Makassar, IDN Times - Bahasa Portugis kembali menjadi topik pembicaraan hangat selama beberapa pekan terakhir. Ini tak lepas dari wacana terbaru Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) tentang penerapan pelajaran bahasa tersebut di sekolah-sekolah. Hal tersebut diusulkan oleh Presiden Prabowo Subianto setelah menerima kunjungan kenegaraan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, pada 23 Oktober 2025 lalu.
Hubungan kita dengan orang-orang penutur rumpun bahasa Lusofon tersebut sebenarnya tak hanya terjadi saejak era modern. Sejarawan Merle Calvin Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008) menyatakan bahwa Portugis adalah kerajaan Eropa pertama yang menjejakkan kaki di Nusantara, tepatnya Kepulauan Maluku, di bawah pimpinan Antonio de Abreu pada 1512 atau setahun usai Alfonso de Albuquerque tiba di Malaka (kini Malaysia). Mereka jauh lebih dulu ketimbang Belanda yang baru mendarat di Pelabuhan Banten pada tahun 1596.
Motivasi para pelaut-pedagang Portugis ini berlayar hingga lebih dari 15 ribu kilometer ini tentu saja adalah rempah-rempah, sebuah komoditas yang dibanderol dengan harga tinggi di Eropa saat itu. Meski pada akhirnya membuka lembaran kelam histori kolonialisme di Nusantara, kehadiran Portugis sudah cukup untuk menjadi motivasi seorang pemuda kelahiran Makassar untuk belajar bahasa negeri yang terletak di ujung Semenanjung Iberia tersebut.
