Makassar, IDN Times - Awal tahun 1966 di Kamp Plantungan Kendal, Jawa Tengah, dua tahun lewat setelah "Malam Jahanam" G30S, seorang perempuan duduk di bawah barak semi permanen. Ia melihat sekeliling tempat tapol khusus anggota Gerwani yang baru ia huni beberapa bulan.
Suasanya sejuk, asri, udaranya pun segar. Sebab Kamp Plantungan terletak di kaki Gunung Prau. Pemerintah Hindia-Belanda dulu menggunakan tempat tersebut sebagai pusat isolasi penderita lepra.
Perempuan yang nyaris berkepala tujuh tersebut kemudian menghela napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kembali kewarasan setelah rezim baru datang sembari menumpahkan darah. Salawati Daud, nama perempuan yang sudah uzur tersebut, kembali mengenang masa-masa perjuangannya untuk Indonesia di Sulawesi Selatan.
Sekarang, dua dekade setelah reformasi, Salawati Daud dan segala jasanya untuk negeri ini masih hilang tak berbekas. Ia dilempar ke dalam kasta pariah sejarah lantaran statusnya sebagai anggota Gerwani. Orde Baru menghapus secara sistematis segala jasa dan capaian tokoh-tokoh yang terkait dengan partai berlambang palu-arit itu, termasuk Salawati.