Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi remaja dan orang tua (pexels.com/ Julia M Cameron)
ilustrasi remaja dan orang tua (pexels.com/ Julia M Cameron)

Intinya sih...

  • Masa pubertas adalah periode transisi penting dalam kehidupan anak, dengan banyak perubahan fisik, emosional, dan psikologis.
  • Orang tua perlu memahami bahwa perubahan ini adalah bagian dari proses alami yang terjadi dalam tubuh anak dan menjaga komunikasi terbuka.
  • Orang tua harus memberikan dukungan dan membimbing anak dalam menghadapi tekanan sosial serta menetapkan aturan yang jelas namun tetap memberi ruang bagi anak untuk merasa dihargai dan dipercaya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Masa pubertas adalah periode transisi penting dalam kehidupan setiap anak, yang ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan psikologis yang signifikan. Bagi anak-anak, pubertas adalah masa yang penuh dengan pencarian identitas diri, dan sering kali disertai dengan perubahan perilaku yang bisa mengejutkan orang tua. Perubahan-perubahan ini kadang-kadang membuat orang tua merasa bingung, frustrasi, atau khawatir, karena anak yang dulu mudah dipahami kini menjadi lebih tertutup atau mudah marah.

Namun, sebagai orang tua, penting untuk menghadapi masa pubertas dengan sikap yang penuh pengertian dan kesabaran. Menyikapi perubahan perilaku anak dengan bijaksana dapat membantu menjaga hubungan yang sehat dan mendukung mereka melalui periode yang penuh tantangan ini. Berikut adalah lima tips untuk membantu orang tua menghadapi perubahan perilaku anak saat memasuki masa pubertas.

1. Kenali perubahan fisik dan emosional yang terjadi

ilustrasi emosional anak (pexels.com/ cottonbro studio)

Masa pubertas membawa banyak perubahan yang tidak hanya berdampak pada tubuh anak, tetapi juga pada suasana hati dan perilaku mereka. Hormon yang meningkat selama pubertas dapat memengaruhi suasana hati anak, membuat mereka lebih mudah marah, sensitif, atau bahkan terkesan seperti berada dalam "roller coaster" emosional.

Untuk itu, orang tua perlu memahami bahwa perubahan ini adalah bagian dari proses alami yang terjadi dalam tubuh anak. Mengetahui bahwa perubahan fisik seperti pertumbuhan tubuh yang cepat, perubahan suara, atau kedatangan menstruasi bagi anak perempuan adalah hal-hal yang wajar, dapat membantu orang tua lebih sabar dan empatik dalam menyikapi perubahan tersebut.

2. Jaga komunikasi terbuka dan tanpa penilaian

ilustrasi komunikasi dengan anak (pexels.com/Vitaly Gariev)

Salah satu perubahan yang sering terjadi saat anak memasuki masa pubertas adalah kecenderungan mereka untuk lebih tertutup. Anak mungkin mulai lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan teman sebaya daripada dengan keluarga, atau mereka merasa malu membicarakan hal-hal pribadi dengan orang tua. Namun, penting untuk tetap menjaga komunikasi terbuka.

Ajak anak berbicara secara santai dan tanpa menghakimi. Hindari memberikan respons yang bersifat mengkritik atau menilai, karena hal itu dapat membuat anak merasa tidak nyaman dan semakin menjauh. Sebaliknya, tunjukkan bahwa orang tua siap mendengarkan, menerima perasaan mereka, dan memberikan dukungan tanpa memberi tekanan. Misalnya, jika anak merasa kesulitan dengan perubahan tubuh atau hubungan sosial mereka, coba untuk memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara dan berbagi perasaan.

3. Bersikap sabar dengan perubahan sikap dan keinginan anak untuk mandiri

ilustrasi mendukung anak (pexels.com/Julia M Cameron)

Selama masa pubertas, anak-anak sering kali mulai mencari identitas diri dan merasakan keinginan yang lebih besar untuk mandiri. Mereka mungkin lebih sering membantah atau menantang aturan yang diterapkan orang tua. Ini adalah bagian dari proses perkembangan mereka untuk mencari otonomi dan kebebasan.

Sebagai orang tua, penting untuk memahami bahwa ini adalah fase normal yang akan dilewati anak. Daripada terlalu tegas atau memberi respons emosional yang berlebihan, cobalah untuk memberikan batasan yang jelas namun tetap memberi mereka ruang untuk mengembangkan rasa tanggung jawab dan kemandirian. Misalnya, berikan pilihan dalam keputusan sehari-hari mereka, seperti dalam memilih pakaian atau kegiatan yang ingin diikuti, namun tetap dalam kerangka aturan keluarga yang sehat.

4. Berikan dukungan dalam menghadapi tekanan sosial

ilustrasi menghibur anak (pexels.com/Mikhail Nilov)

Masa pubertas sering kali juga disertai dengan peningkatan tekanan sosial, baik dari teman-teman sebaya, media sosial, atau bahkan dari lingkungan sekitar. Anak-anak pada usia ini sangat rentan terhadap pengaruh teman sebaya dan sering kali merasa perlu untuk mengikuti tren atau norma sosial agar diterima. Hal ini bisa menyebabkan perubahan perilaku, seperti perubahan dalam cara berpakaian, berperilaku, atau bahkan memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan keluarga.

Sebagai orang tua, penting untuk memberikan dukungan dan membimbing anak dalam menghadapi tekanan tersebut. Tunjukkan kepada anak bahwa mereka tidak perlu mengikuti apa yang dilakukan orang lain untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya. Berbicaralah tentang nilai-nilai diri, pentingnya percaya diri, dan bagaimana menjadi individu yang mandiri tanpa tergantung pada opini orang lain. Dorong anak untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka secara positif, dan pastikan mereka tahu bahwa keluarga selalu ada untuk memberi dukungan.

5. Jaga keseimbangan antara kebebasan dan pengawasan

ilustrasi keakraban ibu dan anak (pexels.com/ Anastasia Shuraeva)

Selama masa pubertas, anak akan semakin ingin merasakan kebebasan lebih dalam berbagai hal, termasuk dalam hal keputusan sosial dan pribadi. Namun, kebebasan ini harus tetap diimbangi dengan pengawasan yang bijaksana. Orang tua perlu menetapkan aturan yang jelas mengenai hal-hal seperti penggunaan media sosial, pergaulan dengan teman-teman, atau waktu tidur, namun tetap memberikan ruang bagi anak untuk merasa dihargai dan dipercaya.

Cobalah untuk berkomunikasi dengan anak mengenai batasan-batasan yang diperlukan, namun dengan cara yang tidak mengekang. Misalnya, jika anak mulai sering menggunakan media sosial, orang tua bisa berbicara mengenai keselamatan online, etika media sosial, dan pentingnya menjaga privasi dengan cara yang tidak menggurui. Ini akan membantu anak merasa bahwa mereka diberi tanggung jawab sekaligus mendapat pengawasan yang bijak.

Masa pubertas adalah fase yang penuh dengan perubahan dan tantangan, baik bagi anak maupun orang tua. Menghadapi perubahan perilaku anak dengan sabar, pengertian, dan komunikasi yang terbuka akan membantu menjaga hubungan yang sehat dan mendukung anak melalui proses perkembangan mereka. Dengan mengenali perubahan yang terjadi, menjaga komunikasi tanpa penilaian, memberi dukungan dalam mengembangkan kemandirian, serta menjaga keseimbangan antara kebebasan dan pengawasan, orang tua dapat membantu anak melewati masa pubertas dengan percaya diri dan positif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team