4 Tips Keluar dari Zona Nyaman dengan Teori Konflik, Terapkan!

Meski berat, semuanya itu atas dan untuk dirimu sendiri

Teori konflik merupakan hasil pemikiran dari seorang sosiolog yang bernama Karl Marx. Teori ini memusatkan perhatiannya pada perjuangan kaum proletar dalam mendapatkan kesejahteraannya secara finansial dengan berkonflik bersama kaum borjuis.

Kaum proletar sendiri merupakan tenaga kerja yang bekerja untuk kaum borjuis. Dengan kata lain, pihak borjuis ini ialah mereka yang memiliki modal dan alat produksi, ya. Nah, pada masa itu terjadi ketimpangan ekonomi, kaum borjuis makin kaya dengan memeras tenaga kaum proletar. Sebaliknya, kaum proletar terus kekurangan finansial padahal sudah bekerja secara maksimal.

Nah, keberanian kaum proletar dalam berkonflik dengan kaum borjuis yang kelasnya di atas mereka ini menjadi berkaitan dengan konsep untuk berani keluar dari zona nyaman. Hal tersebut karena output dari keduanya, yakni sama-sama untuk perubahan besar dalam hidup. Bagaimana, penasaran terkait tips untuk keluar dari zona nyaman menggunakan teori konflik? Langsung simak ulasan berikut, ya!

Baca Juga: 5 Renungan untuk Kamu yang Berusaha Bertahan di Zona Nyaman

1. Jika ada yang bertentangan, tak apa ajak berkonflik diri sendiri

4 Tips Keluar dari Zona Nyaman dengan Teori Konflik, Terapkan!ilustrasi orang merenung (pixabay.com/geralt)

Sederhananya, ketika kamu punya kebiasaan bangun siang, namun nyatanya harus bangun pagi buat kerja. Ya tegur dirimu sendiri itu, enggak apa-apa untuk berkonflik atau pertentangan dengan diri sendiri. Jangan terus membiarkan diri berada dalam zona nyaman dengan bangun siang seperti itu.

Meski terlihat menyisa karena harus memaksa diri keluar dari kenyamanan, nyatanya kamu sadar apa dampak negatif dari pola hidup nyaman yang buruk itu, ya. Jadi, tegas dan atur kehidupanmu karena kamu yang menguasai atas hidupmu sendiri.

Layaknya kaum proletar yang saat itu diatur dan dikuasai oleh kaum borjuis. Mereka berhasil keluar dari zona tersebut, dengan berkonflik bersama kaum borjuis demi perubahan hidupnya yang lebih baik. Lantas, kamu sebagai penguasa atas dirimu sendiri tidak bisa berkonflik, menguasai, dan memenangkan dirimu sendiri untuk bisa berubah? Ya, berubah dengan keluar dari zona nyaman yang buruk itu.

2. Dengan berkonflik, berpeluang menciptakan diskusi dan berkompromi

4 Tips Keluar dari Zona Nyaman dengan Teori Konflik, Terapkan!ilustrasi berpikir rasional (pexels.com/Andrea Piacquadi

Jika kamu ingin keluar dari zona nyaman, ajak konflik dirimu sendiri yang antara pikiran dan hati berbeda pendapat itu. Coba diskusi terkait apa sih maunya? Harusnya apa yang benar dan apa yang salah? Tentunya, pikiran dan hatimu punya jawaban yang berbeda, ya.

Yang mana pikiranmu akan dengan tegasnya ingin keluar dari zona nyaman yang buruk itu. Sayangnya, dengan teguhnya juga hatimu tak ingin lepas dari zona yang memberikan kenyamanan. Berangkat dari hal tersebut, solusinya yakni dengan berkompromi, bertemu di titik tengah.

Ya, kompromi yang dilakukan akan melahirkan solusi untuk bisa keluar dari zona nyaman, tanpa harus langsung membuat diri menjadi culture shock atau terkejut. Apa solusinya spesifikasi? Tentu jawabannya ada pada dirimu sendiri, misal dengan berubah secara perlahan tapi pasti.

3. Dengan berkonflik bisa melahirkan perubahan besar

4 Tips Keluar dari Zona Nyaman dengan Teori Konflik, Terapkan!ilustrasi evaluasi diri (pexels.com/Anete Lusina)

Layaknya kaum proletar yang berhasil membuat revolusi besar-besaran pada masa itu, atas keberaniannya berkonflik dengan kaum borjuis. Maka, kamu yang hanya melawan dirimu sendiri, jelas harusnya jauh lebih mudah untuk memenangkan perjuangan. 

Saat kamu menang dari dirimu sendiri yang terjebak di zona nyaman, maka saat keluar dari zona itu akan terjadi banyak perubahan besar dalam hidupmu. Sederhananya, mungkin niatan awalmu hanya ingin bangun pagi untuk bisa pergi kerja tanpa terlambat. Namun, secara lebih kompleks, ada banyak perubahan lain saat kamu bangun pagi.

Mulai dari ada cukup waktu untuk beribadah hingga bisa olahraga ringan sebelum berangkat kerja. Dengan begitu, bukankah tujuan awal untuk urusan pekerjaan jadi melebar pada manfaat untuk kesehatan jiwa dan ragamu? Coba pikirkan baik-baik.

4. Pihak yang berkuasa membuat aturan untuk mengatur hidup yang dikuasainya

4 Tips Keluar dari Zona Nyaman dengan Teori Konflik, Terapkan!ilustrasi hidup disiplin (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Puncaknya, untuk bisa terus komitmen ada di zona yang bukan jadi kenyamanan, ya harus ada peraturan di dalamnya. Peraturan itu akan menjadi pedoman untuk memiliki kehidupan yang teratur. Layaknya pada saat itu kaum proletar bisa hidup teratur atas peraturan yang dibuat oleh kaum borjuis, meski mereka menjalaninya dengan keterpaksaan.

Begitu pula dengan kamu, kamu sebagai pihak borjuis dan proletar. Maka, kamu sebagai pembuat aturan dan juga yang menjalankan aturan tersebut. Meski dengan keterpaksaan, yakni keluar dari zona yang jadi kenyamanan. Tenang, pada masanya kamu akan bisa karena terbiasa, ya.

Semua itu akan terwujud jika kamu terus berkomitmen dengan disiplin atas peraturan keluar zona nyaman. Yakni, peraturan yang sudah kamu sepakati, demi kebaikan hidupmu sendiri. Jadi, peraturan apa yang kamu ciptakan untukmu dalam rangka menjalankan hidup keluar zona nyaman? Jadikan aturan itu sebagai pedoman hingga batasan dalam bersikap dan bertindak, ya.

Pada akhirnya, membuat diri bisa keluar dari zona nyaman memang tidak semudah itu, ya. Teoritisnya mungkin sudah begitu bagus, tapi tentu akan sia-sia jika nol besar dalam praktiknya. Jadi, kamunya sudah siap praktik apa belum? Ingat, semua itu untuk dan atas dirimu sendiri, lho.

Baca Juga: 5 Manfaat Menerapkan Slow Living untuk Kehidupan Asmara

Melinda Fujiana Photo Community Writer Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya