4 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orangtua di Minggu Pertama Anak Sekolah, Hindari!

Minggu pertama sekolah selalu menjadi momen penting dalam perjalanan tumbuh dan kembang anak, terutama saat mereka mulai TK atau SD. Namun di balik semangat menyiapkan seragam, bekal, dan perlengkapan sekolah, kadang ada beberapa kesalahan yang tanpa disadari dilakukan oleh orang tua. Hal-hal ini bisa membuat proses adaptasi anak justru jadi lebih sulit, bukannya menyenangkan.
Perlu dipahami bahwa masa peralihan dari rumah ke sekolah adalah momen yang tidak mudah bagi anak. Mereka tidak hanya dihadapkan pada lingkungan baru, tapi juga tuntutan sosial dan emosional yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Maka, penting bagi orangtua untuk menyadari kesalahan-kesalahan kecil yang bisa berdampak besar pada kenyamanan anak. Yuk, simak lima kesalahan umum yang sebaiknya dihindari selama minggu pertama sekolah berikut ini!
1. Terlalu cemas dan panik di depan anak

Wajar jika orangtua merasa cemas saat pertama kali melepas anak ke sekolah. Tapi sayangnya, perasaan ini sering kali tanpa sadar ditunjukkan di depan anak, baik lewat wajah yang tegang, suara terburu-buru, hingga pertanyaan-pertanyaan panik seperti, "Kamu yakin bisa sendiri?" atau "Nanti kamu jangan nangis ya!" Meskipun niatnya baik, hal ini justru bisa menular dan membuat anak ikut-ikutan panik. Mereka akan merasa bahwa sekolah adalah tempat yang menakutkan karena orangtua terlihat tidak tenang.
Anak-anak sangat peka terhadap ekspresi dan energi dari orang tuanya. Kalau kamu terlihat ragu, anak akan ikut ragu. Jika kamu terlihat tenang dan percaya, anak pun akan merasa aman. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mengatur emosi sendiri lebih dulu sebelum mengantarkan anak ke sekolah. Tampilkan wajah yang hangat dan yakin, beri pelukan, lalu ucapkan kata-kata yang menenangkan mereka.
2. Menunggu terlalu lama di depan kelas

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah orangtua yang enggan pergi setelah mengantar anak. Mereka memilih untuk berdiri lama-lama di depan kelas atau jendela demi memastikan anaknya baik-baik saja. Sekilas ini terlihat seperti bentuk perhatian, tapi bisa membuat anak kesulitan berpisah dan justru memperpanjang rasa cemas. Anak jadi tidak fokus beradaptasi dengan lingkungan karena pikirannya masih terikat pada kehadiran orang tua.
Guru biasanya sudah punya cara tersendiri untuk menenangkan anak yang menangis atau gelisah. Jika orangtua terus-menerus hadir di sekitar anak, guru juga jadi kesulitan membangun kedekatan. Anak harus belajar bahwa sekolah adalah tempat di mana mereka bisa merasa aman meski tanpa kehadiran orang tua secara fisik. Solusinya? Buat kebiasaan perpisahan yang singkat dan konsisten, misalnya dengan pelukan, high-five, atau ucapan semangat. Setelah itu, percayakan proses adaptasi pada anak dan guru. Kamu bisa memantau dari kejauhan jika perlu, tapi berikan anak ruang untuk belajar mandiri sejak awal.
3. Mengabaikan cerita anak sepulang sekolah

Setelah menjalani hari pertamanya di sekolah, anak biasanya punya banyak cerita yang ingin mereka bagikan. Namun, tidak jarang orangtua terlalu sibuk atau hanya bertanya seadanya seperti "Gimana sekolahnya?" dan merasa cukup saat anak menjawab "baik" atau "biasa aja". Padahal, di balik jawaban singkat itu mungkin ada rasa cemas, takut, atau bahagia yang belum sempat mereka ungkapkan. Ketika anak merasa tidak didengarkan, mereka bisa kehilangan minat untuk bercerita di kemudian hari.
Orangtua perlu menjadi pendengar aktif di minggu pertama sekolah. Alih-alih hanya bertanya satu kalimat, coba gunakan pertanyaan terbuka seperti, "Siapa yang duduk di sebelah kamu tadi" atau "Ada hal lucu gak hari ini?" Dengarkan jawabannya tanpa memotong, dan beri tanggapan positif. Anak yang terbiasa berbagi cerita akan lebih mudah menyampaikan perasaannya saat menghadapi masalah. Jadi, jadikan momen sepulang sekolah sebagai waktu berkualitas untuk memperkuat hubungan emosional dengan anak.
4. Memaksakan anak langsung menyesuaikan diri secara sempurna

Setiap anak punya kecepatan adaptasi yang berbeda. Ada yang langsung ceria sejak hari pertama, ada juga yang butuh waktu beberapa hari atau bahkan minggu untuk benar-benar merasa nyaman. Kesalahan yang sering terjadi adalah saat orang tua membandingkan anaknya dengan anak lain atau terlalu berharap anak langsung bisa mandiri, tidak rewel, dan selalu senang saat sekolah. Akibatnya, anak bisa merasa tertekan dan malah menarik diri.
Sebaiknya, beri ruang bagi anak untuk mengalami proses adaptasi secara alami. Kalau mereka masih menangis di hari ketiga atau keempat, itu bukan berarti gagal. Itu justru sinyal bahwa mereka sedang belajar berpisah dan beradaptasi dengan dunia baru. Tugas orangtua adalah mendampingi dengan sabar dan memberi dukungan tanpa tekanan. Hindari komentar yang menghakimi karena itu bisa melukai kepercayaan dirinya. Puji usaha kecil anak karena akan membuat mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk mencoba lagi.
Hindari 4 kesalahan di atas supaya kamu bisa membantu anak menjalani masa transisinya dengan lebih baik. Jangan lupa bahwa anak belajar dari cara orangtua bersikap. Jadi, pastikan kamu hadir sebagai sosok yang tenang, sabar, dan siap menemani mereka menapaki dunia baru mereka!