Repro. Buku "Ensiklopedi Pahlawan Nasional" (Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1995)
Reputasinya sebagai penggerak di akar rumput membuatnya sering menjadi pemateri diskusi mahasiswa-mahasiswa STOVIA. Di sini ia bertemu dengan salah satu adik tingkat almamaternya yakni Soetomo.
Sejarawan Anhar Gonggong dalam buku Muhammad Husni Thamrin (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985) menulis bahwa inisiatif Wahidin di tanah Jawa memberi sebuah ide untuk Soetomo, yakni perlunya sebuah kelompok yang memiliki misi memajukan pendidikan kaum bumiputera serta bergerak di bidang sosial-budaya.
Maka pada Rabu 20 Mei 1908 pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang kelas STOVIA, Soetomo mengumumkan berdirinya sebuah organisasi bernama Budi Utomo. Tanggal lahirnya Bumi Utomo dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Wahidin masih aktif diundang sebagai pembicara selama beberapa tahun setelahnya.
Wahidin mangkat di Yogyakarta pada 26 Mei 1917 di usia 65 tahun, meninggalkan seorang istri bernama Anna yang disuntingnya saat masih di Batavia dan dua orang putera angkat, salah satunya adalah Abdullah Suriosubroto yang menjadi pelukis Indonesia pertama abad ke-20. Dan pada tahun 1973, ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto.
Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.