Pemukiman penduduk sekitar Sungai Walanae di Kota Sengkang, Kerajaan Wajo, antara tahum 1900 hingga 1940. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)
Ishak Manggabarani sendiri dikenal sebagai bangsawan hartawan yang tak ragu membantu finansial negeri tetangga Wajo. Salah satunya tercantum dalam Lontaraq Binuang. Tahun 1894, Kerajaan Sidenreng menggadaikan Tana Libukeng TengngaE di Libukeng lantaran kas kerajaan sedang menipis.
Penebusan wilayah tersebut dilakukan Karaeng Mangeppe dengan sejumlah harta. Antara lain 1.575 keping suku-suku emas, 121 keping ringgit emas dan rupiah emas 32 keping.
Di sisi lain, dia juga termasuk dihormati oleh sesama raja di Sulsel dan pemerintah Gubernemen di Makassar. Sikap netral Karaeng Mangeppe membuatnya disegani. Dalam buku Empat Pahlawan Dari Sulawesi Selatan (Lamacca Press, 2004), disebut bahwa dia membantu pelarian Arumpone (Raja Bone) ke-31 La Pawawoi pada 1905. Saat itu, Bone mengobar perlawanan atas dominasi Hindia-Belanda di Sulawesi. Saat bersamaan, hubungan baiknya dengan petinggi Belanda tak terganggu.