5 Cara Mengenalkan Konsep 'Consent' Sejak Anak Usia Dini

Konsep consent atau persetujuan sering kali dianggap terlalu rumit untuk anak-anak. Padahal, justru sejak usia dini lah waktu terbaik untuk mulai mengenalkan batasan diri, menghargai orang lain, dan pentingnya berkata "iya" atau "tidak" dengan sadar. Mengajarkan anak soal consent bukan hanya soal perlindungan diri, tapi juga tentang membentuk mereka jadi pribadi yang menghormati hak orang lain.
Meskipun topiknya terdengar serius, orang tua bisa mengajarkannya dengan cara yang ringan dan sesuai usia. Kuncinya adalah membiasakan anak sejak kecil untuk peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain. Berikut lima cara sederhana yang bisa diterapkan di rumah untuk mengajarkan anak konsep consent. Simak sampai akhir, ya!
1. Ajarkan anak mengenali perasaan dan tubuhnya sendiri

Langkah pertama mengenalkan "consent" adalah membuat anak paham bahwa tubuh mereka milik mereka sendiri. Gunakan bahasa yang sederhana seperti, "Kalau kamu nggak suka dipeluk, kamu boleh bilang tidak." Kalimat ini bisa dibarengi dengan pengenalan emosi, seperti "Aku senang," atau "Aku nggak nyaman."
Dengan mengenali perasaannya, anak akan lebih mudah menyampaikan apa yang dia rasakan dan membedakan mana situasi yang membuatnya nyaman dan mana yang tidak. Hal ini penting supaya mereka tidak merasa harus menyenangkan orang lain jika itu membuat mereka tidak nyaman.
2. Biasakan minta izin sebelum menyentuh anak

Orang tua kadang refleks memeluk atau mencium anak. Tapi dengan membiasakan diri untuk minta izin, artinya orang tua sedang memberi contoh bahwa menyentuh tubuh seseorang perlu persetujuan dulu.
Meminta izin ketika mau menyentuh anak nggak hanya bisa membangun kepercayaan anak terhadap orang tua, tapi juga membuat mereka tahu bahwa anak berhak atas tubuh mereka sendiri. Anak akan belajar bahwa mereka boleh menolak jika tidak ingin disentuh, bahkan oleh orang yang dekat sekalipun.
3. Jangan paksa anak memberi pelukan atau ciuman ke orang lain

Kalau anak nggak mau mencium atau memeluk saudara, kakek-nenek, atau tamu, biarkan aja. Menghormati keputusan anak atas tubuhnya sendiri adalah bagian penting dari pendidikan consent.
Orang tua bisa bantu anak mengekspresikan rasa hormat pada orang lain dengan cara yang lain, seperti lambaian tangan, tos, atau senyum. Hal ini juga mengajarkan bahwa ada banyak cara untuk bersikap sopan selain kontak fisik secara langsung.
4. Beri contoh saat orang tua minta izin pada anak

Saat orang tua ingin melihat gambar di buku anak atau membantunya ganti baju, coba biasakan bertanya dulu, seperti "Boleh Mama bantuin pakai celana?" atau "Boleh Mama lihat gambar yang kamu gambar tadi?"
Mungkin kedengarannya agak ribet meski sepele apalagi terhadap anak sendiri. Tapi hal-hal seperti ini bisa mengajarkan anak bahwa persetujuan itu bukan hal besar yang berat dan bisa jadi kebiasaan sehari-hari untuk saling menghargai.
5. Tanggapi penolakan anak dengan serius dan tanpa marah

Saat anak bilang "nggak mau" atau "jangan," hargailah dan tanggapi dengan tenang. Jangan marah atau menganggapnya tidak sopan. Justru inilah waktu penting buat memperkuat rasa percaya dirinya dalam menetapkan batas.
Dengan begitu, anak akan tumbuh jadi pribadi yang tahu kapan harus berkata "tidak" dan tidak merasa bersalah saat melakukannya, karena sejak kecil, mereka tahu suara mereka penting dan layak didengar.
Mengenalkan konsep consent sejak dini bukan untuk membuat anak takut pada dunia, tapi supaya mereka tumbuh jadi individu yang tahu cara menjaga diri dan menghargai orang lain. Dimulai dari hal-hal kecil di rumah, dampaknya bisa luar biasa untuk masa depan mereka.