Membongkar 7 Mitos Parenting Modern yang Banyak Dipercaya

Menghadapi era yang semakin modern dengan segala kemajuan teknologi, menjadi orang tua di zaman sekarang memiliki tantangan tersendiri. Di samping banyaknya informasi yang tersedia, beragam pandangan dan nasihat tentang parenting juga membanjiri orang tua.
Sayangnya, gak semua saran tersebut benar adanya, dan sering kali justru menyesatkan. Mitos-mitos seputar parenting ini bahkan bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak dan kesejahteraan keluarga.
Mari kita bahas beberapa mitos populer dalam parenting modern yang sebenarnya keliru, supaya kamu bisa lebih percaya diri dalam menjalani peran sebagai orang tua. Simak penjelasannya yang dikutip dari Petitevie berikut ini.
1. Menjalankan rutinitas ketat membuat anak lebih disiplin

Banyak yang percaya bahwa membuat jadwal ketat untuk anak akan melatih mereka menjadi lebih disiplin. Meski benar bahwa memiliki rutinitas harian bisa membantu anak merasa aman dan lebih terorganisir, menjalankan jadwal yang terlalu ketat justru bisa membuat anak merasa stres dan terbebani, lho.
Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, termasuk kebutuhan tidur dan waktu bermain. Hal yang lebih penting adalah menciptakan rutinitas yang fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan anak, sehingga mereka bisa tumbuh dengan nyaman tanpa merasa tertekan.
2. Menyusui membuat anak lebih cerdas

Mitos ini sering kali membuat para ibu merasa tertekan untuk menyusui meskipun dalam beberapa kondisi mungkin tidak memungkinkan. Walaupun menyusui memang memiliki banyak manfaat kesehatan bagi bayi, seperti meningkatkan kekebalan tubuh, gak ada jaminan bahwa menyusui akan membuat anak lebih pintar.
Faktor lain seperti lingkungan belajar, stimulasi, serta hubungan emosional dengan orang tua juga turut berperan penting dalam perkembangan kecerdasan anak. Jadi, para ibu gak perlu merasa bersalah atau khawatir jika harus menggunakan susu formula, karena yang terpenting adalah mendukung tumbuh kembang anak secara keseluruhan.
3. Waktu layar (screen time) pasti merusak perkembangan anak

Di era digital ini banyak orang tua merasa khawatir jika anak-anak mereka menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar. Namun, screen time sebenarnya gak selalu buruk, lho, asalkan digunakan dengan bijak. Konten yang edukatif dan waktu layar yang terbatas bisa membantu anak dalam belajar, misalnya melalui permainan yang meningkatkan keterampilan atau video edukatif.
Kuncinya adalah memastikan bahwa screen time gak menggantikan aktivitas penting lainnya, seperti bermain di luar, interaksi sosial, atau waktu tidur yang cukup. Dengan pendekatan yang tepat, waktu layar bisa menjadi bagian dari pembelajaran anak yang efektif.
4. Membiarkan anak selalu menang meningkatkan kepercayaan diri mereka

Beberapa orang tua sering kali membiarkan anaknya menang dalam permainan dengan harapan dapat meningkatkan kepercayaan diri. Sayangnya, membiarkan anak selalu menang justru bisa menurunkan kemampuan mereka untuk menghadapi kegagalan di masa depan, lho.
Belajar dari kekalahan adalah bagian penting dari perkembangan emosional yang membantu anak menjadi lebih tangguh dan belajar untuk beradaptasi. Jadi, biarkan mereka merasakan kegagalan dan bantu mereka memahami bahwa kalah adalah hal yang normal dan bisa menjadi pelajaran berharga.
5. Anak perlu selalu dihibur agar gak bosan

Banyak orang tua yang merasa bertanggung jawab untuk menghibur anak-anak mereka setiap saat. Padahal, kebosanan sebenarnya bisa membantu anak mengembangkan kreativitas dan keterampilan pemecahan masalah.
Saat anak merasa bosan, mereka akan belajar mencari cara untuk menghibur dirinya sendiri, misalnya dengan menggambar, membaca, atau bermain permainan sederhana. Membiarkan anak mengalami kebosanan dari waktu ke waktu justru bisa menjadi kesempatan bagi mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya.
6. Terlalu melindungi anak akan membuat mereka lebih aman

Sebagai orang tua, tentu wajar kalau kamu ingin melindungi anak dari segala bahaya. Namun, terlalu protektif justru bisa membatasi perkembangan anak dalam belajar mandiri dan mengambil risiko yang sehat. Anak-anak perlu belajar untuk mengeksplorasi lingkungannya, membuat kesalahan, dan menemukan cara mengatasinya.
Jadi, alih-alih melarang segala sesuatu yang menurutmu berisiko, berikan pengawasan yang bijaksana dan ajarkan anak tentang keselamatan. Dengan begitu, mereka bisa tumbuh menjadi individu yang lebih mandiri dan bertanggung jawab.
7. Anak tunggal pasti akan manja

Banyak orang yang berpikir bahwa anak tunggal cenderung manja dan egois karena gak punya saudara untuk diajak berbagi. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa kepribadian anak lebih dipengaruhi oleh cara pengasuhan orang tua daripada jumlah saudara.
Anak tunggal tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang peduli dan empati jika diajarkan nilai-nilai seperti berbagi, bertanggung jawab, dan menghargai orang lain. Jadi, jangan khawatir jika kamu hanya memiliki satu anak, karena yang terpenting adalah cara kamu mendidiknya, bukan apakah ia punya saudara atau enggak.
Percaya pada mitos-mitos parenting yang salah justru bisa membuat kamu lebih stres dan malah berdampak negatif bagi anak. Hal yang terbaik adalah mencari informasi dari sumber yang tepercaya dan memilih metode parenting yang sesuai dengan kebutuhan keluargamu.
Ingat, gak ada cara yang benar atau salah dalam parenting, yang penting adalah keseimbangan antara memberikan arahan dan membiarkan anak berkembang sesuai dengan kepribadian mereka. Dengan begitu, kamu akan menjadi orang tua yang lebih percaya diri dan bahagia.