Museum Balla Lompoa, salah satu replika rumah adat suku Makassar yang saat ini berada di Kabupaten Gowa. (Dok. Badan Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan)
Balla milik suku Makassar sangat mirip dengan rumah adat Bugis, sebab sama-sama berkarakteristik rumah panggung. Jumlah tiang penyangganya adalah 10 tiang, rinciannya 5 ke belakang dan 5 di samping. Sama dengan Bola/Saoraja, atapnya dulu berupa daun rumbia. Tapi kini berubah jadi seng atau genteng.
Arsitekturnya pun sama dengan Saoraja, yakni terdiri dari tiga bagian berupa atap, inti rumah (ruang tidur, ruang tamu, dapur, dan lain-lain) serta kolong. Jika budaya Bugis mengenal timpalaja, orang Makassar menyebutnya sebagai timba silla. Bersusun tiga berarti si pemilik balla adalah bangsawan, sedangkan jika tak bersusun berarti dihuni oleh penduduk biasa.
Selain timba silla, terdapat tujuh bagian Balla dengan fungsinya masing-masing. Antara lain dego-dego (teras), paddaserang dallekang (ruang tamu) di depan pintu utama rumah, paddaserang tangga (ruang keluarga), paddaserang riboko (kamar perempuan) di bagian belakang rumah, siring (gudang) di bagian bawah, pammakang (loteng) serta balla pallu (dapur) yang area paling belakang rumah.