Makassar, IDN Times - Orang-orang Bugis sudah dikenal sejak lama sebagai para perantau ulung. Berpindah ke negeri jauh nan asing, dengan harapan untuk memperbaiki kehidupan, sudah terpatri dalam benak masyarakat Bugis. Kebiasaan ini sudah terpatri dalam benak serta terus dilakukan secara turun temurun.
Menurut Andi Zainal Abidin dalam buku Persepsi orang Bugis-Makasar tentang Hukum, Negara dan Dunia Luar (1983), merantau lahir dari kebiasaan masyarakat yang sering bersentuhan dengan laut. Malah konsep berpindah sudah mendarah daging dengan tradisi malleke' dapureng atau pindah dapur. Belakangan, barulah muncul sebutan sompeq untuk merantau.
Nah, tanah perantauan orang Bugis membentang jauh dari Madagaskar hingga Pulau Papua di ujung timur Indonesia. Termasuk di dalamnya yakni Singapura, yang secara geografis berjarak hampir 2 ribu kilometer dan dipisahkan Laut Jawa.
