Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
default-image.png
Default Image IDN

Makassar, IDN Times - Dalam dinamika kehidupan masyarakat Bugis-Makassar, terdapat sebuah tindakan yang disebut Jalloq atau Ajjalloq. Artinya berarti "amuk" atau "majalloq" dalam bentuk kata kerja. Jika dibahasakan secara sederhana, jalloq selalu dihubungkan dengan kekerasan. Namun dari pandangan tradisional, sejatinya lebih daripada itu: amukan pemulih harga diri.

"Peristiwa ini (jalloq/ajjalloq) timbul karena siri' dan passe atau harga diri," ujar sejarawan Universitas Negeri Makassar (UNM) Basri pada IDN Times, Selasa (16/2/2021).

Untuk memahaminya, mari membaca salah satu petikan falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Barat (Sulbar) :

Siri'ji nanimmantang attalasa' ri linoa, punna tenamo siri'nu matemako kaniakkangngami angga'na olo-oloka.

Hanya karena rasa malu kita bisa hidup di dunia ini. Kalau rasa malu itu sudah hilang maka lebih baik mati karena engkau tak berarti lagi sama sekali, bahkan binatang lebih berharga dibanding dirimu.

1. Jalloq /ajjalloq berasal dari persepsi masyarakat Bugis-Makassar dalam menegakkan harga diri

Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Sejarawan Leonard Y. Andaya dalam buku The Heritage of Arung Palakka (Springer, 1981) turut membahas konsep siri' dan pesse (Bugis) atau pacce (Makassar). Menurutnya, siri' adalah konsep yang mencakup gagasan harga diri dan rasa malu.

"Tidak ada kontradiksi dalam istilah-istilah tersebut, karena rasa malu menyiratkan konsepsi oleh individu tentang harga dirinya sendiri, yang darinya muncul martabatnya," tulis Andaya (hal. 15).

Jika sebuah peristiwa membuat seseorang malu (masiri'), maka ia diharapkan segera mengambil tindakan untuk memulihkan harga diri yang telah tercemar. Stigma yang melekat pada seseorang tanpa siri' begitu besar. Sampai-sampai nyawa pun akan dikorbankan demi menghilangkan rasa malu. Bahkan ada pepatah Bugis - Makassar yang mengatakan lebih baik mati sebab mempertahankan siri' (mate ri siri'na) ketimbang hidup tanpa siri' sama sekali (mate siri').

"Persepsi dan stigma masyarakat Bugis-Makassar sebagai tanggapan secara langsung bagi orang yang dijadikan siri' memaksa individu melakukan tindakan yang bagi orang luar tampak tidak rasional, membabi buta, dan bahkan bunuh diri," lanjut Andaya.

2. Sejarah di Sulawesi Selatan banyak mencatat riwayat amuk karena masalah sepele

Editorial Team

Tonton lebih seru di