Dalam perjalanan hidupnya, banyak laki-laki belajar untuk mengukur nilai dirinya dari seberapa besar ia mampu memberikan, menanggung, dan menyelesaikan sesuatu. Masyarakat sering menanamkan gagasan bahwa seorang laki-laki baru dianggap berharga ketika ia kuat, produktif, dan bermanfaat bagi orang lain. Nilai diri mereka sering kali tidak hanya dibangun dari dalam, tetapi juga dari hasil yang bisa dilihat orang lain.
Ketika keadaan hidup berubah dan kemampuan mereka terganggu, rasa tidak berguna itu dapat muncul tanpa disadari, pelan namun menikam dari dalam. Perasaan tidak lagi berguna bukan selalu disebabkan oleh kelemahan pribadi, melainkan oleh benturan antara ekspektasi dan realitas. Banyak laki-laki menyimpan kecemasan, kegagalan, atau kehilangan sendirian karena merasa tidak pantas menunjukkan kerentanan.
Dari sudut pandang psikologi, kondisi ini dapat mengikis harga diri, memicu stres, dan menyebabkan distorsi kognitif tentang siapa mereka sebenarnya. Kerap kali, titik terendah ini justru menjadi momen refleksi: apakah nilai diri benar-benar datang dari apa yang bisa diberikan, atau dari siapa seseorang itu sebagai manusia?
Berikut 5 keadaan laki-laki yang membuatnya tidak lagi merasa berguna.
