5 Akibat Jangka Panjang Helicopter Parenting Terhadap Kesehatan Mental Anak

Helicopter parenting, atau pola asuh di mana orang tua terlalu mengontrol, mengawasi dan mengatur kehidupan anak secara berlebihan, kerap dianggap sebagai bentuk kasih saying dan perlindungan. Namun, di balik niat baik tersebut, terdapat dampak jangka panjang yang serius terhadap kesehatan mental anak.
Ketika anak tidak diberi ruang untuk tumbuh, gagal, dan belajar secara mandiri, berbagai masalah psikologis dapat muncul dan terbawa hingga dewasa. Yuk, simak penjelasannya!
1. Rentan mengalami kecemasa dan depresi
Tentu saja anak berhak mendapat didikan yang sehat dari kedua orang tuanya. Maka dari itu penting bagi kedua orang tua menerapkan gaya parenting yang baik demi sang anak tumbuh menjadi pribadi yang baik. Meski begitu ada sebagian orang tua yang menerapkan pola helicopter parenting.
Padahal pola asuh ini dalam jangka panjang memberikan dampak yang kurang baik. Anak-anak yang selalu dikendalikan akan merasa takut membuat kesalahan. Tekanan ini bisa memicu gangguan kecemasan dan perasaan tidak berharga yang berkembang menjadi depresi.
2. Ketergantungan emosional yang tinggi
Helicopter parenting membentuk anak menjadi orang yang tidak bisa mandiri. Mereka akan selalu bergantung secara emosional pada orang tua meski sudah tumbuh dewasa. Ini yang akan membebani orang tua kedepannya.
Tanpa kemandirian, anak akan terbiasa mengandalkan orang tua dalam setiap keputusan, membuatnya sulit berdiri secara emosional saat dewasa. Ini akan semakin menyulitkannya untuk bisa survive.
3. Sulit mengatur emosi dan menghadapi tekanan
Anak yang terbiasa dilayani orang tua dalam hal apapun akan sulit bertumbuh sendiri. Akibatnya mereka sulit juga mengatur emosi dan menghadapi tekanan. Mudah mengadu dan sulit untuk menyelesaikan masalah dengan bijak.
Minimnya kesempatan untuk menghadapi masalah membuat anak tidak terbiasa mengelola stress, sehingga rentan meledak atau menarik diri saat menghadapi tekanan hidup. Kemampuan memecahkan masalah akan sulit mereka lakukan.
4. Rasa tidak percaya diri
Kontrol yang berlebihan dapat mengikis rasa percaya diri anak.Ini lantaran anak tidak bisa belajar menjadi dirinya sendiri. Orang tua terus menerus mengurusi hal apapun tentang anak.
Akibatnya mereka merasa tidak mampu tanpa arahan orang tua, yang berdampak negative pada perkembangan sosial dan profesionalnya kelak. Mereka jadi merasa tidak berani pada dirinya sendiri lantara kepercayaan diri yang tidak tumbuh. Kesehatan mental anak terganggu jika kepercayaan diri tidak bisa tumbuh dengan baik.
5. Kurangnya rasa tanggung jawab
Meski rasa sayang orang tua sangat besar kepada anak, orang tua juga harus memberikan ruang sendiri untuk anak. Jika terus dikontrol dan diawasi akan membuat anak jadi kurang rasa tanggung jawabnya. Tentu dalam jangka panjang, anak tidak bisa menjadi orang yang bisa menerima risiko dalam hidupnya.
Anak yang tidak pernah diberi tanggung jawab atau dibiarkan mengalami akibat dari pilihan orang tuanya cenderung tumbuh tanpa rasa tanggung jawab yang kuat, baik dalam hal pribadi maupun sosial.
Helicopter parenting mungkin dimaksudkan untuk menjaga dan mempermudah hidup anak, namun kenyataanya justru bisa menghambat tumbuh kembang prikologis mereka. Anak membutuhkan ruang untuk belajar mandiri, berproses, dan menghadapi realitas kehidupan. Dengan memberi kepercayaan dan dukungan yang proporsional, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang tanggung, percaya diri, dan sehat secara mental.