Makassar, IDN Times - Upacara tolak bala dalam khazanah budaya lokal memang menjadi bagian yang tak terpisahkan. Keadaan alam sebagai tempat tinggal dan mencari nafkah juga melengkapi makrokosmos kepercayaan turun-temurun mereka yang masih berpegang teguh pada tradisi dan kepercayaan lama. Bencana alam dan wabah dianggap bertalian dengan kehendak sang dewata.
Sutikno, salah satu pengajar Universitas Muslim Nusantara AW Medan, dalam jurnal berjudul "Function and meaning of Tolak Bala (Ward off Misfortune) Ritual in Malay Serdang Indonesia" (The International Journal of Social Sciences and Humanities Invention, Vol. 4, Issue 8, Agustus 2017) menyebut bahwa tolak bala juga sarat dengan hal gaib.
Dalam setiap upacara tolak bala ada sesembahan, sebagai perantara harapan dan doa antara manusia dengan sang pencipta. Sesembahan juga disebut sebagai "sarana negosiasi spiritual" dengan entitas roh agar tak mengganggu. "Dengan memberi makan simbol untuk roh, para arwah diharapkan jinak dan mau membantu kehidupan manusia," tulis Sutikno.