Dua anak dari Luksemburg dengan kelinci peliharaan mereka di Surrey pada tahun 1942. (commons.wikimedia.org/Bryson Jack, Ministry of Information Photo Division Photographer)
National Canine Defense League (NCDL) menyebut peristiwa ini sebagai "Holocaust September". Dilansir laman BBC, pada tahun 1939, Kantor Dalam Negeri merekomendasikan penduduk kota untuk membawa hewan peliharaan mereka ke pedesaan agar tetap aman selama perang, tetapi banyak orang yang memilih untuk membunuh hewan peliharaan mereka.
Diperkirakan ada 750.000 hewan peliharaan dibunuh dalam satu minggu di bulan September, hal ini dilakukan oleh keluarga yang khawatir bawa stok makanan hewan peliharaan akan sangat sulit didapatkan. Namun, ada protes besar dari badan amal hewan seperti RSPCA.
Ribuan hewan lainnya ada yang dibuang dan diselamatkan, empat anggota staf Rumah Anjing dan Kucing Battersea merawat 145.000 hewan peliharaan terlantar selama tahun-tahun perang, sementara Duchess of Hamilton mendirikan tempat perlindungannya sendiri untuk menyelamatkan ratusan hewan lainnya.
Namun, tetap saja, dorongan untuk eutanasia begitu besar sehingga krematorium tidak dapat memenuhinya, mayat-mayat hewan menumpuk di jalanan, dan NCDL menyumbangkan sebagian dari tanah mereka untuk kuburan massal, yang merupakan tempat peristirahatan terakhir dari setengah juta hewan kesayangan.
Masa lalu memiliki kisah, tidak peduli seberapa kejamnya masa lalu itu menggoreskan luka. Kisah akan selalu terukir dengan berbagai macam situasi.