Makassar, IDN Times - Dalam dinamika kehidupan masyarakat Bugis-Makassar, terdapat sebuah tindakan yang disebut Jalloq atau Ajjalloq. Artinya berarti "amuk" atau "majalloq" dalam bentuk kata kerja. Jika dibahasakan secara sederhana, jalloq selalu dihubungkan dengan kekerasan. Namun dari pandangan tradisional, sejatinya lebih daripada itu: amukan pemulih harga diri.
"Peristiwa ini (jalloq/ajjalloq) timbul karena siri' dan passe atau harga diri," ujar sejarawan Universitas Negeri Makassar (UNM) Basri pada IDN Times, Selasa (16/2/2021).
Untuk memahaminya, mari membaca salah satu petikan falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Barat (Sulbar) :
Siri'ji nanimmantang attalasa' ri linoa, punna tenamo siri'nu matemako kaniakkangngami angga'na olo-oloka.
Hanya karena rasa malu kita bisa hidup di dunia ini. Kalau rasa malu itu sudah hilang maka lebih baik mati karena engkau tak berarti lagi sama sekali, bahkan binatang lebih berharga dibanding dirimu.