Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berpikir (pexels.com/Anastasia Vragova)
ilustrasi berpikir (pexels.com/Anastasia Vragova)

Cara kita dalam memandang kehidupan turut mempengaruhi pola pikir sekaligus tindakan. Mampu melihat dari sudut pandang bijaksana, kita mampu memahami esensi kehidupan yang bermakna. Kondisi sebaliknya terjadi ketika kita menjadi individu yang terbiasa dengan sudut pandang toksik. Dalam menilai segala sesuatu cenderung mengedepankan sudut pandang negatif.

Tanpa sadar kita kerap menjadi bagian dari orang-orang yang selalu terpaku pada perspektif toksik. Cara kita dalam memandang dan menilai kehidupan tidak berlandaskan logika. Bahkan sering terpaku pada ambisi dan tujuan semu. Terdapat beberapa tanda yang menunjukkan bahwa dalam menjalani kehidupan kita masih dikontrol oleh sudut pandang toksik. Selengkapnya sudah terangkum dalam tulisan di bawah ini.

1. Terjebak dalam pola pikir selalu salah atau selalu gagal

ilustrasi rasa takut (pexels.com/MART PRODUCTION)

Adakalanya sebagai manusia kita terlalu terpaku pada sudut pandang toksik. Dalam menjalani kehidupan berdasarkan prasangka negatif yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Namun yang menjadi permasalahan, seringkali kita tidak menyadari menjalani hidup dengan pola tersebut. Bahkan menganggap ini sebagai situasi normal yang tidak perlu dipermasalahkan.

Padahal terdapat tanda bahwa dalam menjalani kehidupan kita sedang dikontrol oleh sudut pandang toksik. Salah satunya terjebak dalam pola pikir selalu salah atau selalu gagal. Dalam meraih tujuan cenderung terobsesi pada sisi kesempurnaan, namun diiringi oleh rasa takut salah dalam bertindak. Akibatnya, tumbuh menjadi individu yang lebih memilih berdiam daripada mengambil risiko.

2. Menyandarkan harga diri pada validasi eksternal

ilustrasi selfie (pexels.com/Anna Shvets)

Apa yang akan terjadi ketika kehidupan dikendalikan oleh sudut pandang toksik? Kita tidak benar-benar bisa menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Menjalani hidup dengan pola demikian ini hanya akan menguras mental dan energi. Tapi yang paling penting dari seluruhnya, kita harus menyadari tanda bahwa kehidupan sedang dikontrol oleh sudut pandang toksik.

Salah satu yang dapat diamati, kita cenderung menyadarkan harga diri pada validasi eksternal. Butuh pengakuan terus-menerus untuk merasa berharga dan layak diterima. Situasi demikian ini pada akhirnya mendorong kita tumbuh menjadi individu yang berusaha mengubah diri hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Namun tidak mengenali nilai-nilai pribadi yang dianut.

3. Senantiasa menganggap hidup adalah perlombaan atau pembuktian

ilustrasi perempuan berjejer (pexels.com/Cottonbro studio)

Terkadang kita menjalani hidup dengan cara kompetitif. Jiwa untuk bersaing sudah mendominasi di berbagai bidang kehidupan. Bahkan kita menganggap hidup sebagai ajang perlombaan atau pembuktian. Terdapat rasa pesimis ketika mendapati pencapaian diri tidak sebanding dengan orang lain.

Ternyata ini menjadi salah satu tanda bahwa kehidupan masih dikontrol oleh sudut pandang toksik. Kita menempatkan persaingan di atas segalanya. Sampai lupa dengan esensi penting kehidupan yang seharusnya dicapai. Menjalani hidup dengan cara demikian menjadikan kita sebagai individu yang tidak mampu menikmati proses. Inti menjalani hidup hanya berfokus pada pencapaian dalam skala besar.

4. Dikendalikan oleh perasaan tidak cukup

ilustrasi manusia serakah (pexels.com/Yan Krukau)

Setiap orang tentu memiliki perspektif tersendiri atas kehidupan yang dijalani. Tapi hal penting yang perlu diingat, sudahkah kita memandang kehidupan dari perspektif yang tepat? Atau justru kita menjadi individu yang memandang kehidupan hanya dengan sudut pandang toksik? Tanpa disadari mengambil keputusan yang bersifat merugikan. Baik bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

Ternyata ada tanda yang menunjukkan bahwa seseorang terjebak dalam kehidupan yang dikontrol oleh sudut pandang toksik. Ini bisa tercermin ketika kehidupan dikendalikan oleh perasaan tidak cukup. Meskipun sebenarnya sudah memiliki pencapaian yang layak diapresiasi. Perasaan tidak cukup akan menghadirkan rasa gelisah dan ketidaknyamanan. Kehidupan diisi oleh rasa takut dan kekhawatiran.

Kita perlu menyadari beberapa tanda bahwa kehidupan masih dikontrol oleh sudut pandang toksik. Ini bisa tercermin dari pola pikir yang merasa selalu salah atau selalu gagal. Apalagi turut diiringi dengan kecanduan validasi eksternal serta ambisi yang tidak pernah cukup. Jika kita merasa hidup dengan empat tanda di atas, tentu harus mengevaluasi ulang pola kehidupan yang dijalani. Kita perlu menggeser perspektif dan mulai menyadari bahwa pola itu tidak harus terus dipertahankan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team