Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App

Kenapa Orang Belibet dalam Berbicara? Ternyata Ini Penyebabnya!

ilustrasi pria sedang berbicara (pexels com/Thirdman)

Pernahkah kamu tiba-tiba "kehilangan kata-kata" saat berbicara? Atau merasa bicara jadi berbelit-belit padahal kamu tahu apa yang ingin disampaikan? Tenang, kamu tidak sendirian. Banyak orang mengalami hal ini, dan ternyata, ada alasan psikologis dan neurologis di baliknya.

Fenomena ini tidak sesederhana yang kita kira. Bisa jadi, otak kamu bekerja terlalu cepat, atau mungkin ada kecemasan yang tidak disadari. Bahkan, kebiasaan sehari-hari seperti multitasking atau kurang tidur juga bisa jadi penyebabnya.

Nah, dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas penyebab belibet saat berbicara dan memberikan tips praktis yang jarang diketahui untuk mengatasinya. Yuk, simak! 

1. Otak terlalu cepat, mulut tidak bisa mengimbangi

ilustrasi pria sedang mengobrol (pexels com/Alex Green)

Menurut Dr. Joseph T. Devlin, seorang ahli neurosains dari University College London, otak kita bekerja sangat cepat saat memproses informasi. Namun, mulut dan alat bicara kita tidak selalu bisa mengimbangi kecepatan tersebut. Akibatnya, kata-kata yang keluar jadi tidak teratur atau berbelit-belit. Ini seperti mencoba menyalin teks dengan tangan saat otak sudah berpikir 10 langkah ke depan.

Tips : Coba latihan mindful speaking yaitu berbicara dengan penuh kesadaran. Ambil jeda sejenak sebelum berbicara, tarik napas, dan fokus pada apa yang ingin disampaikan. Ini membantu otak dan mulut bekerja lebih selaras.

2. Kecemasan yang tidak disadari

ilustrasi pria cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)

Dr. Susan David, psikolog dari Harvard University, menjelaskan bahwa kecemasan sering menjadi penyebab utama seseorang belibet saat berbicara. Kecemasan ini tidak selalu terlihat jelas. Bisa jadi, Anda merasa gugup tanpa menyadarinya, terutama saat berbicara di depan umum atau dengan orang yang dianggap penting.

Tips: Gunakan teknik grounding yaitu fokus pada sensasi fisik, seperti merasakan kaki menapak lantai atau tangan memegang benda tertentu. Ini membantu mengurangi kecemasan dan membuat bicara lebih lancar.

3. Terlalu banyak informasi di kepala

ilustrasi pria pusing memegang kepala (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Psikolog kognitif, Dr. Daniel Kahneman, menjelaskan bahwa otak kita memiliki kapasitas terbatas dalam memproses informasi. Saat terlalu banyak ide atau informasi yang ingin disampaikan sekaligus, otak bisa "kewalahan". Akibatnya, kata-kata yang keluar jadi tidak terorganisir.

Tips: Gunakan metode chunking yaitu bagi informasi menjadi bagian-bagian kecil. Misalnya, sampaikan satu poin dulu, beri jeda, lalu lanjut ke poin berikutnya. Ini membuat pembicaraan lebih terstruktur.

4. Pengaruh lingkungan dan kebiasaan

ilustrasi lingkungan pertemanan (pexels.com/Matheus Ferrero)

Dr. Albert Mehrabian, pakar komunikasi nonverbal, menemukan bahwa lingkungan dan kebiasaan sangat memengaruhi cara kita berbicara. Jika terbiasa dengan lingkungan yang tidak mendukung komunikasi efektif (misalnya, sering diinterupsi atau tidak didengarkan), seseorang cenderung jadi belibet karena tidak percaya diri.

Tips: Ciptakan lingkungan yang mendukung. Misalnya, ajak teman atau keluarga untuk saling mendengarkan tanpa interupsi. Ini membantu membangun kepercayaan diri dalam berbicara.

5. Kurang percaya diri

ilustrasi pria tidak percaya diri (pexels.com/cottonbro studio)

Dr. Amy Cuddy, peneliti dari Harvard Business School, menemukan bahwa rasa percaya diri memengaruhi cara kita berbicara. Saat tidak percaya diri, seseorang cenderung ragu-ragu, mengulang kata, atau berbicara berbelit-belit karena takut salah.

Tips: Praktikkan power posing yaitu berdiri dengan postur tubuh yang percaya diri (seperti tangan di pinggang) selama 2 menit sebelum berbicara. Ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan membuat bicara lebih lancar.

6. Kebiasaan multitasking

ilustrasi pria multitasking (pexels com/Pavel Danilyuk)

Penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa multitasking dapat mengurangi efisiensi otak dalam memproses informasi. Saat kita mencoba melakukan banyak hal sekaligus—seperti berbicara sambil memikirkan hal lain—otak jadi kewalahan. Akibatnya, ucapan jadi tidak fokus dan berbelit-belit.

Tips: Fokuslah pada satu hal dalam satu waktu. Jika sedang berbicara, usahakan untuk tidak memikirkan hal lain. Praktikkan single-tasking untuk meningkatkan kualitas komunikasi.

7. Pengaruh kebiasaan digital

ilustrasi penggunakan digital (pexels.com/Brian Ramirez)

Dr. Jean Twenge, psikolog yang meneliti pengaruh teknologi pada perilaku manusia, menemukan bahwa kebiasaan berkomunikasi melalui pesan singkat (seperti chat atau media sosial) dapat mengurangi kemampuan berbicara secara langsung. Otak terbiasa dengan komunikasi yang singkat dan tidak terstruktur, sehingga saat harus berbicara panjang, kita jadi kesulitan.

Tips: Luangkan waktu untuk berkomunikasi secara langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau telepon. Ini membantu melatih otak untuk berpikir dan berbicara secara lebih terstruktur.

Belibet dalam berbicara adalah hal yang wajar dan bisa dialami oleh siapa saja. Namun, dengan memahami penyebabnya dan melatih diri secara konsisten, kita bisa meningkatkan kemampuan komunikasi. Ingat, setiap orang memiliki keunikan dalam berbicara, dan yang terpenting adalah pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik.

Jadi, jangan terlalu khawatir jika Anda masih sering belibet. Teruslah berlatih, percaya diri, dan nikmati prosesnya. Siapa tahu, suatu hari nanti, Anda justru menjadi pembicara yang paling memukau di ruangan!

Share
Editorial Team