Makassar, IDN Times - Tahun 1669, setelah nyaris lebih dari dua dekade bolak-balik Makkah-Yaman mendalami beberapa tarekat sekaligus menunaikan ibadah haji, Syekh Yusuf kembali menjejak tanah Banten. Alih-alih langsung kembali ke kampung halaman, ia hendak melepas rindu dengan sahabat masa muda yang telah memimpin Kesultanan Banten: Sultan Ageng.
Siapa sangka, kedatangan kali kedua Syekh Yusuf ke Banten berhasil mengobar perlawanan rakyat melawan VOC. Akibat aktivitasnya di medan tempur, pemilik nama kecil Muhammad Yusuf itu kelak akan menjalani masa pembuangan di tanah yang berjarak 11 ribu kilometer dari kampung halamannya.
Setelah menyandang gelar "Syekh", sosok kelahiran Parangloe, 3 Juli 1626, itu kemudian diangkat menjadi penasihat (mufti) untuk Sultan Ageng. Ia juga menjadi ulama bagi masyarakat dan guru agama di lingkar dalam istana. Singkatnya, Syekh Yusuf memainkan peran penting dalam dinamika sosial-politik Kesultanan Banten.