4 Penyebab Anak Mudah Terpancing Emosi, Orangtua Harus Peka!

Intinya sih...
- Anak sering menunjukkan emosi yang kuat, seperti sedih, marah, atau frustrasi.
- Penyebab utama anak mengalami emosi tidak terkontrol karena kesulitan mengungkapkan perasaannya.
- Rutinitas yang berubah, kondisi fisik, dan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi emosi anak.
Anak-anak sering kali menunjukkan emosi yang berbeda-beda terhadap segala hal yang dialaminya. Mungkin anak akan menunjukkan emosi yang kuat dan tiba-tiba, seperti sedih, marah, atau rasa frustrasi pada saat mengalami sesuatu, sehingga ini merupakan reaksi yang sangat wajar terjadi pada anak.
Mungkin banyak orangtua yang merasa bingung dan khawatir apabila anaknya sering menunjukkan emosi yang berbeda, khususnya jika emosi tersebut terjadi secara berulang kali dan tanpa sebab, sehingga khawatir akan memengaruhi proses perkembangannya. Ada beberapa faktor berikut ini yang sebetulnya menjadi penyebab mengapa anak sering kali mudah mengalami emosi, sehingga orangtua bisa mengambil langkah yang tepat dalam mengatasinya.
1. Keterbatasan dalam mengungkapkan perasaan
Salah satu penyebab utama mengapa anak sering mengalami emosi yang tidak terkontrol karena memang merasa kesulitan dalam mengungkapkan perasaannya. Sering kali anak tidak paham bagaimana cara mengungkapkan perasaan melalui kata-kata, sehingga orangtua harus peka dengan hal yang satu ini.
Anak-anak yang berusia masih kecil mungkin belum sepenuhnya memahami apa yang diinginkannya, sehingga cenderung merasa frustrasi dalam menyampaikan hal tersebut secara verbal. Akibatnya anak jadi lebih memilih untuk menunjukkan perasaan tersebut melalui tangisan, teriakan, hingga perilaku emosional lain sebagai cara dalam berkomunikasi dengan orangtuanya sendiri dengan orangtuanya sendiri.
2. Perubahan jadwal atau rutinitas
Anak-anak cenderung merasa nyaman dengan rutinitas yang dilakukannya secara konsisten, sehingga hal ini mungkin akan memicu kesulitan tersendiri dalam beraktivitas. Pada saat ada perubahan dalam jadwal sehari-hari, seperti waktu tidur yang terganggu, kondisi lingkungan baru, atau pun perbedaan aktivitas, maka hal ini akan membuat anak jadi rentan bingung atau merasa tidak aman.
Bukan tidak mungkin jika perubahan jadwal dan rutinitas akan membuat anak lebih rentan mengalami emosi yang mendadak. Perubahan ini tentunya dapat mengganggu stabilitas yang dialami anak, sehingga membuat mereka jadi lebih mudah marah atau pun cemas terhadap segala sesuatunya.
3. Mengalami kelelahan atau lapar
Kondisi fisik juga bisa menjadi salah satu penyebab utama mengapa anak rentam sekali merasa marah terhadap sesuatu. Jika anak mengalami kondisi fisik, seperti kelelahan atau rasa lapar, maka hal ini akan sedikit banyak mempengaruhi emosinya, sebab tubuh mereka tidak dapat beristirahat atau pun memeroleh nutrisi yang cukup, sehingga membuatnya lebih sensitif terhadap sesuatu.
Anak yang kelelahan mungkin merasa frustrasi dengan lebih cepat dan anak yang lapar bisa jadi lebih mudah tersinggung dengan segala sesuatu, sehingga orangtua harus peka. Setidaknya orangtua bisa mengatur waktu tidur yang cukup dan memberikan makanan secara teratur untuk mengurangi emosi yang tidak stabil.
4. Pengaruh terhadap lingkungan dan pergaulan
Anak-anak sangat peka terhadap kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya, sehingga orangtua tidak boleh menganggap sepele hal yang satu ini. Berbagai hal seperti konflik yang ada di rumah, kondisi stress dari orangtua, atau bahkan pengaruh dari teman sebayanya dapat sangat memengaruhi kondisi emosi yang dialami anak.
Jika anak melihat atau pun merasakan adanya ketegangan hingga stress di sekitar mereka, maka anak pun akan lebih mudah dalam menirunya dan menjadi lebih emosional. Selain itu, pergaulan dengan teman-teman bisa saja membawa perilaku yang agresif, sehingga memicu ledakan emosi pada anak.
Emosi yang mudah meledak pada anak sebetulnya merupakan hal yang umum dan wajar, khususnya dalam proses pertumbuhan. Namun, orangtua juga perlu memahami penyebab di balik emosi tersebut, sehingga tidak sampai ada keterbatasan dalam komunikasi dan bisa membuat anak merasa lebih baik secara emosional. Harus cermat dalam mengajari anak bagaimana caranya mengelola emosi dengan baik!
Sumber referensi:
https://www.yalemedicine.org/conditions/anger-issues-in-children-and-teens
https://childmind.org/article/is-my-childs-anger-normal/
https://parents.app/parenting/child-behavior/what-causes-anger-issues-in-a-child-how-to-solve-them/a/