Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bermain game (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi bermain game (pexels.com/Ron Lach)

Intinya sih...

  • Emosi mudah meledak setelah bermain game bisa jadi tanda efek negatif.

  • Lingkungan game yang toxic dapat merusak kesehatan mental dan kepercayaan diri.

  • Waktu bermain yang mengganggu tanggung jawab lainnya adalah tanda bahaya serius.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bermain game adalah salah satu bentuk hiburan yang paling digemari saat ini. Selain menyenangkan, game juga bisa menjadi media untuk hiburan dan melepas stres. Namun, ada kalanya game berubah menjadi sumber tekanan mental, konflik sosial, bahkan mengganggu keseharian.

Tidak sedikit yang terjebak dalam kebiasaan bermain game secara berlebihan tanpa menyadari bahwa hal itu sudah berdampak negatif. Mengenali tanda-tanda awal bahwa sebuah game sudah mulai memberi pengaruh buruk adalah langkah penting agar tidak terjebak terlalu dalam. Berikut empat tanda kuat bahwa sudah saatnya meninggalkan game favorit yang mulai toxic.

1. Emosi mudah meledak setelah bermain

ilustrasi seseorang yang sedang marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jika setiap kali selesai bermain game justru muncul rasa marah, frustasi atau kesal yang berlebihan, itu bisa jadi tanda game tersebut sudah tidak memberikan efek positif. Emosi negatif ini bukan hanya muncul karena kalah, tetapi bisa juga disebabkan oleh lingkungan game yang dipenuhi kata-kata kasar, tekanan kompetitif yang tidak sehat atau sistem permainan. Rasa kesal ini sering terbawa ke aktivitas lain, membuat suasana hati buruk sepanjang hari.

Ketika emosi negatif terus berulang dan memengaruhi kehidupan sehari-hari, ini merupakan sinyal bahaya. Game seharusnya memberi hiburan, bukan menciptakan tekanan mental. Jika efeknya membuat hubungan dengan orang sekitar memburuk, kualitas tidur terganggu atau menimbulkan kemarahan berlebihan, meninggalkan game tersebut bisa menjadi langkah terbaik untuk menjaga kestabilan emosi.

2. Merasa terjebak di lingkungan yang toxic

ilustrasi bermain game (pexels.com/josueladoopelegrin)

Beberapa game online memiliki komunitas pemain yang sangat kompetitif, bahkan tidak jarang diselimuti oleh budaya toxic. Mulai dari saling menghina, mempermalukan pemain lain, hingga munculnya tekanan untuk selalu bermain dengan baik. Saat berada di lingkungan seperti ini terus menerus, kesehatan mentalmu perlahan mulai terkikis.

Rasa cemas, takut salah, dan tekanan sosial bisa muncul meski sedang tidak bermain. Jika interaksi dalam game lebih sering berisi kemarahan, sindiran, atau drama dibandingkan keseruan, maka itu tanda kuat bahwa lingkungan tersebut sudah tidak sehat lagi. Bertahan terlalu lama di dalam komunitas seperti ini bisa membuat kita ikut menyerap perilaku negatif atau justru kehilangan kepercayaan diri.

3. Waktu bermain mulai mengganggu tanggung jawab

ilustrasi bermain game mobile( pexels.com/Yan Krukau)

Ketika waktu untuk pekerjaan, belajar, atau kewajiban penting lainnya mulai sering dikorbankan demi bermain game, ini adalah tanda bahaya serius. Ketika permainan mulai mengambil alih rutinitas harian, tanda-tanda kecanduan sudah muncul. Hubungan dengan teman dan keluarga juga bisa rusak ketika game menjadi prioritas utama.

Banyak kasus menunjukkan penurunan performa akademik atau profesional karena jam tidur dan waktu belajar dikurangi untuk bermain. Lebih berbahaya jika kamu mulai berbohong atau membuat alasan untuk menutupi waktu bermainnya. Jika game sudah mengambil alih sebagian besar waktu, mungkin inilah saatnya untuk berhenti dan mengevaluasi ulang prioritas hidup.

4. Game menjadi satu-satunya sumber identitas

Ilustrasi anak bermain game (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ketika seseorang mulai merasa bahwa seluruh nilai dirinya hanya berasal dari pencapaian di dalam game, itu bisa menjadi tanda bahaya yang sering luput disadari. Identitas pribadi menjadi sangat bergantung pada ranking, level, prestasi, atau pengakuan dari komunitas dalam game. Padahal, nilai diri seharusnya berasal dari banyak aspek seperti kemampuan sosial, pencapaian di dunia nyata, atau relasi dengan orang sekitar.

Ketika semua itu tergantikan hanya oleh status di dalam game, keseimbangan hidup mulai terganggu. Ketergantungan semacam ini bisa menyebabkan krisis identitas saat seseorang tidak bisa bermain lagi atau ketika game tersebut tidak lagi relevan. Memperluas makna diri di luar game adalah langkah penting agar tidak terjebak dalam lingkaran yang membatasi pertumbuhan pribadi.

Meninggalkan game favorit memang bukan keputusan mudah, terutama jika sudah menjadi bagian dari rutinitas atau identitas diri. Namun, menjaga kesehatan mental, relasi sosial dan tanggung jawab pribadi jauh lebih penting daripada mempertahankan sesuatu yang justru membawa dampak negatif. Jika beberapa tanda di atas mulai terasa di kehidupan kamu, tidak ada salahnya untuk istirahat sejenak atau bahkan berhenti total.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team