Makassar, IDN Times - Mei 1950, Presiden Soekarno melawat ke Kota Makassar. Kunjungan ini dilakukannya setelah Pemberontakan Andi Azis bersama para prajurit eks-KNIL genap sebulan dipadamkan. Namun, kontak tembak masih berlangsung di daerah pegunungan luar Makassar setelah para eks-KNIL menyingkir ke hutan usai Andi Azis ditangkap pada 15 April 1950.
Namun siapa sangka, lawatan sarat risiko tersebut menjadi pemicu semangat salah satu pionir tari tradisional Sulsel untuk berkarya. Alkisah, Andi Siti Nurhani Daeng Masugi (biasa disapa dengan nama Nani) yang masih berusia 20 tahun, didatangkan untuk menari dalam acara penyambutan sang Presiden di kantor Gubernur Sulawesi waktu itu, Raden Soediro.
Seperti diceritakan dalam buku Dari Sangkar Saoraja Menuju Pentas Dunia (Nuwahidah, Bio Pustaka, 2004), Soekarno sejak jauh-jauh hari meminta dipentaskan tari tradisional. Nani secara cepat meminjam baju daerah Mandar dari salah satu bangsawan dan memilih tari Pattuddu. Usai menari, Soekarno rupanya terkesima. Ia meminta Nani untuk tetap bergiat dalam pengembangan tari daerah Sulsel.