni merunut kronologi penculikan. Waktu itu, sekitar pukul 6 petang saat dia berjalan di gang tak jauh dari rumahnya, sekonyong-konyong enam orang memakai masker menyergap tubuhnya, menyumpal mulutnya dengan sehelai kain lalu mengangkut dia ke dalam mobil minivan. Di dalam mobil, Voni yang terus meronta-ronta akhirnya dibius dengan satu suntikan cairan penenang.
Selama tiga hari dalam penyekapan, Voni berusaha keras melarikan diri. Hingga akhirnya ia mendapat kesempatan ketika para penculik lengah. Ia melompat dari lantai dua bangunan tempatnya disekap. Berhasil selamat dari lompatan itu, ia memesan ojek online lalu pulang ke rumah.
"Dia baru sadar kalau ada di dalam satu rumah kosong, tangannya diikat dengan tali. Orang-orang itu minta nomor keluarga untuk dihubungi minta tebusan Rp50 juta. Tapi anak saya tidak kasih nomor keluarga, sampai enam orang itu keluar lagi dari ruangan," kata Metty.
Kejanggalan cerita Voni diendus polisi. Kronologi penculikan yang diceritakan tidak konsisten, berubah-ubah. Begitu pula dari hasil visum untuk memeriksa tanda-tanda kekerasan yang kemungkinan membekas di tubuh Voni. Aparat Polrestabes Makassar berkesimpulan jika Voni mengelabui keluarga, polisi, hingga para wartawan di Makassar. Termasuk kami, tentu saja.
"Saat anak ini ditanya dan diperiksa, keterangannya itu berubah-berubah. Sehingga kita curiga bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Setelah kita dalami lagi, ternyata betul kalau anak ini berbohong," jelas Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Ibrahim Tompo, Jumat (25/1).
Apa yang dilakukan Voni, membuat aparat Kepolisian berang. “Jangan main-main dengan laporan penculikan. Karena ada ancaman pidananya," kesal Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Indratmoko.
Kepolisian mendefenisikan rekayasa cerita penculikan sebagai prank
Belum juga redam kekesalan polisi, kasus berikutnya sudah terjadi. “Ayah tolongaa ayah..Adaya di dalam mobil sendirian di tengah hutan..ada 4 orang di luar ayah bicara…tadi kudengarki mau na ambil mataku mauyya nabuang di laut.” Kalimat itu dikirim Ifa*, seorang remaja perempuan 16 tahun, kepada ayahnya melalui pesan WhatsApp, 28 Januari lalu.
Ayah mana yang tidak panik, ketika anaknya mengirim pesan bahwa dia diculik dan diancam dengan berbagai bentuk kekerasan yang menakutkan?
Mendapat pesan itu, ayah Ifa langsung mengirim balasan, namun tidak terkirim. Telepon pun tidak aktif. Tengah malam itu, dia lalu bergegas ke kantor polisi melaporkan kasus penculikan. Polisi lantas bergerak cepat mendatangi rumah Ifa untuk melakukan penyelidikan awal. Setibanya di lokasi, aparat kepolisian terkejut dong melihat Ifa duduk manis di dalam rumah. "Dia melakukan ini (rekayasa). Prank lagi," keluh Indratmoko, Rabu (29/1).
Ya, setelah dua kali mendapati kasus serupa, pihak Kepolisian berkesimpulan, cerita-cerita bohong penculikan itu merupakan tindakan nge-prank. Apa sih itu?
Menurut Kamus Cambridge, prank berarti sebuah trik yang dimaksudkan untuk menjadi lucu tetapi tidak menyebabkan bahaya atau kerusakan. Adapun di KBBI, sepertinya belum ada kata padanan yang tepat. Namun ada beberapa kata yang mendekati maknanya, seperti lelucon, usil, gurauan, kelakar, atau lawakan.
Aktivitas prank juga tak bisa dipisahkan dari April Mop atau April Fools' Day, yang diperingati setiap tanggal 1 April. Beberapa sejarawan berspekulasi bahwa budaya April Mop dimulai di tahun 1582, ketika Prancis beralih dari kalender Julian ke kalender Gregorian. Sebagian orang terlambat mendapatkan berita atau tak tahu bahwa tahun baru telah pindah ke 1 Januari dan terus merayakannya selama minggu terakhir bulan Maret hingga 1 April.
Di masa-masa kekinian, harus kita akui bahwa prank mengalami pergeseran makna dari yang dijabarkan di atas. Apalagi setelah kata dan tindakan prank itu dipopulerkan kalangan Youtuber Tanah Air kita. Dan iya, sebagian dari mereka sukses meraih jutaan penonton karena kehebohannya.
Nah, kasus ketiga jauh lebih kompleks. "Saya diajak di rumahnya di Gowa. Kan dua rumahnya, satu di Pampang satu di Gowa. Satu hari di Gowa pas tanggal 26 Januari, itu ulang tahunku. Selebihnya di Pampang. Di sana kumpul-kumpul juga sama keluarganya." Sari* menyebutkan tempat yang ia datangi saat pergi dari rumahnya, pada akhir Januari lalu. Kami menemui Sari di rumahnya di Makassar, 25 Februari. Turut serta kedua orangtuanya saat kami berbincang.
Sari pergi dari rumah selama 13 hari. Di hari kedua dia menelepon orangtuanya dan mengaku telah diculik. Kronologi penculikannya seperti ini: Dia diculik oleh dua orang wanita ketika berjalan kaki pulang ke rumahnya di Jalan Cilallang, Kecamatan Rappocini, Makassar, pada Kamis (16/1), sekitar pukul 5 sore.
Sari mengaku diculik dan disekap selama 13 hari oleh dua wanita berpenutup wajah. Selama diculik dan disekap, dia mengaku kerap disiksa hingga hanya diberi makan sekali. Selain itu, dia juga bilang dicekoki minuman beralkohol.
Pada kasus keempat, remaja 12 tahun bernama Sukma* di Kabupaten Pangkep, 7 Maret lalu, mengarang cerita penculikan ketika dia pergi dari rumah selama kurang lebih 8 jam. Orangtua dan keluarganya mengerahkan warga satu kampung mencari keberadaan Sukma. Pukul 9 malam, ia ditemukan di dalam gudang beras tak jauh dari rumahnya. Tangannya terikat tali.
Kepada semua orang, Sukma mengaku diculik tiga pria yang turun dari mobil minivan. Para pria itu, katanya, merupakan warga sekitar. Sontak kedua orang tuanya murka pada ketiga pria yang sebenarnya mereka kenal itu. Polisi dilibatkan, laporan disetor ayah Sukma. Sebelum meringkus tiga pria yang namanya disebut sebagai penculik, polisi terlebih dahulu menanyai Sukma.
Tidak butuh menyelesaikan draf pertanyaan, polisi yakin Sukma melakukan rekayasa penculikan. Kepada petugas, Sukma menceritakan semuanya.
"Di situ dia langsung ambil tali untuk ikat sendiri tangannya. Supaya kalau ditemukan, dia merasa seperti diculik," terang AKBP Ibrahim Aji, Kapolres Pangkep.